Bu Risma Walikota Termiskin Di Dunia?
Oleh : Arif Khunaifi
Cerita ini datang ketika kami mengadakan Kajian Bening Hati untuk Indonesia hari ini (10/3/13) yang bertajuk “Membiasakan Diri Tidak Korupsi” di Masjid al-Muhajirin, lingkungan Pemkot Surabaya. Bu Risma, Walikota Surabaya datang sebelum jam setengah delapan pagi, padahal acara biasanya dimulai jam delapan.
Namun kehadiran itu sepagi sudah diantisipasi, sehingga sudah banyak yang datang saat Bu Risma naik di atas panggung. Dimulai dengan shalawat al-Banjari, acara kemudian dilanjutkan dengan paparan Bu Risma mengenai awal dia akan menjadi walikota.
Saat akan dipilih sebuah partai untuk mejadi calon walikota Surabaya, dia kemudian menelpon Kiai pimpinan pesantren saya meminta doa agar tidak terpilih menjadi walikota. Dia memang mengaji kepada Kiai di pesantren saya sejak tahun 2002, yang saat itu masih mejadi pegawai biasa.
Dia memberikan alasannya mengapa tidak mau menjadi pemimpin Surabaya, sebagai perempuan dia tidak sekuat Umar bin Khattab yang mampu memanggul beras untuk orang-orang miskin.
Hal ini ini tidak lepas dari cerita yang sampai ini terus diingat saat di sekolah madrasah dulu dan entah mengapa cerita itu terus diingatnya saat menjadi walikota, yakni cerita seorang ibu yang memasak batu untuk menghibur anaknya. Padahal sang ibu saat itu tidak punya sesuatu untuk dimasak. Bagaimanapun dan selama apapun batu dimasak, maka juga tidak akan matang. Saat itu Khalifah Umar bin Khattab tahu karena blusukan ke kampung-kampung.
Bu Risma beralasan seperti itu, namun mereka yang mengusungnya menjadi walikota siap membantu agar cita-cita Bu Risma yang ingin meniru sahabat Umar dan juga menjadikan Surabaya seperti Madinah dalam hal toleransi beragama maupun antar etnis.
Maka, yang perlu digaris bawahi adalah bahwasanya dia tidak pernah meminta dan berdoa untuk menjadi walikota. Maka, ketika beberapa partai ingin menurunkan dia dari walikota, dia pun siap saja. Sehari menjelang pemilihan, saat orang-orang datang melekkan (tidak tidur semalaman) di rumahnya, dia lebih memilih tidur.
Saat Menjadi Walikota
Ketika Bu Risma benar-benar terpilih menjadi walikota, kemabli yang selalu terfikir di benaknya adalah bagaimana bisa membantu satu-persatu orang miskin di Surabaya agar kelak di akhirat dia tidak mendapat murka dari Allah swt.
Wajah bu Risma yang menurut kebanyakan orang seperti bunga, pohon, dan taman karena keberhasilannya saat menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan kini mulai berubah menjadi wajah pencari orang-orang miskin dan anak-anak yang tidak mampu sekolah di Surabaya.
Selain datang ke berbagai kampung di Surabaya, dia juga mengumpulkan seluruh lurah dan camat agar mendata orang-orang yang membutuhkan di daerah mereka untuk dibantunya. Dimobilnya juga selalu ada beras yamg selalu dibawa.
“Jika masih ada yang tidak terdata, maka saat di akhirat nanti ketika menghadap Allah dan ditanya mengapa masih ada orang miskin yang tidak terbantu di Surabaya, maka saya akan panggil kalian semua untuk mempertanggung jawabkan..” ancam Risma kepada lurah dan camatnya.
Dia mengakui awalnya sulit sekali untuk mengajak para jajaran pegawai pemkot untuk peduli terhadap orang miskin, namun-namun setahun terakhir ini banyak mereka yang sudah peduli. Mereka yang tidak peduli akan dia pecat. Sudah 48 pegawai pemkot yang dia pecat. Dia mendapat teror dari mereka, namun dia tidak takut. Dia berkeyakinan bahwa membela yang lemah akan selalu dilindungi Allah.
Dinas sosial yang biasanya hanya menampung 200 orang cacat mental, kini menampung 900 orang sehingga kebutuhan beras dan keperluan lain meningkat pesat. Apalagi daerah sekitar Surabaya selalu membuang cacat mental ke Surabaya.
Ketika mengajukan anggaran beras itu ke DPRD Surabaya, mereka yang sebelumnya sudah apriori dan ‘memusuhi’ dengan Bu Risma tidak mau mengeluarkan anggaran. Akhirnya Gubernur Jawa Timur membantu walaupun tidak sepenuhnya.
Saat Di Swiss
Pada moment mendapat undangan di Swiss, banyak sekali Bupati dan Walikota sedunia yang belanja jam tangan. Irfan, kepala satpol PP yang mendampinginya mengatakan bahwa harga jam tangan 125 juta dan sudah banyak bupati dan walikota yang membelinya.
Kemudian Irfan datang lagi dan mengatakan ada bupati yang masih bertetangga dengan Surabaya yang membeli jam tangan seharga 275 juta. Kemudian Bu Risma mengatakan kepada Irfan agar tidak bercerita lagi mengenai mereka. Bahkan dia satu-satunya yang tidak masuk di antara mereka, sehingga saat hujan pun dia kehujananan.
Namun Bu Risma sempat berfikir, dari mana mereka dapat uang sebanyak itu. Dia juga berfikir alangkah banyaknya beras yang bisa dibeli untuk orang miskin.
Ketika Mendapat Sanjungan
Ketika Walikota Surabaya ini presentasi dan mendapatkan banyak pujian dari pimpinan daerah berbagai dunia atas keberhasilan Surabaya dalam berbagai bidang. Para bupati dan walikota dari Indonesia ngedumel alias tidak suka serta mengatakan bahwa hal itu karena dana anggaran Surabaya banyak.
Ketika sampai di Indonesia, mereka para bupati dan walikota itu dijemput mobil alphard, sedangkan Bu Risma hanya naik mobil Innova. Dia beralasan bahwa mobil ini lebih murah.
Mereka juga dipisah antara Bupatai atau Walikota dan staffnya dipisahkan dengan mobil lain, sedangkan Bu Risma uyel-uyelan jadi satu di satu mobil agar tidak banyak uang bensin yang dikeluarkan, sehingga uangnya bisa untuk yang lain termasuk membantu orang miskin.
satu kata...hebat!
ReplyDeleteshe should be the next leader of the country
ReplyDeleteMasyaAllah, barakallahu fiikum
ReplyDeleteSubhanallah....semoga allah selalu menjaga dan melindungi beliau....
ReplyDeletedan semoga menjadi panutan para pemimpin yg lainnya...
aminn ya robbal alaminn
Ya Allah berikanlah keberkahan, kesabaran, ketabahan, dan kekuatan kepada Bu Risma. AAmiin...
ReplyDelete