Sejarawan: Pemerintah Sembunyikan Jejak Islam di Malta
Seorang sejarawan dan penulis asal Malta menuduh Dinas Pengawasan Warisan Budaya sengaja menyembunyikan warisan yang kaya dari era Muslim di pulau itu untuk mengabadikan mitos bahwa orang Malta telah menjadi Kristen sejak zaman kapal karam dari Santo Paulus pada tahun 60 sebelum masehi.
"Dinas pengawasan berfungsi sebagai "mesin propaganda yang mengontrol dan penyalahgunaan bukti-bukti sejarah untuk tujuan agama dan ideologi," Malta Today mengutip sejarahwan Mark Camilleri dalam bukunya yang baru-baru ini diterbitkan 'Il-Mit Pawlin u l-abbuz tal-Istorja Maltija', pada hari Senin tanggal 2 Desember, sebagaimana dilansir onislam.net.
Camilleri, saat ini menjadi Ketua Dewan Buku Nasional, mendapat gelar MA dalam bidang sejarah. Dalam bukunya, Camilleri menyatakan bahwa sejumlah artefak yang tercatat dari periode Arab (abad pertengahan) telah ditemukan selama restorasi di situs Mdina lima tahun yang lalu.
Dia menyerukan Dinas pengawasan Warisan Budaya untuk memberikan peneliti independen akses kepada artefak dari periode Arab untuk diteliti. Dia juga menuduh dinas telah menyembungikan penemuan artefak di Hal Millieri dan daerah yang lain.
Tuduhan serupa juga dibuat dalam bukunya, 'The Myth Pauline', di mana Camilleri mengklaim informasi tentang warisan Arab Malta disembunyikan dari masyarakat. Bahkan lebih dari itu, ia membandingkan Dinas pengawasan warisan budaya sebagai diktator seperti fasis Italia, Nazi Jerman dan Uni Soviet.
Buku ini dilengkapi dengan wawancara dengan sejarawan Prof Godfrey Wettinger yang penelitiannya menyebutkan fakta sejarah bahwa Malta adalah wilayah Muslim pada awal Abad Pertengahan.
Buku ini juga menyanggah pidato Presiden George Abela di mana ia menggambarkan kapal karam Santo Paulus pada 60 tahun sebelum masehi sebagai saat yang menentukan dalam sejarah, yang memberi Malta identitas Kristen.
Camilleri menolak klaim ini karena menganggap bahwa fakta berubahnya Malta menjadi wilayah Kristen terjadi setelah abad ke-13. Namun peryataan Camilleri ini langsung disanggah oleh dinas pengawasan warisan budaya.
Menurut statistik Malta, negara kecil berbentuk kepulauan di laut Mediterania, berpenduduk 400.000 jiwa. Tidak ada data resmi mengenai jumlah penduduk muslim di Malta. Namun, dalam situs wikipedia disebutkan jumlah muslim mencapai 6.000 jiwa.
Terdapat sebuah masjid di Malta yang didirikan pada tahun 1978 oleh World Islamic Call Society.
Islam datang di Malta pada tahun 870 sesudah masehi dan kekhalifahan Islam dari Arab menguasainya pada pertengahan abad ke-11 ketika penduduk berbahasa Arab dari Muslim Sisilia tiba. Kekhalifahan Arab berlangsung sampai 1091, tetapi penguasa dari Normandia mengijinkan umat Islam untuk tetap tinggal di Malta, dan Arab masih menjadi bahasa sehari-hari mereka.
Pada 1224, umat Islam diusir, tetapi bahasa Arab telah berevolusi menjadi bahasa Malta.
Bahasa Malta saat ini atau Malti dijelaskan oleh beberapa ahli bahasa sebagai bagian dari dialek Arab dengan 43 persen dari kosakatanya berasal bahasa Arab. (rah/muslimdaily/muslimina)
0 komentar:
Post a Comment