[Hikmah & Renungan] Inilah Takdir BG, Bambang dan Samad
Kasus - kasus kenegaraan akhir-akhir ini di negeri kita sungguh memberikan pelajaran yang sangat jelas pada setiap anak bangsa bahwa takdir itu tidak bisa dilawan. Sepintar apapun strategi dibangun, sekuat apapun landasan aturan dibuat dan serapi apapun siasat dirancang belum tentu menjamin segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana.
Kasus BG yang gagal dilantik Presiden untuk menjadi Kapolri adalah sebuah contoh yang layak menjadi renungan. Apa yang kurang dari BG sementara beliau berjasa secara politik "mengantarkan" Jokowi menjadi presiden, pernah menjadi ajudan presiden sebelumnya yakni Megawati, orangnya ganteng dan kaya, disepakati DPR untuk menjadi Kapolri, dalam kasus hukum jelas sudah menang di pengadilan, dan lain sebagainya. "Hanya" dengan sebuah kasus lama yang diputar kembali, semua modal menjadi orang besar ambruk. Takdir menjadi berbeda dengan dugaan kuat yang mencuat.
Kurang hebat apa Abraham Samad? Dipuji sekian lama, pernah "digadang-gadang" menjadi cawapres, menjadi anak muda
yang bermasa depan karir bagus, menjadi pimpinan lembaga super hebat yang ditakuti banyak pejabat. Hanya dengan kasus kecil masa lalu, yang inipun belum jelas benar, yakni pemalsuan KTP, harus menjadi tersangka untuk kemudian memaksanya "kehilangan" kejayaannya. Takdir sekali lagi berbeda dari dugaan banyak orang.
Belum juga kasusnya Bambang Wijayanto yang sangar itu, yang pandai beracara dan berargumen pula, serta menjadi salah satu pentolan KPK bersama Abraham Samad. Beliau harus tunduk pula pada takdir kehilangan karir hanya karena kasus lama yang sebenarnya sudah selesai pada masa lalu, tentang saksi palsu.
Ternyata, takdir memang tidak bisa ditebak. Mulia dan tidaknya kita kadang juga ditentukan oleh sesuatu hal kecil pada masa lama yang sudah kita anggap selesai. Pelajaran yang bisa dipetik adalah "hati-hatilah dalam berbuat, semua perbuatan kita sekecil apapun akan menjadi masa lalu yang mungkin menentukan masa depan kita.
Ternyata, takdir itu sering tidak mengikuti "nalar" kita hanya karena Allah tidak mau kita menuhankan nalar kita disamping bertuhankan Dia Yang Maha kuasa. Ketika takdir sudah terjadi, tidak perlu kita protes dan marah-marah. Jalani dan nikmati saja serta lihatlah apa saja yang akan terjadi sebagai rentetan dari kejadian-kejadian ini, karena tidak pernah ada kasus tunggal yang tidak memliki kaitan cerita dengan hal lain. Kisah belum berhenti di sini, siap-siaplah menyaksikan episode berikutnya dari drama kebangsaan di bawah kepemimpinan Jokowi-JK. Salam, AIM. [inilah]
0 komentar:
Post a Comment