Penulis : ADI SUPRIADI / Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan
Twitter : @assyarkhan
Indonesia dan Australia terlibat perang Cyber dengan eksekusi mati Pemimpin Gembong Narkoba yang telah merusak generasi muda Indonesia Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. Australia telah berusaha untuk menyelamatkan nyawa Myuran Sukumaran (33) dan Andrew Chan (31) yang dijatuhi hukuman mati pada tahun 2006. Pasangan ini dihukum pada tahun 2005 sebagai pemimpin gembong pengedar Narkoba yang dikenal sebagai Bali Nine, Menyelundupkan 8 Kg Narkoba jenis Heroin ke Indonesia.
Awal bulan ini, Pengadilan menolak petisi dari Australia untuk meninjau kembali kasus mereka dan Joko Widodo tidak mengabulkan permintaan grasi untuk pengedar Narkoba itu. Namun dengan berbagai modus dilakukan Australia dengan meminta paramedis dan para keluarga untuk menangguhkan eksekusi mati terhadap kedua narapidana tersebut.
Australia Gunakan Politik Balas Budi
Dengan modus menangguhkan eksekusi mati, Perdana Menteri Australia Tony Abbott memperingatkan bahwa negaranya akan merasa kecewa jika eksekusi mati tersebut tetap dilakukan Indonesia, Australia mengungkit “Kebaikan Hati” Negaranya dengan telah membantu Aceh sebesar 1 miliar dolar Australia yang digunakan untuk membangun Aceh yang terkena bencana Tsunami tahun 2004 silam. Ratusan ribu orang di provinsi Aceh, Indonesia tewas selama bencana alam itu terjadi. Australia meminta Indonesia membalas budi bantuan mereka tersebut sebagaimana harian setempat memberitakan, jika tidak ada balas budi Abbot menyerukan untuk memboikot Bali dari kunjungan wisata dari Negara tersebut.
“Saya akan mengatakan kepada Masyarakat Indonesia dan pemerintah Indonesia : Kami di Australia selalu ada untuk membantu Anda, dan kami berharap agar Anda membalas Budi Kami selama ini, Jika tidak Maka Kami akan boikot Bali dari Kunjungan Wisatawan dari Negara Kami,” katanya sebagaimana BBC News Laporkan.
Demo Menentang Eksekusi Mati Di Australia (ABC News) |
Indonesia Tegaskan Tidak Merubah Keputusan
Negara Indonesia yang selama ini menjadi korban peredaran Narkoba dari bangsa Australia menegaskan akan tetap melaksanakan eksekusi mati terhadap Narapidana Gembong Narkoba. Armanatha Nasir selaku juru bicara kementerian luar negeri Indonesia, menanggapi pernyataan Abbott dengan mengatakan kepada wartawan di Jakarta bahwa pernyataan Perdana Menteri Australia mencerminkan warna sebenarnya dari Australia yang arogan dan penjajah.
“Ancaman bukan bagian dari bahasa diplomatik dan tidak perlu Kita ditanggapi ” katanya.
PBB juga telah mencoba mempengaruhi Indonesia melalui Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mirroring yang datang ke Indonesia dalam upaya untuk menyelamatkan nyawa tahanan kejahatan narkoba lainnya dari Brazil, Perancis, Ghana, Indonesia, Nigeria dan Filipina
Di tengah ketegangan kedua Negara , Hastag #BoycottBali menjadi Trending Topic untuk mendesak Australia untuk tidak mengunjungi pulau wisata yang indah itu. Sedangkan sebagian yang lain menggunakan Hastaq tersebut untuk meningkatkan Populeritas Bali dimata Dunia. Beberapa berpendapat dari berbagai Negara di dunia mendukung Indonesia untuk tetap melaksanakan hukuman mati tersebut karena Bali tetap akan indah tanpa bangsa Australia yang congkak dan tidak sopan itu.
PKS Dukung Jokowi, Tolak Loby PBB
Sementara itu PKS (Partai Keadilan Sejahtera) menyatakan sikap mendukung penuh Pemerintah dalam putusannya menolak Grasi atas 2 Narapidana Gembong Narkoba di Bali, PKS melalui Komisi III menentang campur tangan PBB dalam hal ini, melalui juru bicaranya Nasir Jamil mengatakan “PBB terlalu mengada-ada ikut campur terhadap eksekusi mati gembong Narkoba itu, yang seharusnya diurus PBB itu adalah Palestina yang notabene ratusan ribu nyawa melayang karena kekejaman Israel, bukan soal perundang-undangan didalam negara orang lain” sebagaimana dilansir Inilah.com
Sengketa Indonesia Vs Australia ini muncul setelah Indonesia membekukan kerjasama militer dan intelijen dengan Australia pada tahun 2013, menyusul laporan bahwa Canberra telah memata-matai pejabat tinggi Indonesia termasuk istri mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Berikut ini beberapa petikan perdebatan di Media Sosial Twitter
0 komentar:
Post a Comment