Luar biasa kehebohan dunia maya saat “obyek” yang dibencinya atau tidak disukainya itu tersandung masalah. Amunisi caci maki dan ledekan langsung dimuntahkan saat itu secara sporadis.
Sore ini ada yang muncul di timeline twitterku, dan ketika saya search dengan 2 kata: “PKS hamili” sebagai kata kunci di mesin pencarian twitter, rupanya sudah menjadi pembicaraan yang heboh, lebih dominan yang mengolok-olok dan mencaci-maki.
Berita yang menjadi obyek pembicaraan adalah ini:
Poskomalut.com: Caleg PKS ‘Hamili’ Siswi SMP
Tadi pagi, kita semua sudah belajar bagaimana membaca media pada jurnal ini, mengkritisinya agar tidak menelan bulat-bulat apa yang disampaikan wartawan. Dan juga belajar dari jurnal sebelumnya yang telah di-shared para pembaca ke 4000 lebih akun FB, dan ratusan akun twitter, Alhamdulillah, yang artinya akan makin banyak yang kritis dan cerdas bagaimana membaca media. Semoga. Saya berharap demikian. Untuk itu, mari kita lanjut belajar lagi mumpung ada bahannya.
Menurut Anda apa kejanggalan dalam pemberitaan link berita dari Poskomalut.com di atas?
Coba baca baik-baik berita tersebut sebelum meneruskan membaca analisa saya di bawah ini.
Baiklah, untuk sementara saya menemukan 3 kejanggalan, silakan menambahkannya di kolom komentar kalau Anda menemukan kejanggalan lainnya.
Kejanggalan 1:
Tidak ada laporan secara resmi / tertulis kepada pihak yang berwajib, tapi anehnya berita dimuat di media. Perhatikan baik-baik capture di bawah ini
Kejanggalan 2:
Nama terduga tertulis di dalam berita. Kalau memang benar AP = Abdullah Piter, coba periksa namanya dalam Daftar Caleg Sementara (DCS) dan Daftar Caleg Tetap (DCT) di sini: http://dct.kpu.go.id/
Atau cari namanya di sini: DCT Anggota DPRD Maluku Utara
Ada?
Ada caleg yang inisialnya AP?
Saya tidak menemukan.
.
Kejanggalan 3:
Coba perhatikan gambar di bawah ini. Semoga paham faktanya ya.
Anehnya berita yang tidak jelas kebenaran informasinya ini di-copas oleh beberapa media lain dengan menyebut bersumber dari poskomalut.com. Media – media yang asal copas seperti itu patut dicurigai sebagai bagian dari spin doctor, karena sudah jelas tidak memenuhi kaidah jurnalisme tapi kok dimuat juga.
Kalau perilaku media di Indonesia kebanyakan seperti ini, yang mengedepankan gossip tanpa memegang teguh prinsip Kebenaran dan prinsip Disiplin Verifikasi, dua elemen dasar dan penting dari Sepuluh Elemen Jurnalisme, lantas apa jadinya akhlak penduduk negeri ini?
Setiap hari warga akan gaduh dan ribut tentang sesuatu yang tidak pernah terjadi. Media akan menjadi penyubur budaya kontra-produktif dalam tatanan masyarakat.
Bayangkan …
Siapa saja bisa bikin cerita heboh, tinggal ikuti tutorial si Setan Mansyuth. Caranya begini:
[1] Pemfitnah bekerjasama dengan LSM dan media.
[2] Kemudian buat laporan kepada pihak yang berwajib.
[3] Selanjutnya bikin situasi yang seakan-akan terburu-buru untuk pergi sehingga petugas polisi tidak sempat mencatat dalam laporan resmi.
[4] Selang beberapa jam kemudian, datangkan LSM dan media yang seakan-akan menanyakan kasus tersebut kepada polisi. Polisi jelas akan meng-iyakan kalau beberapa jam yang lalu ada laporan masuk namun tidak tercatat.
[5] Atas bahan tersebut sangat bisa dijadikan bahan berita. Rilis berita ke publik.
[6] Manfaatkan jaringan spin-doctor dan buzzer social media.
Beres.
Begitulah, … yang penting dibikin heboh duluan. Yang penting image obyek yang dibencinya itu terpatri di hati banyak publik.
Cara ini memanfaatkan psikologi masyarakat yang kini sudah mulai terbiasa (pura-pura) tidak mendengar atau tidak membaca klarifikasi jika muncul di kemudian hari. Coba deh perhatikan… berapa banyak mereka yang menyebarkan berita bohong dengan menghujat plus dibumbui sikap bak seorang moralis tulen, namun setelah kemudian datang klarifikasi, para penyebar berita bohong tersebut bersedia minta maaf? Juga berapa banyak media yang minta maaf? Berapa banyak yang menyebarkan berita klarifikasi? Yang saya amati sedikiiiit sekali yang bersikap ksatria.
Apakah Anda ikut menyebarkan berita yang tidak jelas tersebut?
Nah.. kalau beritanya palsu gimana?
Apa yang Anda jawab di akherat kelak?
Apa Anda mampu meminta maaf kepada semua followermu yang telah membaca berita bohong tersebut?
Mari tanamkan selalu sikap kritis dalam membaca media.
Namun demikian, meskipun tidak jelas informasinya, saya mendorong pihak yang berwajib mengusut tuntas kasus ini, mencari pelapor, menyelidiki kebenarannya, dan kemudian menangkap pelakunya dan memrosesnya sesuai hukum yang berlaku bila memang laporan itu nyata. Dan saya akan membuat jurnal klarifikasinya.
Salam hangat tetap semangat,
Iwan Yuliyanto
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Perang politik, semua partai mah sama aja. Adu domba dan menjatuhkan satu sama lain. miris.
ReplyDelete