PKS Adalah Jamaah Kontribusi Bukan Wacana
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah partai yang mengedepankan kontribusi para kadernya untuk berperan dengan keahlian masing-masing bukan sekedar wacana. Hal ini dikatakan oleh Ketua Dewan Syariah Wilayah (DSW) PKS Kepulauan Riau, Bakhtiar, Lc dalam tausiyahnya pada Liqo' Tansiqi Tarbawi (LT3Besar) gabungan beberapa DPC PKS yakni Nongsa, Sei. Beduk, Bulang dan Galang, Ahad (8/12/2013).
"Tolak ukur berjamaah yang harus diperhatikan adalah assam'u wattho'a, bagaimana kita menerima tugas-tugas dalam jamaah ini. Kita berjamaah ini bukan jamaah wacana, bukan jamaah seminar dan bukan pula jamaah yang cukup membuat wacana horizontal dan sebagainya akan tetapi kita adalah jamaah kontribusi," ujarnya dihadapan puluhan kader PKS yang hadir di kediaman Ketua DPC PKS Nongsa, Ridha Siddiq di Komplek Citramas, Nongsa.
Dia mengatakan para kader PKS harus memastikan dari berbagai kegiatan dakwah yang dilaksanakan masing-masing kader harus memiliki kontribusi.
"Terkadang kita mengemban tugas yang berlawanan dengan keinginan kita," katanya.
Menurut Bakhtiar, tolak ukur keberhasilan kontribusi seorang kader PKS adalah ketika dia bisa menjalankan tugas dengan benar sementara tugas tersebut tidak dia inginkan.
"Pada saat mendirikan partai ini di tahun 1998, mayoritas ikhwah dari Sabang sampai Merauke menyetujuinya. Dan, latar belakang kita mendirikan partai ini adalah karena kita melihat momentum. Kita tidak tahu momentum itu akan terulang kembali atau tidak. Ketika kita melihat momentumnya ada, maka kita ambil," jelasnya.
Namun, lanjut Bakhtiar ada sebagian kecil diantara ikhwah pada saat itu yang tidak menyetujui jamaah ini menjadi sebuah partai.
"Termasuk diantaranya Pak Hidayat Nur Wahid, Nurmahmudi Ismail dan Anis Matta. Namun orang-orang yang tidak setuju ini dapat menerima keputusan jamaah. Ketika diberikan amanah mereka mampu menyelesaikannya dengan baik," katanya.
Sebagai seorang kader PKS, ketika sebuah keputusan sudah disepakati, maka pendapat pribadi harus dilepaskan, meskipun di kemudian hari ternyata pendapatnya benar.
"Orang-orang yang tidak setuju untuk mendirikan partai seperti Pak Hidayat Nur Wahid, Nur Mahmudi Ismail dan Anis Matta ketika mereka diberikan amanah yang meskipun bertentangan dengan pendapat pribadi mereka, mereka mampu menjalaninya dengan baik," ungkapnya.[dm/muslimina]
0 komentar:
Post a Comment