Stigma Teroris Dinilai Digunakan untuk Mengucilkan Korban Pembantaian di Suriah
Jakarta – Beredarnya isu yang menyebut bahwa bantuan dari lembaga kemanusiaan Indonesia jatuh ke tangan kelompok teroris di Aleppo dinilai sebagai stigma untuk mengucilkan warga negara-negara yang mengalami pembantaian.
“Sedang ada upaya internasional untuk mengucilkan warga negara-negara yang mengalami pembantaian dari bantuan negara lain, seperti di Palestina, Suriah, maupun Myanmar,” kata anggota Komisi III DPR RI, Muhammad Syafii saat dihubungi Kiblat.net, Rabu (28/12).
“Adapun caranya bisa dengan penutupan bantuan secara langsung, maupun dengan dimunculkan isu Terorisme,” ujarnya.
Seperti diberitakan, muncul isu yang menyebutkan bahwa bantuan dari oganisasi kemanusiaan Indonesian Humanitarian Relief (IHR) dan Sinergi Foundation (SF) untuk warga sipil Aleppo jatuh ke tangan kelompok teroris. Kabar itu segera ditepis oleh IHR, yang menyatakan bahwa isu tersebut adalah fitnah.
Terkait bantuan untuk Suriah, Syafii menilai kondisinya berbeda dengan Palestina jika dilihat dari sudut pandang geografis. Menurutnya, untuk memblokade bantuan kemanusiaan ke Palestina bisa dilakukan dengan memblokade pintu masuk ke wilayah itu.
“Tapi kepada Suriah maupun Myanmar mereka mengunci bantuan lewat politik, menstigma siapa yang datang dan memberi bantauan adalah teroris,” ungkapnya.
Dia pun menekankan bahwa pola-pola mengaitkan bantuan kemanusiaan dengan isu terorisme hanyalah lagu lama. Narasi itu dibuat dengan tujuan menjadikan masyarakat menjadi takut.
“Di Suriah, Palestina dibantai tidak ada yang berani ngomong, dan akhirnya nanti ketika Indonesia dibantai tak ada yang mau nolong karena takut dibilang teroris,” pungkas Syafii.
0 komentar:
Post a Comment