Intel Tidak di PKS Lagi
Sudah menjadi pemahaman dikalangan aktivis Islam (apapun organisasinya) secara umum, bahwa gerakan Islam senantiasa menjadi target dari musuh-musuh Islam. Sehingga selalu diberikan pemahaman musuh selalu berusaha organisasi-organisasi Islam untuk mengahalangi tegaknya risalah Islam dimuka bumi.
Hipotesa masuknya inteligen sudah menjadi cerita umum dikalangan pergerakan Islam. Walau senyap, operasi ini akhirnya terbukti belakangan setelah organisasi ‘babak’ belur. Yang paling anyar di tahun 2000-an adalah masuknya inteligen Mabes Polri dijajaran petinggi Pengurus Pusat MAjelis Mujahidin Indonesia, yang belakangan menyebabkan ustadz Abu Bakar Ba’asyir menjadi pesakitan, hingga akhirnya ABB membuat tanzim (organisasi) baru JAmaah Anshorut Tauhid karena menganggap MMI sudah tidak steril lagi.
Cerita-cerita mengenai intel yang masuk Jamaah Tarbiyah/PK/PKS juga cukup populer dikalangan kader senior partai, sistem kaderisasi Jamaah tarbiyah yang panjang dan selektif serta penuh jebakan membuat organisasi ini cukup ‘kebal’ dari aksi sabotase inteligen (mengingat sudah rahasia umum gerakan ini adalah gerakan transnasional, meski legal secara formal). Sampai hari ini belum ada satupun, kader Jamaah Tarbiyah/PK/PKS yang masuk penjara karena prediket teroris yang direkayasa intel. Padahal sangat banyak anggota jamaah tarbiyah baik di pusat maupun daerah yang dulunya adalah mantan DI/TII, alumni jihad Afghan, dll, menurut pengakuan seorang kader senior. Bahkan LHI dan pengurus DPP PKS seperti MAhfudz Siddiq juga diisukan alumni Jihad Afghan, walau dibantah LHI waktu ke MEdan ketika awal-awal menjadi Presiden PKS.
Banyak pengakuan, kalau intel sering tidak kuat dan tidak sabar berada di jamaah tarbiyah, konsekuensinya adalah mereka melebur menjadi bagian gerakan atau mengundurkan diri, bahkan mengaku mereka awalnya adalah intel lalu akhirnya pisah ditengah jalan.
Seiring perkembangan Jamaah Tarbiyah/PK/PKS yang makin meng-indonesia, tentunya upaya menggembosi gerakan ini tetap ada, indikasinya ketika tahun 2002 atau 2003 Amerika menempatkan organisasi/yayasan Haramain milik Hidayat Nurwahid sebagai lembaga terkait terorisme global. Serangan demo yang intens dan kutukan yang mengecam perbuatan AS ini akhirnya membuat AS meminta maaf dan meralat publikasinya.
Kalau dulu operasi inteligen dilakukan dengan menempatkan intel di dalam gerakan, maka sepertinya hal ini sudah tidak begitu intens. Rekayasa yang dilakukan kini adalah memasukkan agen ke media - media Besar atau menjadikan mereka sebagai kaki tangan agen. Targetnya adalah merusak citra gerakan bahkan memecah belah persatuan ukhuwah yang ada di partai atau gerakan. Kasus LHI membuktikan hal itu, bahwa persidangan LHI selalu diupayakan untuk tidak memperdengarkan persaksian saksi-saksi yang meringankan LHI. Bahkan entah bersumber dari mana, pembully-an terhadap PKS beredar luas diberbagai media, baik massa hingga sosial media dengan cara-cara yang rapi dan terencana.
Bahkan awal hingga pertengahan tahun 2013, sinetron dibeberapa televisi swasta nasional sering menampilkan tanyangan sinetron bernuasa menjelekkan citra ustadz, kyai, haji/hajjah hingga muslimah berjilbab besar, kalau bukan serbuan protes ke KPI secara besar-besaran pastilah sinetron ini tetap berlanjut.
Jamaah Tarbiyah/PK/PKS yang secara umum diasosiasikan sebagai gerakan transnasional merupakan target besar untuk Asia tenggara, melihat saudara mereka di Mesir dan Timur Tengah juga mengalami hal serupa. Islamophobia (baik nasional maupun asing) pasti tidak ingin Islam memimpin di Indonesia bahkan mempengaruhi peta politik kawasan.
WASPADALAH kalian wahai saudaraku di PKS.(kanjeng.presiden)
0 komentar:
Post a Comment