Jokowi Adalah Media Darling Bukan People Darling


Jokowi persis seperti Syahrini, tidak memiliki suara bagus tapi aksi yang bagus. Jambul khatulistiwa, istilah cetar membahani, suara di bikin serak-serak tinja dan seterusnya. Padahal jika ditilik dari rekam jejaknya sebagai penyanyi masih kalah jauh dari Titi DJ yang benar-benar diva (istilah yang diberikan).

Capres dari PDI-P ini juga persis mantan kekasih Anang Hermansyah itu. Rekam jejak prestasinya babar blas. Jika ada yang protes dengan anggapan ini silahkan bikin artikel sendiri.

Sebutkan rekam jejaknya Jokowi, mau dibantu? Okelah kalo begitu;

Menghadiri pertunjukan Metallica
Masuk ke gorong-gorong kota
Pergi kepasar-pasar tradiosional
Lelang jabatan
Melantik camat dekat pembuangan sampah
Demikian rekam jejak Jokowi sebagai calon presiden Republik Indonesia. Jika rekam jejak ini dianggap mewakili kebutuhan Indonesia menjadi negara maju, bisa menekan laju rakyat dibawah garis kemiskinan dan memiliki postur militer yang memiliki efek deterent, sungguh melegakan hati.

Sementara kondisi Jakarta pasca di tinggal Foke dan gubernur-gubernur sebelumnya adalah;

Masih banjir
Masih macet
Masih banyak rakyat yang tidak bisa sekolah
Masih tinggi angka kriminalitas
Dan seterusnya, jika profil DKI Jakarta masih 11-12 dengan masa jabatan para gubernur lainnya, terus apa yang menjadi prestasi Jokowi dan dianggap mewakili kebutuhan negara ini kepada pemimpin yang diinginkan?

Malahan penulis berharap ada para lovers dari capres spektakuler ini menuliskan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh Indonesia untuk posisi presiden. Tuliskan saja sejumlah faktor kemudia kita diskusikan , debatkan, eyel-eyelan dan saling menghujat. Jangan sebutkan nama capresnya, hanya tuliskan saja faktor-faktor yang dipersyaratkan untuk posisi presiden negara ini. Misalnya;

Anti KKN
Anti menjual asset negara
Anti sungkem kepada ketua umumnya melebihi kepatuhannya kepada rakyat karena pemimpin adalah pelayan rakyat bukan pelayan partai.
Anti blusukan tapi proaktif menelurkan sistimatika kerja yang transparan sehingga ketika ada pengadaan (misalnya) moda transportasi tidak melibatkan tim suksesnya saat kampanye
Dan seterusnya
Media darling bukanlah solusi. Emang Indonesia butuh Syahrini? Nggak kan? Penulis bersungguh-sungguh ingin berkomunikasi kepada mereka yang memiliki integritas untuk mencari tahu mind master dan the Thinker dibalik mengguritanya dukungan mass media kepada pria ini. Sesuatu yang ‘tengah’ terjadi dibalik gelombang euforia mass media yang senantiasa mengelu-elukan Jokowi sedemikian rupa sehingga psikologi massa secara massive telah menggiring opini (yang memang diset-up sedemikian) agar mendapatkan patron bahwa Jokowi lah sang Godot itu. Sepertinya ada Big Capital dibelakang semua ini. Bergidik dan mengerikan.

Mereka (baca: mass media) membenamkan amukan dan kemarahan warga DKI Jakarta yang merasa dikhianati dan ditipu Jokowi. Anggapan rakyat bahwa Jokowi telah menjadikan DKI-1 sebagai target antara untuk menggapai RI-1. Pragmatisme PDI-P untuk menyabet 30% suara legislatif dan memasukkan Jokowi ke Istana memang sesuatu yang bisa dilihat kasat mata. Politik memang pragmatisme.

Salam Anti Pragmatisme dan Media Darling!

Oleh : Imam Prasetyo DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar: