Habib Rizieq Anjurkan Umat Islam Berperan Dalam Pemilu 2014
Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 sudah di pelupuk mata. Maka sebaiknya umat Islam lebih focus pada pemenangan Pemilu agar bisa meraih kekuasaan.
Demikian anjuran Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab. Habib Rizieq menganjurkan umat Islam merapatkan barisan dan berperan dalam Pemilu 2014. Jika umat tidak segera mengambil alih, maka pihak lainnya yang justru tidak ingin syariat Islam ditegakkan, yang berkuasa.
“Saya bukan orang partai. Saya tidak pernah mencalonkan diri jadi Presiden atau jadi Caleg sekalipun. Tidak! Tapi, saya mendukung saudara-saudara saya yang berjuang melalui sistem masuk ke DPR. Rebut ini kekuasaan! Umat Islam wajib untuk berkuasa di Republik ini,”katanya berapi-api. Ucapannya langsung disambut pekik “Allahuakbar!!” ratusan simpatisan FPI Ahad siang (23/02/2014),di ruang ibadah utama masjid Masjid Agung Al Azhar, Jakarta dalam acara Pengajian Politik Islam (PPI).
Tidak hanya itu, mantan Ketua Umum FPI itu terus menggelorakan semangat jamaah dan berharap persatuan umat Islam dalam Pemilu menjadi jalan bagi kebangkitan Islam.
“Ini Pemilu sudah dekat, ini negeri harus kita direbut. Kekuasaan harus ada ditangan umat Islam. Maka itu saudara, jangan sia-siakan kesempatan! Besok, di dalam Pemilu, baik pemilihan calon legislative (Caleg) maupun calon presiden (Capres) yang akan datang, umat Islam hanya boleh pilih -Caleg- yang siap menangkan syariat Islam, saudara. Takbiir! Siap menangkan Islam? Siap menangkan Syariat?” ucapnya dengan lantang.
Peraih gelar sarjana jurusan Studi Agama Islam (Fikih dan Ushul), King Saud University (S1), Riyadh, Arab Saudi itu meminta para calon legislatif (Caleg) membuat perjanjian hitam di atas putih yang menyatakan komitmennya memperjuangkan peraturan dan Undang-Undang sesuai syariat Islam.
Kalau perlu, ujar Habib Rizieq, janji para Caleg tertulis di baliho, spanduk dan kartu nama mereka.
“Buat kartu nama, taruh fotonya, partainya, jangan lupa alamat dan nomor telepon, supaya kalau berkhianat bisa kita datengin buat kita seret, gantung di Monas. Setuju! Setuju!”
Sebagaimana biasa, gayanya yang lantang dan suaranya yang keras terdengar sampai ke jalan raya di luar masjid.
Lebih jauh ia juga menyinggung demokrasi yang oleh sebagian kalangan masih dianggap subhat.
“Saya tidak mau berdebat. kalau ada yang mengatakan ini kan demokrasi hukumnya haram. Sudahlah, terlalu panjang kalau kita berdebat. Ini pertempuran sudah di depan mata. Kita jangan ribut, tapi rebut dulu. Habis rebut, baru ribut. Ini kekuasaan belum kita rebut tapi sudah ribut. Kacau tidak? Akhirnya, besok direbut orang lain. Betul?” ucapnya lantang dan kembali disambut pekik takbir para jamaah.(hidayatullah)
0 komentar:
Post a Comment