Mereka memang bukan berpendidikan tinggi, tapi bisa internetan dan menjalankan komputer. Mereka digerakkan oleh satu komando untuk mendukung setiap berita yang berkaitan dengan Jokowe PDIP. Mereka akan mencaci maki, menghina, membully, personal attacks terhadap semua orang yang mengkritik Jokowe walaupun yang mengkritik itu seorang ulama, ilmuan, cendekiawan, intelektual, filosof karena bagi mereka, seorang alumni kehutanan usaha kecil dan menengah (UKM) kayu lebih hebat, lebih pintar, lebih cerdas, lebih tahu dari semua orang.
Mereka adalah pasukan bayaran dan diberi sertifikat. Jumlahnya hanya beberapa ekor saja, tetapi bijak menggandakan akun-akun palsu mencapai ratusan perorang. Foto-foto palsu, identitas palsu,
Jumlah mereka hanya puluhan orang, tapi dengan kelicikan mereka bisa membuat seolah-olah jutaan dalam media sosial karena akun-akun palsu facebook
Dengan memberikan baju gratis dan uang kopi beberapa orang yang berfoto sebaris diklaim, masyarakat aceh mendukung Jokuwi dan sebagainya.
Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, mirip metode politik komunis atau machiavelli yang jahat itu, antaranya pembohongan publik, anti demokrasi.
Himpunan Kebangkitan Indonesia Baru tanggal 16 Februari di Bunderan HI yang katanya akan dihadiri jutaan orang ternyata hanya dihadiri oleh 20 orang.
Katanya gerakan itu dihadiri oleh utusan dari 26 Propinsi, tapi jumlahnya hanya 20 orang. Berarti beberapa orang harus mewakili dua propinsi. Pertanyaannya, apakah penduduk propinsi itu mahu diwakili, merasa diwakili hanya oleh satu orang. Siapa mengutus mereka, apakah semua orang setuju mengutus dia.
Dari segi pakaiannnya dan bentuk wajah, mereka bukan datang dari 26 Propinsi tetapi beberapa orang dikasih baju gratis dan uang kopi.
Mengatasnamakan rakyat, pilihan rakyat, rakyat mendukung.. rakyat yang mana? Rakyat PDIP? Rakyat jasmev? Rakyat cukong? Rakyat facebook jasmev?
Mengaku Islam, beberapa penelitian yang dilakukan ada anggota jasmev yang selalu mengaku dan mengatasnamakan Islam ternyata dia seorang kristen Katholik.
Selalu menggunakan media-media hoax dan media antah berantah dalam memperkuat hujahnya. Membuat foto-foto edit, media sendiri yang tidak pernah dikenal masyarakat selama ini.
Boss Detik.com, kompas dan tempo sebaiknya mengaudit beberapa orang editor mereka yang bertindak lebih jasmev dari jasmev, kalau perlu dipecat saja biar tidak merusak kemerdekaan media.
gatau ah gan masalah politik emang rumit
ReplyDelete