DILATIH DEBAT 2 HARI, JOKOWI TETAP PUCAT BERHADAPAN DENGAN PRABOWO
Melihat debat antara capres Prabowo dan Jokowi di Hotel Grand Melia, tadi malam, pasti siapapun dapat mengambil kesimpulan, bahwa Jokowi tidak layak memimpin negeri ini, apalagi menjadi presiden.
Debat tadi malam menunjukkan secara telanjang kualitas pribadi Jokowi. Debat tadi malam, pasti tidak akan pernah dapat dilupakan oleh Jokowi seumur hidupnya, termasuk oleh anak cucunya.
Jokowi tampil dengan wajah yang sangat pias, pucat, bingung, dan kepalanya menunduk, tidak tegak. Jokowi menampakkan keraguannya berhadapan dengan Prabowo. Saat menyampaikan visi-misinya, nada suaranya bergetar, dan ragu, itupun dengan membaca catatan. Jokowi tidak menguasai esensi yang mau disampaikannya.
Meskipun, Jokowi sudah dilatih oleh berbagai ahli dibidang ekonomi, dan termasuk psycholog selama dua hari di Solo. Tetapi, tidak dapat menutupi aslinya dan kualitas Jokowi yang sebenarnya. Jokowi sejatinya hanya layak memimpin kelas dibawah gubernur. Bukan menjadi presiden yang akan memimpin 250 juta rakyat Indonesia.
Jokowi hanya bisa mengacung-acungkan kartu sehat dan pendidikan yang menjadi andalannya. Di Jakarta kartu sehat Jokowi ditolak oleh 16 rumah sakit, karena Pemda DKI sulit di tagih. Rakyat DKI yang sudah memegang kartu sehat, tak dengan serta merta mendapatkan pelayanan yang baik dari rumah sakit. Sekolah tetap tidak mudah, dan masih membayar dan dikenakan berbagai pungutan. Jokowi hanya berbicara tataran mikro. Bukan sebagai pemimpin bangsa dan presiden.
Jadi, Jokowi itu memang diciptakan oleh media-media phalangis (kristen) dan sekuler seperti Kompas, Tempo, dan jaringannya yang terus memoles Jokowi sebagai manusia super. Padahal, semuanya nampak dengan jelas, sangat faktual, meskipun sudah menghafal dua hari dua malam, tetap saja Jokowi tidak menguasai masalahnya, karena memang kapasitas Jokowi yang rendah. Jokowi terlalu digelembungkan media massa yang menjadi jaringan kepentingan konglomerat Cina,Yahudi dan Barat,yang ingin tetap menjajah dan menguasai Indonesia.
Hanya kepada Jokowi, para konglomerat Cina, Yahudi, Singapura, dan Barat menggantungkan harapannya untuk menjaga kepentingan mereka di Indonesia. Di mana-mana spanduk dan baliho selalu diidentikkan Jokowi sebagai sosok yang 'jujur, sederhana, dan merakyat'.Semua itu, hanyalah rekayasa yang digunakan untuk menipu rakyat Indonesia. Semua cerita tentang Jokowi, yang jujur, sederhana, dan merakyat itu palsu, Hanya menipu rakyat belaka. Persis seperti Mega dahulu, yang dicitrakan sebagai pemimpin 'wong cilik', antiteas rezim Soeharto. Semua itu palsu dan bohong.
Kasihan Jokowi terlalu dipaksakan. Kasihan Jokowi yang sangat pas-pasan kualitas kemampuannya itu dipaksa memimpin dan menjadi presiden negeri ini. Kasihan rakyat ditipu dan dibodohi oleh media-media yang sudah menjadi alat 'Asing dan A Seng.
Secara ekplisit tadi malam, ketika Jokowi berbicara soal kepentingan asing, tidak berani dengan lantang menegaskan sikapnya, dan seperti berbisik. Ini menandakan memang Jokowi tidak memiliki kemampuan politik yang tegas, terutama terhadap kepentingan asing di Indonesia.
Dibagian lain, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menyebut, pemaparan visi misi yang disampaikan capres Prabowo Subianto sangat jelas dan konsisten. Dia menilai debat kali ini dimenangkan oleh Prabowo.
"Saya kira menang telak. Visi misi yang disampaikan Prabowo sangat jelas dan konsisten dengan bahasa sehari-hari," kata Hashim ditemui di Hotel Grand Melia Jakarta, Minggu (15/6/2014) malam.
Menurutnya, dari awal sampai penutup, Prabowo memaparkan visi misi dengan baik. Bahkan Hashim menyebut dengan pemaparan perbaikan pendidikan di Indonesia bakal membuat orangtua tidur nyenyak karena anak-anak mereka bakal dididik oleh guru yang punya penghasilan layak.
"Tujuannya jelas pada kata penutup ibu-ibu bisa senyum, karena anak bisa dididik oleh guru dengan upah layak," ujar Hashim.
Begitu juga orang yang berprofesi sebagai guru bisa tidur dengan senang dan nyenyak lataran penghasilan yang didapatkan mencukupi. Mereka tak lagi bingung mendapatkan biaya pendidikan untuk anaknya.
"Suaminya bisa tidur senag karena yakin esok ada uang untuk membiayai anaknya," tutup Hashim. Kemenangan itu, lanjut Hashim juga bisa dilihat dari jawaban-jawaban yang disampaikan Prabowo. Sebab, pada debat minggu lalu belum bisa dilihat siapa yang unggul lataran masih didukung oleh cawapres.
Kasihanilah Jokowi jangan dipaksa menjadi presiden. Rakyat Indonesia yang sebagian mlarat, akan bertambah mlarat, bukan bertambah sejahtera. Apalagi, Jokowi seorang pengusaha dan JK juga pengusaha. Berpikirnya hanya mencari 'untung' bagi kepentingan dirinya. Menurut Sabam Sirait, JK mengelontorkan uang Rp 10 Triliun kepada Jokowi. Apakah akan memprioritaskan rakyat? Tidak. (jj/dbs/voa-islam.com)
0 komentar:
Post a Comment