Mengapa ISIS Membenci Turki dan Ikhwanul Muslimin?


*Azzam Tamimi

Dalam pidato terbarunya, pemimpin ISIS Abu Bakar al Baghdadi berisi tidak lebih dari perintah kepada pengikutnya dan laknat kepada musuh-musuhnya, termasuk janji kosong kehancurannya.

Bahkan tidak luput para pemeluk Islam Sunni Irak yang sering dilihat sebagai korban kekacauan di Irak sejak invasi AS dan Inggris pada 2013-pun tidak selamat dari caci maki dan kutukan al Baghdadi.

Namun, diantaranya serangan dan kutukan dalam pidatonya ditujukan kepada Turki dan Ikhwanul Muslimin.

Dua target utama ujaran kebencian al Baghdadi ini (yakni Turki dan Ikhwanul Muslimin)  biasanya dituduh oleh media dan politisi Barat sedang berkoalisi dengan ISIS ini dan bahkan juga dianggap bertanggung jawab atas kebangkitan dan eksistensi gerakan radikal ini.

Tentang Turki, Al Baghdadi mengambil posisi yang sama dengan pemberontak PKK dan sekutunya. Berikut ini pernyataan kecaman Al Baghdadi kepada Turki:

“Sepanjang periode Jihad dan perjuangan kita melawan koalisi kafirin, Turki sekular yang murtad tetap menjalankan rencana jahatnya untuk mencapai ambisinya dan kepentingannya di Irak utara dan bagian lain di Suriah.  Turki akan mundur ketika mujahidin melancarkan operasi bumi hangusnya dan mengobarkan api peperangan di jantung wilayah mereka sendiri.”

Kemudian mereka berpikir dan menghitung-hitung situasi, lantas menampakkan wajah marah dan gayanya yang arogan. Negara itu kemudian bergabung dalam perang melawan kita seperti khimar yang terpotong kakinya, karena hanya mampu mengandalkan perlindungan pesawat-pesawat perang koalisi Salib, mengganggu kemajuan Mujahidin yang berjuang membela tanah Islam dengan berperang bersama negara-negara kafir. Turki merasa aman dari ancaman anak-anak dan singa-singa Tauhid. Wahai Muwahidin..!

Turki telah terjebak dalam pekerjaannya sendiri dan masuk dalam proyek Jihad kalian. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan seranglah mereka. Ubahlah keamanan mereka menjadi ketakutan dan kesejahteraan mereka menjadi sia-sia dan kecemasan. Seretlah wilayah-wilayah Turki kedalam api konflik yang membara. Wahai para prajurit khalifah di tanah Suriah disinilah para kafirin tentara Turki berhadapan dengan anda. Darah mereka tidak lebih mulai dari darah anjing yang hina.

Tunjukkan serangan anda dan bakarlah mereka dengan api kemarahan dan dendammu karena agama dan Tauhid dari saudara-saudara setan dan model peran kekufuran mereka beserta para sekutunya yang ateis. Kemusyrikan mereka tidak akan mengalahkan Tauhid anda, demikian pula kemunafikan mereka tidak akan menang melawan iman karena Allah bersama orang-orang yang bertakwa. Inilah yang Allah dan Rasul janjikan kepada kita.”




Dianggap Ancaman Mematikan

Kebencian al Baghdadi kepada Turki dan pemerintahan AKP karena sikap Turki yang memusuhi ISIS. Patut dicatat bahwa tindakan Turki pada awalnya merupakan respon atas serangan bom bunuh diri yang dilakukan ISIS atas pelbagai kota-kota Turki. Hampir tanpa provokasi.

Hanya ada satu penjelasan mengapa mereka memusuhi Turki karena demokrasi modern yang dianut negara itu  dianggap sebagai ancaman mematikan atas ambisi ISIS dan pelbagai kelompok sejenis yang dibangun dari kebencian  mereka atas praktik demokrasi yang dianggapnya sebagai sistem penghinaan atas model khalifah yang dipersepsikan mereka, walaupun sebenarnya tidak lebih dari bentuk kediktatoran yang jahat.

Selama beberapa puluh tahun lalu, pemerintah yang berkuasa di Turki, yang sebenarnya berasal dari kelompok Islamis ini mendapatkan penghargaan dan simpati dari Muslim di seluruh dunia, karena pendekatannya dianggap sebagai langkah maju dalam berinteraksi dengan pluralitas politik dan penghormatan atas kebebasan individu.

Turki telah dilihat sebagai kisah sukses Muslim Sunni di kawasan itu yang berupaya membebaskan diri dari despotisme. Dan Turki benar-benar menjadi salah satu negara yang berdiri membela Arab Spring dan mendukung transisi demokrasi.

Penguasa Tiran Di Seluruh Dunia
Setelah mendorong para pengikutnya untuk mengubah kota-kota Turki menjadi lautan darah dalam rangka menghukum pemerintahan sekarang karena intervensinya di Suriah dan Irak, Al Baghdadi juga menyebut Ikhwanul Muslimin kafir dan munafik.

Inilah yang dikatakannya:

“Ikhwanul Muslimin yang murtad telah menjadi anak panah beracun yang ditembakkan oleh pasukan Salib untuk memerangi khilafah. Kekafiran dari kelompok yang sesat ini tidak hanya terbatas karena mereka mensekutukan Allah namun juga menyetujui konstitusi dan undang-undang yang bertentangan dengan Hak Allah sebagai satu-satunya Dzat yang membuat hukum, serta bersekutu bersama dengan negara-negara kafir, sehingga Ikhwan menjadi kelompok ateis, yang sama dengan kelompok ahlul bid’ah dan pembunuh.”

Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu setan-setan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan). (Al Qur’an 7:202)

Lihatlah di Irak dan Suriah demikian pula Tunisia dan Libya dan negara-negara lain, anda akan mendapati tidak ada dari kalangan musyrikin yang bekerjasama dalam menjalankan hukum kafir dan UU kafir atau mereka yang bersekutu dengan pasukan Salib atau Syiah atau sekularis dan atheis, berperang melawan mereka yang menjalankan Jihad di jalan Allah dan mereka yang berupaya menegakkan Kekuasaan Allah dimuka bumi. Mereka adalah sebenar-benarnya saudara setan yang mengabdikan diri kepada kepentingan Salibis. Semoga Allah menghancurkan mereka, bagaimana merka tertipu?


Permusuhan Al Baghdadi dengan Ikhwanul Muslimin bukan sebagaimana klaimnya karena mereka berkoalisi dengan salibis, namun karena Ikhwanul Muslimin menerima demokrasi dan hak rakyat melalui kotak suara.

Pada 31 Agustus dua bulan setelah kudeta militer di Mesir dan dua pekan setelah pembantaian Rabaa, sebuah rekaman yang berjudul “Al Silmiya Dinu Mann? (Pendekatan Damai Agama Siapa?), jurubicara ISIS Abu Muhammad al Adnani mengeluarkan pernyataan:

“Anda perlu tahu, wahai Sunni dimana saja, bahwa perjuangan kita bukan untuk memerintah namun hukum Syirik-lah yang memerintahmu. Tidak ada perbedaan antara satu penguasa dengan penguasa lainnya kecuali kita mengubah hukum. Tidak ada perbedaan antara Mubarak, Muammar, bin Ali dan antara Mursi, Abdul Jalil dan Al Gahanousi, mereka semua tiran yang memerintah dengan hukum yang sama.”

Bangkit dari Abu Demokrasi
Ironinya adalah bahwa Al Bagdadi tidak pernah dapat bangkit dan sukses mengendalikan sebagian besar wilayah Irak dan Suriah kemudian memperluas kekuasaannya di belahan dunia Islam lainnya, kecuali setelah kudeta militer menghancurkan demokrasi dan mengakhiri kekuasaan Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Sebelum ISIS lahir dan diawal revolusi Arab Spring di Tunisia dan Mesir, beberapa pemimpin Al Qaeda menyatakan kekhawatirannya bahwa sukses gerakan revolusi damai yang mengakhiri kekuasaan diktator di dunia Arab hanya akan membuktikan teori Al Qaeda salah dan lawannya, Ikhwanul Muslimin benar.

Namun ketika milyaran dollar digelontorkan kepada para jenderal Mesir oleh Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait serta kolusi negara-negara demokrasi di Eropa dan AS justru memberikan jalan kepada Al Baghdadi muncul dan kuat karena mampu menarik ribuan anak-anak muda laki-laki dan perempuan yang frustasi di dunia Arab dan seluruh dunia.

Kini, Al Baghdadi mengutuk Ikhwanul Muslimin dan semua yang serupa dengannya sebagai orang-orang kafir dan penolong Salibis. Para pemimpin kelompok ini, termasuk  Muhammad Mursi, presiden pertama yang terpilih secara demokratis di Mesir meringkuk dalam penjara, sementara rejim Sisi menerima bantuan dan restu dari negara-negara Barat yang demokratis, demikian para diktator Arab yang korup.



*Akademisi dan pemimpin stasiun Al Hiwar TV DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment