Semua orang sekuler dan agama non Islam bangga dengan keberadaan PIDP sebagai partai Pluralisme Sekuler. Terlebih permusuhannya terhadap gagasan gagasannya yang menyerang kepentingan umat Islam telah memberikan dampak yang luas kepada masyarakat. Tidak ada partai yang di pimpin umat Islam dinegara ini yang paling lantang permusuhannya terhadap Islam, melainkan partai yang yang menyatakan partainya sebagai terbuka, atau partai partai yang menonjolkan Pluralisme sekular
Kebangkitan sekuler dinegeri ini tidak saja memberikan dampak negative pada sudut pandang para politisi, tetapi juga telah melahirkan kader kader yang hidup bebas menjalankan ajaran sektenya di berbagai partai. Sedangkan khusus di PDIP, sebagai partai “wong Cilik” adalah Partai yang paling senang bermesraan dengan aliran aliran sesat di Indonesia, adalah sebuah visi partai yang menempatkan kelompok kelompok sempalan bisa berlindung didalam tubuh PDIP.
Dijaman Bung Karno, umat Islam pernah dihadapakan pada retorika nasionalisme Bung Karno, meskipun beliau banyak mengenal Islam berdasarkan leteratur leteratur Islam yang didapatkan oleh Bung Karno, tetapi Bung Karno lebih memilih militansi Kamal Artatuk sebagai mesin pembangunan Nasionalisme, yang menempatkan agama diluar pembicaraan Negara. Namun sikap Bung Karno yang Pluralis, terpancing dengan konsep konsep Komunisme dan marhenis, sehingga membuahkan hasil “malapetaka Komunisme” melanda bangsa ini. Akibat kebingungannya, Bung Karno harus menelan si Buah Malakama, Negara dalam keadaan darurat, dan pelengseran Bung Karno secara Paksa.
PDIP dengan konsep yang condong mengeksploitasi ajaran “Ayahanda Proklamator” , membuka partai seluas luanya, kepada mereka “wong cilik” dalam konsep menerima semua orang yang konon tertindas dengan paham pahamnya, adalah kelompok kelompok sempalan, sesesat apapun ajarannya. Kalau Komunisme saja dijaman Bung Karno di tarik dalam pemerintahanya. Lalu bagaimana mungkin kelompok sesat seperti Syiah dan lainnya harus ditolak dari PDIP.
PDIP tidak mengenal kata “sesat”, yang penting partai ini bisa mengenyangkan perutnya dengan suara yang menjadi target. Bagi PDIP, agama bukanlah tujuan, tetapi kekuasaanlah tujuan utamanya. Tentang sesat atau tidak sesat bukanlah urusan PDIP, yang penting dapat memberi kontribusi suara kepada PDIP. Merupakan pandangan partai terbuka, berdasarkan cita cita partai yang konon disesuaikan dengan pancasila.
Pandangan pandangan “sang Prklamotor” menjadi acuan utama partai, dari buku buku peninggalan bapaknya, menjadi warisan suci yang harus di laksanakan oleh keturunannya. Kebesaran Bung Karno menjadi “baleho” dalam kehidupan partai ini, adalah sebuah bukti kalau Partai Ini adalah partai Paternalistik yang menganut surut sudut pandang masa lalu dari pendiri republic ini.
Kalau kemudian mata mata “ALIRAN SESAT” seperti Syiah cs, di akomodasi oleh PDIP, karena dipandang hal itu sesuai dengan cita cita bapaknya yang pernah meng-akomoder Komunisme di Indonesia.
Kwalitas PDIP adalah Jokowi
Gambaran seorang “Jokowidodo” dalam paradigma PDIP adalah kader terbaik bangsa, yang pantas melangkah menuju RI satu. Adalah sebuah pandangan yang didasarkan pada prestasi gemilang yang dianut PDIP, meskipun tidak memenuhi standar sebagaimana lontaran janjinya “Jokowi” yang dilontarkan berpuluh puluh kali di depan Media. Perobahan wacana PDIP yang mulanya sacral dalam membidikkan langkah “Kauman atas dinasti Sukarnoisme” sebagaimana “Buku suci” Bungkarno, haruslah dilanggar demi mengangkat suara partai, meskipun kurang searah dengan dengan garis kebijkan partai yang Sukarnoisme.
Prestasi Jokowi yang tidak terlalu menonjol sebenarnya, bahkan belum mampu mewujudkan cita citanya, terkesan tergesa gesa bila harus menjadi seorang presiden, padahal dua kota “Solo dan Jakarta” tidak menghasilkan karya gemilang yang mencuat dirasakan rakyat yang dipimpinnya, bahkan meninggalkan PR besar yang amat menyakiti dan melukai perasaan umat Islam. Di solo misalnya, yang harus menjadi “walikota” adalah wakilnya, yang membuka kurun kebangkitan salibiyah di solo. Jokowi terkesan tidak bersahabat dengan Islam, tetapi sengaja mengjungkinr balikan Islam dan menyerahkan kepemimpinanya kepada orang non Islam, terlebih kalau Jokowi jadi Presiden
Nyata ada kesengajaan “mempermainkan Islam ala jokowi”, dengan sengaja menjadi kutu loncat sebelum berhasil membangun masyarakatnya. Tidak selesai disolo, lari ke Jakarta, dan sekarang mencalonkan diri sebagai capres RI, dengan meninggalkan penyakit yang sama dengan yang di solo, meninggalkan wakilnya naik kekursi utama untuk memimpin wilayah yang dipimpinnya.
Ahok orangnya, kalau benar “Jokowi “ jadi presiden, lautan salibiyah dijakarta ini akan menjadi pukulan talak dan neraka bagi umat Islam. Sudah 60 persen orang oranya ahok yang ditempatkan dalam instansinya, dan banyak pejabat pejabat Islam digeser jauh dilempar ke tempat tempat yang tidak strategis. Apakah memang ini rencana besar PDIP sama dengan Sukarno yang sengaja memusuhi Islam, masih menjadi pertanyaan besar, kalau kemudian di Negara ini hanya ada kekuatan Syiah, Kristen dan Komunis, berarti Negara Indonesia dalam keadaan Darurat.
Syiahkah Jokowi ?
Jalaluddin Rakhmat, seorang Pioner Syiah yang banyak memegang peran dalam agama Syiah, adalah “Mahdinya Syiah Indonesia” yang ditunggu tunggu oleh para Syiah Mania. Jargon Jalaluddin Rakhmat yang mencalonkan diri dari Dapil Jawa barat, menjadi impian kelompok Syiah untuk pro aktif menetang “sunni” di Indonesia. Kalau jalan jalan diskusi sudah tidak mungkin bisa ditempuh oleh jalal, Karena “sunni” sepakat menolak Syiah. Tetapi ambisi politiknya, memang merupakan tolak ukur Syiah dalam mengembangkan Dakwah Syiah. Merebut kekuasaan, atau mengambil alih kekuasaan adalah cara cara syiah yang paling spektakuler dalam panggung politik. Sebab tak ada agama yang paling ambisi dengan kekuasaan, kecuali Syiah, hingga untuk memasong penganutnya selalu mendukung gagasan politiknya, Syiah menciptakan satu surat yang namanya surat “WILAYAH”, otomatis adalah surat khusus manhaj syiah guna mwajibkan pemeluknya untuk bertarung merebut kekuasaan.
Menurut Informasi Ibu Taqiyah Jalaluddin rakhmat menyatakan , Jokowi adalah seorang Syi’i dan tokoh syiah, sempat dielukan oleh para pemeluk agama Syiah, kilahnhya dalam akun Faceboonya :” “Itu lho pak Jokowi, yang saya bilang orang Syiah yang akhlaknya baik banget difitnah macam-macam. Untung dia Syiah, jadi orang intoleransinya pada gonggong, Pak Jalal-nya jalan terus. Kalo baca fitnah-fitnahnya, lucu-lucu.. tenan, pak.. hehehee..,” ungkap Emilia dalam akun Facebook-nya pada Ahad (16/03) berdasarkan pantauan Seputar Dunia Islam. Klaim istri Jalal ini menggambarkan profil Jokowi yang lagi naik ring capres, untuk berlaga dalam pesta anak anak bangsa. Ada kebanggaan tersendiri tergambar pada Emilia tentang sosok Jokowi, kelak yang akan duet, bersama kabinet bayangan yang menempatkan Jalal sebgai menteri agama.
Ungkapan wanita kocak istri Jalal ini adalah ungkapan seorang istri yang tidak bisa menahan emosinya berkaitan dengan tampilnya suami tercinta sebagai caleg PDIP dari Dapil Jawa Barat.
Seulas kata Istri Jalal juga diperkuat dengan pernyataan orang orang dalamnya dari kalangan Syiah, yang tidak bisa menahan emosinya, menanti kehadiran jokowi sebagai anak bangsa yang bakal duduk di RI I, Karena mamfaatnya akan sangat berguna, andil besar untuk pembangunan Syiah raya. Menurut penelusuran AntiLiberalNews pada sebuah blog Syiah, terdapat artikel yang berjudul ” Jokowi Presiden, Syi’ah Untung Besar,” ditemukan kalimat berikut:
” Keberpihakkan PDIP pada minoritas sudah tidak diragukan lagi. Misalnya, jika kelompok Islam radikal menghajar syiah, eh…PDIP malah pasang tokoh syiah terkemuka–Kang Jalal—sebagai calegnya.
Aksi bar bar primitif ala Sampang tidak mungkin terulang jika Jokowi jadi Presiden.
Masa Sulit bagi Mazhab Syi’ah Indonesia Teratasi 9 April 2014
……. seperti angin….. tak terlihat bukan berarti tak ada…. Kebangkitan Syi’ah di ambang pintu… “
Ini .
Membaca teks tersebut , tergambar seorang Syiah yang bertaqiyah, ,menyebut peristiwa sampang sebagai Aksi Barbar dan primitive, dengan menyudutkan kaum sunni di sampang sama dengan orang orang Barbar dan Primitif yang tidak mengenal arti kehidupan manusia, padahal yang memicu kisah tragis itu adalah Syiah selama ini, Sunni yang diam diusik dari tidurnya, dipaksa untuk berbuat onar. Dan kalau Syiah mau bercermin muka, Barbar yang sebenarnya itu adalah Syiah yang selama ini selalu kejam terhadap sunni diperbagai belahan bumi muslim. Mengapa peristiwa puger tidak disebut, ketika Syiah jadi penghisab darah tidak disebut sebagai barbar atau drakula . Tentu sebuah Hipnotisme Taqiyah
PDIP memang terbuka selebar lebarnya bagi siapapun yang ingin membesarkan PDIP, tidak lagi melihat paham, agama dan status, tetapi PDIP memandang kelompok kelompok minoritas itu bisa menjadi potensi pengembangan partai kalau dibela. Karena dunia politik, “A” sama dengan “Z” tergantung siapa yang memakai sorban politik tersebut. Bias bias PDIP adalah bagian dari sosok masa lalu yang tercermin dalam ketua PDIP, Megawati Sukarno Putri, kembali ingin mengukir kejayaan masa keemasan partai Bung Karno masa itu. Estafet paham Bung Karno itulah yang dikembangkan Megawati, tetapi tidak berarti bisa hidup leluasa, selama partai PDIP masih takliq buta pada sosok dinasti pemikiran Bung Karno [meskipun tidak seratus persen], karena saat Bung Karno berkuasa, para pendukung Bung Karno akhirnya hengkan dari sikap Bungkarno yang antagonis.
Salah Besar Syiah, kalau kemudian bisa hidup tenang dalam pluralism PDIP yang menganut demokrasi ala Bung Karno.
Sekalipun demikian sikap PDIP mengizinkan seseorang dari kelompok sesat syiah, adalah sebuah kesalahan besar yang tak harus terjadi di tubuh PDIP, karena berarti mengusik luka lama yang pernah mencedrai umat Islam, pada saat kejahatan komunis merajalela dinegari ini, karena perlindungan Bung Karno, artinya berharap munculnya huru hara baru dalam tubuh umat Islam yang akan mengulang sejarah “ganyang PKI”
Sentimen umat Islam terlalu tinggi, boleh saja syiah berharap durian runtuh, tetapi kemungkinan hujan ular yang akan datang berwujud bencana bagi kehadiran syiah di Indonesia yang akan merobah Indonesia menjadi Negara “mullah”.
Cita cita Syiah sama halnya dengan cita cita PKI, hanya akan mengulang sejarah kehancuran PKI babak II dalam konsep lain [Syiah ]
Kalau disebut Islam radikal, maka lebih pantas diarahkan pada radikalisme Syiah yang mensejajarkan sahabat sebagai orang orang murtad, apa tidak lebih radikal Syiah ketika menghujat istri Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Dengan berkedok Husein sebagai landasan kebencian Syiah, menyempal para pejuang Islam dan orang yang banyak berjasa terhadap Islam adalah kafir, itu sama halnya menempatkan Syiah sebagai pengacau berkedok paham, layaknya komunisme yang harus hengkang dari bumi pertiwi.
Dukungan Kristenisasi Ala “Jokowi dan Megawati”
Penampilan PDIP hari ini lebih lebih agresif memberikan peluang pada kelompok minoritas untuk memimpin negeri ini tanpa melihat bahayanya. Artinya salah satu sikap untuk menggusur hak mayoritas dengan berkedok membela kaum wong cilik alias Minoritas. Di solo misalnya, seorang yang beragama Kristen bisa menjadi walikota solo. Setelah ditinggal oleh “Jokowi”. Juga DKI, duet dengan orang Kristen beraliran keras, sehingga berhasil duduk menjadi orang nomor satu di wilayah DKI. Kini di tarik menjadi calon tunggal dari PDIP, menjadi capres atas mandat PDIP, adalah suatu usaha yang gigih dari PDIP memperjuangkan hak hak minoritas yang tentunya tidak lepas dari untung dan rugi kepentingan politik.
Sikap antagonis PDIP itu tidak lepas dari sikap sosok Megawati sebagai landasan partai yang masih paternalistik. Isu SARA menjadi salah satu cambuk menyeret orang orang yang berpikir agamis dan kristis ke rana hukum, tanpa merasa bahwa mereka yang mengobarkan isu SARA untuk orang orang yang konsekwen membela agama juga telah melakukan penghinaan terhadap agama. Umat Islam dibuat takut mempertahankan ajaran murninya dengan isu SARA tersebut. Gaya orde baru ini terus dipertahankan guna menjaring para pemicu Sara menurut ukuran parsial kelompok partainya.
UMAT ISLAM PERLU MENIMBANG MEMBERIKAN SUARA PADA PDIP
إلا إذا كان من رشح نفسه من المسلمين ومن ينتخبون يرجون بالدخول في ذلك أن يصلوا بذلك إلى تحويل الحكم إلى العمل بشريعة الإسلام واتخذوا ذلك وسيلة إلى التغلب على نظام الحكم على ألا يعمل من رشح نفسه تمام الدخول إلى مناصب لا تتنافي مع الشريعة الإسلامية
"Kecuali apabila orang yang mencalonkan dirinya itu dari kaum muslimin dan para pemilih berharap dengan masuknya orang itu ke sistem akan bersuara untuk perubahan agar berhukum dengan syari'at Islam, dan menjadikan hal itu sebagai sarana untuk menguasai sistem/aturan (pemerintahan), (maka hal ini diperbolehkan). Dengan ketentuan, orang yang mencalonkan dirinya tersebut setelah terpilih tidak menerima jabatan kecuali jabatan yang tidak berlawanan dengan syari'at Islam.
Diatas adalah pernyataan bin Baz, bahwa berlaku hukum perkecualian umat Islam bisa memberikan suara kepada “caleg”, jika jelas jelas partai itu tidak sejalan dengan kemuan Islam, maka tidak perlu mendukung keberadaan partai tersebut atau calegnya
Asy-Syaikh Ibnul-‘Utsaimiin rahimahullah pernah ditanya tentang hukum masuk parlemen suatu negara yang belum menerapkan syari’at Islam secara menyeluruh, maka beliau menjawab :
لابد من الدخول والمشاركة فى الحكومة وان ينوى الانسان بالدخول الاصلاح لا الموافقة على كل ما يصدر , وفى هذا الحال اذا لقى ما يخالف الشرع فانه يرده, وهو وإن لم يتبعه على ذلك اناس كثيرون يحصل بهم تقويته فى اول مرة او ثانى مرة او الشهر الاول او الثانى او الثالث او السنة الاولى او الثانية سوف يكون فى المستقبل له اثر طيب , أما التخلي عن ذلك فيُترَكُ المجال لأناس بعيدين من تحكيم الشريعة، فإن هذا تفريطٌ عظيم،لا ينبغي للإنسان أن يتَّصِفَ به
“Seseorang hendaknya masuk dan bermusyarakah di dalam pemerintahan. Dan seseorang haruslah meniatkan masuknya itu untuk melakukan ishlah (perbaikan), bukan untuk menyetujui atas semua yang ditetapkan. Dalam hal ini, apabila dia mendapatkan sesuatu yang bertentangan dengan syari’at, harus ditolak. Meskipun penolakannya itu mungkin belum diikuti dan didukung oleh orang banyak pada pertama kali, kedua kali, bulan pertama, kedua, ketiga, tahun pertama atau tahun kedua, namun ke depan pasti akan memiliki pengaruh yang baik. Adapun membiarkan kesempatan itu dan meninggalkan kursi untuk orang-orang yang jauh dari sikap berhukum pada syari’at, merupakan peremehan yang besar. Tidak selayaknya bagi seseorang untuk bersikap seperti demikian” [Ad-Da’wah ilal-Jamaa’ah wal-I’tilaaf, hal. 155 –
Pada pernyataan tersebut di bolehkan memberikan dukungan kepada partai yang menyuarakan Islam, yang membela kepentingan umat Islam, mengawal Negara untuk tetap stabil sesuai dengan kemauan Islam. Yang bermakna pula adanya larangan mendukung partai partai yang berusaha memnghancurkan Islam, partai yang memusuhi Islam dan akan mengikis Islam dari negeri ini. Suara umat Islam itu haram dibagi bagikan kepada partai partai yang tidak menempatkan agama sebagai tujuan.
Selebihnya ada larangan keras dari Islam kepada seluruh umatnya untuk tidak memilih partai partai yang condong pada nalar dan pandangan sesat dan menyesatkan
Sebab Orang kafir tidak mungkin memperjuangkan syari’at Islam dan kaum muslimin, karena Allah ta’ala berfirman:
مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلا الْمُشْرِكِينَ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِنْ خَيْرٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar” [QS. Al-Baqarah : 105].
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran” [QS. Al-Baqarah : 109].
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” [QS. Al-Baqarah : 120].
Inilah tabiat orang kafir yang membenci Islam dan kaum muslimin.(koepas)
Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang
ReplyDeletesedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan
Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka
kerjakan.
(QS at-Taubah [9]: 9).
Isi dari tulisan saudara banyak mengandung unsur fitnah, pembenaran diri, pemaksaan dan subjektivitas tinggi..
ReplyDelete