Tanjakan Emen itu Khurafat!
KITA tentu sudah pasti sudah tidak asing lagi dengan salah satu misteri ini? Ya, itulah tanjakan emen. Misteri tanjakan emen ini dikabarkan karena adanya arwah dari Emen, salah seorang yang mengalami kecelakaan maut di tanjakan, tepatnya di kota Bandung. Emen akan mengganggu kendaraan yang melintasi jalan tersebut, Dalam Islam, hal semacam ini disebut dengan khurafat.
Apa sih khurafat itu? Kata khurafat berasal dari bahasa arab: al-khurafat yang berarti dongeng, legenda, kisah, cerita bohong, asumsi, dugaan, kepercayaan dan keyakinan yang tidak masuk akal, atau akidah yang tidak benar. Mengingat dongeng, cerita, kisah dan hal-hal yang tidak masuk akal di atas umumnya menarik dan mempesona, maka khurafat juga disebut “al-hadis al-mustamlah min al-kidb,” cerita bohong yang menarik dan mempesona.
Sedangkan secara istilah, khurafat adalah suatu kepercayaan, keyakinan, pandangan dan ajaran yang sesungguhnya tidak memiliki dasar dari agama tetapi diyakini bahwa hal tersebut berasal dan memiliki dasar dari agama. Dengan demikian, bagi umat Islam, ajaran atau pandangan, kepercayaan dan keyakinan apa saja yang dipastikan ketidakbenarannya atau yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran al-Qur’an dan hadis nabi, dimasukan dalam kategori khurafat.
Berdasarkan pengertian di atas, khurafat mencakup cerita dan perbuatan yang direka-reka dan bersifat dusta. Begitu juga dengan pemikiran yang direka-reka merupakan salah satu bentuk khurafat. Seperti halnya tanjakan emen itu. Misteri tanjakan emen tersebut hanya berdasarkan pemikiran-pemikiran masyarakat yang belum tentu kebenarannya. Oleh sebab itulah, tanjakan emen disebut sebagai khurafat. Dan khurafat itu sendiri, hukumnya adalah haram. Hal itu telah dijelaskan dalam al-Qur’an dan hadis Nabi SAW.
Pada zaman Jahiliyah, ada kepercayaan bahwa bulan Safar adalah bulan sial. Kepercayaan atau mitos tersebut langsung dibantah oleh Rasulullah SAW.
Bulan Safar adalah bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh.
Kepercayaan bahwa Safar bulan sial atau bulan bencana masih saja dipercaya sebagian umat. Padahal, Rasul sudah menegaskan mitos itu tidak benar.
Salah satu amalan khurafat yang pernah muncul ialah “Pesta Mandi Safar.” Jika tiba bulan Safar, umat Islam mengadakan upacara mandi beramai-ramai dengan keyakinan hal itu bisa menghapuskan dosa dan menolak bala. Biasanya, amalan mandi Safar ini dilakukan pada hari Rabu, minggu terakhir dalam bulan Safar yang diyakini merupakan hari penuh bencana.
Amalan mandi Safar untuk tolak bala dan menghapus dosa itu merupakan kepercayaan penganut Hindu melalui ritual “Sangam” yang mengadakan upacara penghapusan dosa melalui pesta mandi di sungai. Umat Islam harus menghormati keyakinan mereka, tapi tidak boleh menirunya.
Hingga kini pun masih ada umat Islam yang tidak mau melangsungkan pernikahan pada bulan Safar karena percaya terhadap khurafat tersebut. Sebuah keyakinan yang dapat menjerumuskan kepada jurang kemusyrikan.
Kesialan, naas, atau bala bencana dapat terjadi kapan saja, tidak hanya bulan Safar, apalagi khusus banyak terjadi pada bulan Safar. Allah SWT menegaskan, “Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kamu melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu. Dialah pelindung kamu, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal,” (QS. At-Taubah: 51 ).
Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala pada sesuatu hari, bulan dan tempat itu merupakan kepercayaan orang jahiliyah sebelum kedatangan Islam. [rika/islampos/sahmadfamily/ddhongkong/duniaseram]
0 komentar:
Post a Comment