Seandainya yang Menimpa TGB Menimpa Gubernur yang Keturunan Cina, Akan Seheboh Apakah Negeri Kita?


Seandainya saja sebaliknya, kejadian penghinaan rasis yg menimpa Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Haji Muhammad Zainul Majdi di bandar udara internasional Changi Singapura dengan kata-kata: Dasar Indo! Dasar Indonesia! Dasar Pribumi! Tiko! oleh Steven Hadisurya Sulistyo, seorang bocah ingusan warga negara Indonesia juga itu menimpa pada Gubernur yg warga keturunan Cina, seheboh apakah negeri kita jadinya?

Seandainya saja sebaliknya, ada warga negara Indonesia bukan keturunan (sebut saja Bunga) kemudian memaki Gubernur keturunan (sebut saja Mawar) dengan perkataan: Dasar Sipit! Dasar Tiongkok! Dasar Cina! Babi! Tentu sangat-sangat tidak karuan hebohnya negeri kita hari ini. Mulai dari pemberitaan media hingga proses hukum terhadap pelaku penghinaan rasis tersebut.

Untungnya, kejadian itu menimpa seorang Gubernur shalih, santun nan pemaaf. Jiwa Islamisnya, Nasionalisnya, kepemimpinannya, keksatriaannya, begitu luar biasa. Dan seperti biasa, media hingga aparat penegak hukum pun diam seribu bahasa. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Jika saja menimpa pada Gubernur arogan, kasar, penista agama. Seperti biasa, pelakunya bisa digelandang layaknya terduga teroris atau makar terhadap negara jadinya dan diberitakan setiap hari setiap saat dengan berbagai label ini itunya oleh media.

Entah kenapa dengan bangsa kita ini? Arogansi rasial dari warga keturunan (sebetulnya saya tidak ingin ada yg mengistilahkan warga pribumi atau pun keturunan, namun apa daya, mereka yg memulai) akhir-akhir ini begitu terasa. Seakan-akan mereka di atas angin. Mampu berlindung dari jeratan hukum. Berlindung di balik sebuah topeng Bhineka Tunggal Ika, toleransi, dan sejuta istilah lainnya yg yg berujung dengan tirani minoritas.

Di sisi lain, inveriority complex dari warga pribumi juga begitu terasa. Lemah. Tersudutkan. Serba salah. Bahkan, di awal-awal kabar mengenai penghinaan rasial terhadap Gubernur NTB ini muncul, banyak yg langsung meragukannya. Sementara jika sebaliknya seandainya terjadi pada Gubernur yg dihina secara rasial, langsung berontak dan heboh sedemikian rupa.

Ada apa dengan negeri ini? Ada apa dengan warga negaranya?

Pasti ada pemicunya. Dan kita tahu sendiri apa sebab pemicu dari arogansi rasial yg terjadi akhir-akhir ini oleh mereka-mereka. Apa perlu kita habisi saja pemicunya sekarang juga?!

Saya marah? Tentu saja! Sesiapa yg tidak marah atau tidak tersinggung dengan peristiwa penghinaan rasial terhadap warga negara Indonesia oleh warga negara Indonesia, terjadi di negara tetangga pula, sungguh perlu diragukan ke-Indonesia-annya!

Oleh Azzam Mujahid Izzulhaq DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar:

  1. WNI seperti dia layak diberi pelajaran... bila perlu diusir dari bumi pertiwi.

    ReplyDelete