Liberalitation=Tahrir
By Nandang Burhanuddin
Sema El-Mashri, artis dan penari erotis Mesir menangis dan tak kuasa menahan air mata. Ia yang sejak zaman Mursi, anti Ikhwan dan prokudeta. Kini ia jujur mengakui, "Ikhwan dan Mursi yang ia benci dan caci maki, tak sedikitpun mempersempit ruang gerak. 18 bulan Ikhwan berkuasa (parlemen+presiden). Namun aturan UU sangat humanis. Tapi era kudeta, baru 8 bulan saja, saya malah dipenjara."
Ya, sang artis ditangkap dan dipukul pentungan polisi. Ia baru bebas setelah membayar uang tebusan, pulihan ribu Junaih Mesir.
Ya. Kaum liberal Mesir dan liberalis pada umumnya, sangat enggan berusaha dan selalu diuntungkan penguasa-penguasa diktator dan rejim-rejim bengis sepanjang masa dan sepanjang sejarah peradaban manusia.
Gerakan Liberal yang dalam bahasa Arab disebut Harokah at-Tahrir, tak ubahnya banci-banci peradaban yang enggan berkreasi dan menunggu diumpani biang liberal (Barat-Zionis-Salibis).
Di Mesir, kaum Liberal sebenarnya abal-abal dan proyek-proyeknya mental. Kekuatan Islam dan ulama-ulama Haraki, membuat kaum Liberal-Sekuler itu sepi. Hingga kini mereka menjulurkan lidah pada lintah-lintah darah.
Hal yang sama terjadi di Indonesia. Kaum liberal-sekuler tidak laku di masyarakat. Hanya karena mereka menunggangi media massa saja, mereka tampil seakan "mercusuar" pemikiran. Namun aksinya tak terbukti di alam nyata.
Jujur, sama dengan IAIN-UIN yang berhasil diliberalkan, Al-Azhar pun sejak 1997 masuk dalam proyek liberalisasi kurikulum. Sekali lagi, hambatan di Al-Azhar ada Jabhah Ulama Al-Azhar dan gerakan Ikhwan. Sedang di Indonesia, pesantren-pesantren milik ormas plus gerakan parlemen PKS cukup ampuh menjadi penyeimbang gerakan liberalisasi.
Sampai kapan pergumulan berakhir? Tentu sampai Kiamat. Mari kita lawan kaum liberal=tahrir yang menjadi penghalang langkah perjuangan dan hobinya menebar ranjau-ranjau fitnah. Suatu hari nanti, Sema Al-Mashri Indonesia akan mengakui mana dakwah hakiki dan mana dakwah habisi.
0 komentar:
Post a Comment