Kalau sikap Bu risma menyenangkan dan menenangkan hati umat Islam Jawa timur, menyenangkan para tokoh Islam dari kalangan Kyai dan cendikiawan Muslim, dan membuat haru partai partai Islam, beda dengan tentunya dengan langkah Jokowi yang tidak pernah menghargai mayoritas umat Islam Jakarta.
Sebuah pembodohan Jokowi itu dimunculkan dalam tindak tanduk yang mencerigakan dikalangan tokoh tokoh Islam, karena berani menindas perasaan umat Islam di Jakarta. Hak yang semestinya milik umat islam Jakarta, karena lasan toleransi minoritas, seorang wanita non Muslim di sk sebagai lurah di lenteng Agung. Bukan saja meresahkan umat islam, umat islam mulai tidak percaya, benarkah Jokowi seorang islam yang mengerti Islam atau bukan.
Sikap bertolak belakang dengan mayoritas islam cerminan arogansi Jokowi yang tidak mengenal lingkungan Muslim Jakarta, dan menuruti emosi kelompok minoritas yang cendrung berlagu di Jakarta ini. Langkah dramatis Jokowi ini ibarat menuang air panas dikepala umat islam, mencederai perasaan Mayoritas, dan membuat kelompok minoritas semakin liar melakukan aksi aksi membila kepentinan minoritas, meskipun menyempal mayoritas.
Sedangkan Bu Risma menempuh diantara salah satu jalan jalan Surga, memenuhi tuntuta Quran selaku muslima yang paling mengerti hukum, disamping instropksi diri sebagai kepala pemerintah atau Wali Kota Surabaya yang mengerti bahayanya makshiat, sehingga harus mengeluarkan tindakan positif . Tentunya sangat bertolak belakang dengan Jokowi menempuh sikap arogan menentang kelompok mayoritas Jakarta, hanya untuk menyusupkan seorang lurah non muslim ditengah tengah kerumunan umat islam yang menjadi penduduk di Lenteng Agung.
Itu yang membedakan Rismawati sebagai walikota Surabaya, padahal hanya seorang wanita berjilbab. Dan Gubenur DKI yang juga Islam, tetapi lancang terhadap Quran dan Tuhannya, dengan melantik lurah Susan yang non Muslim, benar benar menyakitkan umat Islam.(KOEPAS)
0 komentar:
Post a Comment