Demokrasi itu Haram di Negara Arab-Turki-dan Negara-negara Islam


By: Nandang Burhanudin
****

300 tahun Barat berkuasa, selama itu pula yang menjadi korban adalah dunia Islam (Arab dan non Arab). Dari penjajahan ke penjajahan. Prinsipnya sama; membuat rakyat di negeri-negeri Islam tak berdaya. Bedanya hanya di kemasan saja.

Maka selama 300 tahun itu pula, Barat memahami, titik krusial di kalangan umat Islam adalah dalam masalah kepemimpinan. Jangan sampai terjadi, dari rahim umat Islam lahir pemimpin-pemimpin berkualitas yang dapat mengelola harta kekayaan dan membebaskan negeri-negeri muslim dari penghambaan kepada produk-produk Barat.

Tidak ada proses melahirkan kepemimpinan Islam, selain musyawarah (syuuraa). Kualitas syuuraa tergantung pada kualitas anggota majlis syuuraa yang dipilih umat. Sedang kualitas umat sangat ditentukan oleh spirit Quran dan Sunnah yang membangkitkan semangat jihad untuk melawan penjajahan.

Maka langkah pertama yang dilakukan Barat adalah meniadakan atau menjauhkan makna jihad dalam kehidupan. Barat pun membuat gerakan-gerakan Islam yang antiJihad. Berdirilah tarekat yang antijihad di wilayah Arab, aliran Ahmadiyah di India, Snouck Hurgronje di Indonesia, Hizbut Tahrir di Palestina, dan gerakan-gerakan yang menjauhkan Islam dari jihad.

Bagi Barat, sistem apapun tidak terlalu penting untuk diterapkan di negara-negara Arab dan ISlam. Sistem kerajaan, monarchi, diktator, ataupun demokrasi. Fokus perhatian Barat adalah, jangan sampai ada pemimpin -terlepas apakah dia raja monarkhi, pemimpin diktator, atau presiden terpilih- yang berani melawan kepentingan Barat. Kepentingan ekonomi dan geostrategi. Barat menyadari, sumber kekayaan alam yang sudah menipis, maka tak ada cara Barat bertahan selain mengeksploitasi dunia Arab dan Islam. Diciptakanlah pemimpin-pemimpin boneka. Bisa raja, bisa pemimpin diktator, bisa presiden.

Oleh karena itu, saat sistem khilafah tegak berhadapan dengan Barat. Maka Barat menebar rayuan maut agar negara-negara Barat berontak. Konpensasinya, para pemberontak kepada khilafah Turki itu akan menjadi raja yang tentu tunduk pada kepentingan Barat. Jika para raja ini berani membantah, maka diancam dilengserkan dan sistem kerajaan akan diganti dengan sistem republik. Lahirlah pemimpin diktator yang tentu seiring sejalan dengan kepentingan Barat. Jika sang diktator ini berani mengarahkan senjata ke Barat, maka akan diganti dengan sistem demokrasi. Lahirlah presiden atau PM terpilih. Nah jika presiden terpilih ini berani melawan Barat, maka akan dikudeta.

Maka Barat sangat bahagia di kala umat Islam sibuk berdiam diri, meninggalkan jihad, tidak berdaya secara ekonomi, sibuk rebutan menjadi kuli, dan menghabiskan waktu menunggu keluarnya pemimpin/amir/imam Mahdi yang "masih di persembunyian". Lalu umat meninggalkan jihad nyata di lapangan saat ini; PEMILU. Dalih dan dalilnya sangat shahih, namun tercerabut dari realitas. Maka di kala umat Islam golput dan Demokrasi itu haram, kaum Syi'ah-Liberal-Sekuler-LGBT-anggota Freemasonry-anggota Illuminati-Salibis-Zionis bersatu padu. Gereja menyerukan untuk wajib memilih. Mobilisasi kaum sekuler-Syi'ah-Liberal dilakukan. Bahkan dukungan media dan dana tak terbatas. Sedang umat Islam hanya teriak-teriak; Golput solusinya! Apapun masalahnya, Khilafah Solusinya! Demokrasi Haram!

Memang kini tengah tren, demokrasi itu haram di negara-negara Arab-negara Islam! Karena Barat tak ingin, demokrasi menjadi bumerang! Sayang umat Islam larut dalam khayal! DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment