Hasyim Muzadi: Aksi 4 November Bukti Kekuatan Dahsyat dari Pengaruh Al-Quran
Jakarta – Mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), KH. A. Hasyim Muzadi, melihat ada energi spiritual yang ditimbulkan Al-Quran dalam #AksiBelaQuran 4 November 2016 lalu. Pengaruh Al-Quran mampu meruntuhkan skat-skat organisasi, ormas dan kelompok dan mengumpulkan jutaan umat Islam untuk membela kitab suci.
“Fenomena demo 4 November 2016 tentu secara lahiriah dipimpin oleh beberapa tokoh yang merasa terpanggil untuk membela kesucian kitabnya. Namun jumlah yang hadir membuktikan adanya kekuatan (energi spritiual) yang dahsyat dari pengaruh Al-Quran tersebut,” ujar tokoh yang juga menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini dalam pernyatannya yang diterima Kiblat.net, Selasa (09/11).
Ia membahkan, tidak ada seorang pun yang mampu menggerakkan orang berjumlah jutaan tersebut jika tidak ada dorongan kekuatan spiritual. Provokator dan bayaran setingkat apapun tidak akan mampu menggalang kekuatan tersebut. Yang ada mereka menempel gelombang besar untuk kepentingannya bukan kemampuan menciptakan gelombang itu sendiri.
Kiai kelahiran Tuban, Jawa Timur, ini menegaskan bahwa tiga hal yang tidak boleh disinggung atau direndahkan bagi umat Islam. Yaitul, Allah SWT, Rasulullah SAW, dan Kitab suci Al-Quran. Apabila salah satu, apalagi ketiganya disinggung dan direndahkan pasti mendapat reaksi spontan dari umat islam tanpa disuruh siapapun. Reaksi tersebut akan segera meluas tanpa bisa dibatasi oleh sekat-sekat organisasi, partai, dan birokrasi. Kekuatan energi tersebut akan bergerak dengan sendirinya tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Kedahsyatan Al-Quran ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang mengimani Al-Quran. Orang yang berpikiran atheis, sekuler dan liberat tentu sulit merasakan itu. Jangan lagi memahami energi Al-Quran, menerima Al-Quran pun mereka belum tentu bisa.
“Sehingga perdebatan antara keimanan kepada Al-Quran dan ketidakpercayaan kepada Al-Quran hanya akan melahirkan advokasi bertele-tele dan berbagai macam rekayasa,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan Al-Quran yang juga disebut pembeda (Al-Furqon), yang membedakan antara yang hak dan batil. Maka tidak heran kalau kemudian kelihatan di kalangan umat Islam sendiri mana yang bertindak sebagai pejuang, sebagai pengikut perjuangan yang ikhlas tanpa pamrih, yang mengambil posisi memanfaatkan keadaan (kepentingan duniawi sesaat) dan mana yang memang menyelewengkan Al-Quran.
0 komentar:
Post a Comment