Milad Ke 26...Hamas Hadapi Tantangan Realitas Dan Masa Depan
Peta politik baru di Timur Tengah pasca beragam peristiwa di kawasan dan melihat pihak berpengaruh secara regional sera masa depan revolusi Arab setelah campur tangan Amerika, Eropa dan zionis serta Iran, menempatkan Hamas sebagai pemain penting dalam persoalan Palestina, di hadapan sejumlah tantangan besar saat ini dan di masa depan.
Meski konsistensi Hamas yang masih merasakan masa mudanya di usia ke 26 tahun menghadapi perang, blokade politik dan ekonomi yang terus berlanjut selama 7 tahun terakhir, Hamas kembali menyerukan untuk menghapus “Israel” sebagai entitas penjajah, namun Hamas harus mengetahui bagaimana berinteraksi dengan realitas sekitarnya untuk menjaga kesinambungan proyek nasional melawan penjajahan.
Tantangan dan perubahan di sekitar Hamas membuatnya tegar dan memiliki kemampuan, namun kekuatas mayoritas faksi nasional yang mengendur, di tengah keterlibatan Fatah dalam proyek perundingan, mengancam persoalan Palestina kembali mundur kebelakang.
Menurut pengamat politik, Mushtafa Shawwaf, gerakan Hamas saat ini hidup di tengah kondisi yang keras, banyak perubahan politik dan regional yang berdampak langsung kepada realitas di kawasan, dan Hamas harus mengetahui dengan baik perubahan tersebut.
Hamas harus memahami perubahan yang terjadi di kawasan seperti Mesir, Tunisia, dan Libia, serta sejauh mana dampak langsungnya bagi persoalan Palestina, ungkap Shawwaf.
Sementara tantangan terbesar di hadapan Hamas adalah bagaimana bisa belajar berinteraksi dengan realitas baru termasuk menjaga proyek nasional yang menjadi bagian dari tantangan saat ini, yang terkadan tidak membawa dampak baik bagi kepentingan Palestina dan Hamas, tetapi hakikatnya dalam jangka panjang bisa sebaliknya.
Sedangkan Dr. Khalid Shafi memiliki pandangan lain, yang menyebut perubahan Hamas di awal sebagai Palestina yang menggagas proyek rekonsliasi dengan Fatah, sebagai strategi perjuangan Palestina.
Sementara terkait perundingan Palestina-Israel, adalah persoalan kedua yang harus disikapi Hamas, dan dampaknya bagi proyek nasional, selagi menolak perundingan, juga harus melihat bahwa blokade Gaza menyebabkan krisis listrik dan bahan bakar, sementara Hamas adalah pemerintahan perjuangan yang harus bertanggung jawab terhadap perubahan kondisi rakyat Gaza.
Sedangkan tantangan di sekitar Hamas di level regional Arab, yang pertama adalah rezim Mesir saat ini yang mengkudeta Ikhwanul Muslimin dan memprovokasi Hamas, hal ini menjadi tantangan besar bagi Hamas yang memiliki hubungan kuat dengan Ikhwan di Mesir, dan di saat yang sama membutuhkan perlintasan Rafah sebagai jalan satu-satunya Gaza dengan dunia. (qm/pip/muslimina)
0 komentar:
Post a Comment