Bablawi Mundur, Aksi Demonstrasi Diperkirakan Semakin Kuat
Pengunduran diri perdana menteri kudeta, Hazim Bablawi, disambut baik kebanyakan kelompok politik penentang kudeta. Hal itu setelah istana menyatakan menerima pengunduran dirinya, Senin (24/2/2014) kemarin.
Sebagian pengamat menyatakan bahwa keputusan mundur diambil Bablawi karena gelombang protes yang bertambah besar. Namun ada juga beberapa pihak melihatnya sebagai mukadimah pencapresan pemimpin kudeta, Abdul Fattah As-Sisi, dalam pilpres mendatang.
Ketika menerima pengunduran diri tersebut, presiden kudeta, Adli Mansur, menyatakan bahwa pengunduran diri ini dilakukan Bablawi dalam timing yang sangat penting tapi sulit. Menurutnya, Bablawi hanya menerima warisan permasalahan Mesir yang sudah bertumpuk-tumpuk selama puluhan tahun, sehingga wajar kalau mengalami kesulitan menghadapinya.
Diperkirakan, seperti yang beredar dalam beberapa media massa Mesir, posisi Bablawi akan diisi oleh menteri perumahan, Ibrahim Mahlab yang dikenal sangat dekat dengan keluarga Husni Mubarak. Mahlab akan membentuk kabinet, yang hampir dipastikan tidak akan merubah dua posisi penting, yaitu kementerian pertahanan dan kementerian dalam negeri yang diduduki As-Sisi dan Muhammad Ibrahim.
Menanggapi mundurnya Bablawi dari jabatan perdana menteri, Koalisi Nasional Pro-Demokrasi Anti-Kudeta menyatakan, “Permasalahan yang gagal diselesaikan Bablawi adalah permasalahan yang sama sebelumnya dihadapi Presiden Mursi. Saat itu semua orang mengkritik dan mencercanya. Mundurnya Bablawi harusnya menghilang keraguan setiap orang Mesir bahwa kudeta militer 3 Juli hanyalah untuk menistakan kehendak rakyat, merampok Revolusi 25 Januari. Permasalahan yang dihadapi sama, tapi Bablawi lebih gagal dalam menyelesaikannya.”
Koalisi Nasional pun menekankan bahwa mengembalikan Revolusi 25 Januari adalah alternatif satu-satunya, “Teruskanlah gerakan revolusi kalian. Karena revolusi adalah satu-satunya solusi. Jatuhkan semua perangkat kudeta yang kejam. Selamatkanlah negeri ini. menangkanlah kehendak rakyat dan pembalasan atas kejahatan kudeta.” (msa/dakwatuna/aljazeera)
0 komentar:
Post a Comment