Iran Mempersenjatai Pemberontak Houthi via Oman
Iran tetap memasok persenjataan kepada kelompok pemberontak Houthi di Yaman melalui Oman, meskipun gencatan senjata tengah berlangsung, ungkap Reuters yang mengutip sumber diplomatik.
Diplomat senior AS menyatakan bahwa Washington menyampaikan kekhawatirannya kepada Oman tentang masuknya arus senjata ke tetangga Yaman.
Sumber diplomat Barat lainnya menyatakan ada “frekuensi peningkatan pengapana senjata dari Iran yang masuk ke pemberontak Houthi melalui perbatasan Oman.
“Apa yang mereka bawa via Oman adalah misil anti kapal, bahan peledak…uang dan personil,” ungkap sumber AS.
Oman telah membantah bahwa wilayahnya digunakan sebagai rute penyelundupan oleh pemberontak Houthi, yang sukses menyingkirkan Presiden Abdul Rabbuh Mansour Hadi dari ibukota Sanaa pada Maret 2015.
Menlu Oman Yousef bin Alwi pekan lalu menyatakan bahwa “tidak ada kebenaran” atas klaim tersebut. Namun, pejabat seniora Yaman menyatakan kepada Reuters bahwa pemerintah Oman tutup mata dan gagal mencegah arus penyelundupan senjata.
Baik Arab Saudi maupun AS telah menuduh Iran menyuplai senjata kepada kelompok Houthi, tuduhan yang ditolak oleh Teheran.
Namun, Reuters mengutip pejabat seniora Iran yang menyatakan bahwa ada “peningkatan dalam bantuan Iran kepada Houthi di Yaman” sejak Mei, yang merujuk senjata, pelatihan dan dukungan keuangan.
Arab Saudi memimpin koalisi negara-negara Arab berperang melawan Houthi dan kelompok yang loyal kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh sejak Presiden Hadi dipaksa meninggalkan ibukota Sanaa dan melarikan diri ke selatan.
AS baru saja melancarkan serangan balsan kepada target Houthi menyusul serangan misil kepada kapal perang AS di Laut Merah.
Gencatan Senjata yang Terancam Gagal
Pertempuran sporadis dilaporkan terjadi pada Kamis, beberapa jam setelah gencatan senjata yang didukung PBB berlaku. kedua belah pihak mengatakan bahwa mereka akan menghormati gencatan sejata.
Koalisi yang dipimpin Suadi berulangkan menuding Houthi melanggar gencatan sejata.
Setidaknya 11 orang tewas dalam bentrokan antara militan Houthi dengan pasukan pro pemerintah, meskipun semua pihak menegaskan bahwa mereka akan berhenti berperang selama gencatan senjata berlangsung.
Mayor Jenderal Ahmed Assiri, juru bicara koalisi menyatakan bahwa “tidak ada gencatan senjata sama sekalu” karena pelanggaran kelompok pemberontak berulang-ulang.
Pejabat Saudi menyatakan bahwa ada lebih dari 43 pelanggaran pemberontak di perbatasan.
Sementara Houthi mengatakan bahwa serangan udara koalisi Kamis telah menewaskan tiga orang di provinsi Saada.
Ini menjadi upaya keenam untuk mengakhiri pertumpahan darah sejak Saudi dan sekutunya terlibat dalam konflik. Gencatan senjata lalu mulai April dan kemudian gagal pada saat pembicaraan damai yang difasilitasi PBB berlangsung di Kuwait.
Serangan Udara dalam Upacara Pemakaman
Gencatan senjata berlangsung setelah serangan udara Saudi menewaskan lebih dari 140 orang pada saat menghadiri upaya pemakaman di Sanaa.
Kampanye militer yang dipimpin Saudi dapat dianggap melanggar hukum kemanusiaan internasional karena melakukan serangan udara dalam upacara pemakaman, kutip para pengawas PBB kepada Dewan Keamanan.
Para pengawas PBB mengatakan bahwa ada dua serangan pada saat berlangsungnya upacara pemakaman, yang dihadiri banyak pejabat dan tokoh penting Houthi dan pasukan yang loyal kepada mantan presiden Saleh.
Laporan 17 Oktober, para pengawas PBB menyatakan bahwa mereka menemukan “yang berkaitan dengan serangan udara kedua, bahwa koalisi yang dipimpin Saudi melanggar kewajiban yang berkaitan dengan hukum perang dan orang yang terluka dalam serangan “double tap”.
Dibawah hukum humanitarian internasional, serangan dilarang dilakukan atas para pejuang yang tidak mampu mempertahankan diri, orang-orang yang terluka, personil dan unit medis.
Hampir 6900 orang tewas dalam konflik di Yaman sejauh ini, lebih separonya adalah warga sipil. 3 juta warag terusir dari kampung halaman dan jutaan lainny membutuhkan bantuan makanan.
0 komentar:
Post a Comment