Habib Rizieq ke Medan, 100.000 Umat Islam Berkumpul di Lapangan Benteng
Banjir tenaga kerja asing (TKA) dari China bukan politis dan isu. Tapi sudah jadi infeksi sosial dan jumlahya jutaan yang masuk ke Indonesia.
"Ini pemerintah hanya ingin mencari pembenaran saja, dari data Keimigrasian yang masuk legal sudah jelas kok dua tahun terakhir warga negara asing dari RRC itu menduduki urutan dengan jumlah terbanyak yang masuk ke Indonesia," ujar Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono melalui rilis persnya, Minggu (25/12).
Tahun 2015 saja, papar dia, warga negara China yang masuk ke Indonesia itu mencapai 1.401.443 orang yang mengunakan fasilitas bebas visa dan yang keluar 1.452.249 selisih 50 ribuan WNA asal China. Bukan hanya 26 ribu seperti dikatakan Presiden Joko Widodo.
"Nah yang 50 ribuan ini kegiatannya ngapain kalau enggak jadi TKA illegal," kata dia, menekankan.
Belum lagi yang masuk secara ilegal lewat kapal-kapal pengangkut barang-dari China untuk mengangkut hasil usaha pertambangan yang dijalankan perusahanan China di Indonesia tanpa dilengkapi CIQ (Custom, Immigration dan Quarantine) fasilitas.
"Memang sih jumlahnya tidak puluhan juta tapi baru jutaan, kan Joko Widodo baru dua tahun buat kebijakan kerja sama investasi dengan RRC dengan syarat masuk modal, masuk barang/peralatan dan masuk tenaga kerja untuk investasi China di segala bidang," urainya.
Mungkin di akhir jabatan Joko Widodo bisa jadi puluhan juta jumlahnya nanti kalau tidak diambil tindakan.
"Yang penting itu Joko Widodo jangan dikit-dikit ada masalah sosial membuat pembenaran dengan alasan isu dan politis, harusnya cek kebenarannya langsung blusukan ke tempat sektor sektor investasi China di Indonesia dan lihat sendiri benar enggak ada TKA illegal China yang kerja di sana. Coba cek apa benar tenaga kerja di perusahaan China itu pada bisa berbicara bahasa Indonesia," kritiknya.
Yang pasti TKA China ilegal itu, menurut Arief, sudah menyebabkan infeksi ekonomi dan Sosial secara nasional serta berdampak pada hilangnya kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia. Pengangguran terus bertambah juga tidak memberikan pemasukan penerimaan negara dari sektor pajak penghasilan sebab TKA China dibayar dengan tingkat upah di bawah Pendapatan Tidak Kena Pajak di Indonesia. Untuk membuktikannya masih kata Arief, tidaklah sulit alias gampang.
"Mana mungkin TKA China lebih murah upahnya dari upah buruh Indonesia, wong pendapatan per kapita China saja sudah mencapai 6416.18 dolar AS per tahun. Jadi mana mungkin TKA kerja China di Indonesia dibayar dengan upah standar Indonesia di bawah 5 juta rupiah). mau makan apa keluarga TKA itu di China nanti," sindirnya. (rmol)
0 komentar:
Post a Comment