Turki tak akan Masuk Uni Eropa Selama Erdogan Berkuasa
BERLIN - Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel mengatakan, Turki tidak akan pernah menjadi anggota Uni Eropa selama Presiden Recep Tayyip Erdogan masih berkuasa. Pernyataannya ini disampaikan dalam sebuah wawancara dengan koran Jerman Bild, Kamis (24/8).
Hal tersebut kemungkinan akan terus mengobarkan ketegangan hubungan antara kedua sekutu NATO itu. Terlebih Erdogan telah mendesak orang-orang Turki Jerman untuk memboikot partai-partai utama Jerman dalam pemilihan umum bulan depan.
"Jelas di bagian ini, Turki tidak akan pernah menjadi anggota Uni Eropa. Bukan karena kami tidak menginginkannya, tapi karena pemerintah Turki dan Erdogan telah menjauh dari segala hal yang Eropa upayakan," ujar Gabriel, dikutip The Independent.
Para pemimpin Uni Eropa telah mengkritik tindakan keras Erdogan terhadap lawannya, sebelum dan setelah kudeta militer yang gagal terhadapnya pada Juli tahun lalu. Perundingan aksesi harus dihentikan secara virtual meski Turki tetap menjadi kandidat keanggotaan Uni Eropa.
Sekutu-sekutu Turki di Barat khawatir kekuatan baru yang dimenangkan oleh Erdogan dalam referendum ketat pada April, akan mendorong Turki menjauh dari nilai-nilai demokrasi.
Erdogan mengatakan, tindakan keras dan kekuatan presiden yang lebih besar dibutuhkan untuk membantu mengatasi tantangan serius terhadap keamanan Turki baik di dalam negeri maupun di luar perbatasannya.
Pada titik tertinggi dalam ketegangan awal tahun ini, Erdogan membuat marah Jerman, dengan menuduh pejabat pemerintah Jerman menyukai perilaku Nazi. Jerman menampung tiga juta orang Turki, yang sekitar setengahnya dapat memilih dalam pemilihan pada 24 September mendatang.
Hubungan kedua negara juga tertekan setelah adanya penangkapan seorang wartawan Turki-Jerman dan seorang aktivis hak asasi manusia Jerman oleh pemerintah Turki.
Republika
0 komentar:
Post a Comment