Awal dari keruntuhan rezim Mesir
Rezim kudeta Abdel Fattah Al-Sisi telah menggunakan semua peluang untuk tetap berada dalam kekuasaan yang dapat runtuh setiap saat. Ini bukan angan-angan, tetapi lebih merupakan gambaran tentang situasi yang memburuk dimana rezim Mesir sejauh ini gagal dalam melaksanakan semua tugas yang dipercayakan kepadanya. Ini adalah kegagalan yang tidak bisa diselamatkan bahkan oleh berita palsu media pro Sisi dan sekutunya yang bertujuan untuk mengalihkan perhatian dari bencana yang menanti negara Mesir; bencana yang bahkan telah diperingatkan oleh beberapa pendukung Al-Sisi.
Runtuhnya rezim Sisi hanya masalah waktu, dan tanda-tandanya telah dimulai. Dimulai dengan kegagalan gagasan utama yang paling mendasar, dimana hal tersebut menjadi alasan menggantikan pemerintahan Ikhwanul Muslimin yang disampaikan Al-Sisi dalam pidato-pidatonya. Bukti menunjukkan bahwa kegagalan Al-Sisi telah jauh melampaui kegagalan Presiden Muhamad Morsi, yang tidak diberi kesempatan untuk memerintah.
Meskipun demikian ada satu perbedaan, Al-Sisi masih memiliki dukungan dari semua lembaga resmi dan non-resmi di negara itu, termasuk badan militer, interior, peradilan dan media serta dukungan dari sayap kanan dan sayap kiri oposisi dari berbagai kelompok. Selain itu, rezimnya telah menikmati dukungan regional dan internasional yang tidak tersedia bagi para pendahulunya, termasuk Hosni Mubarak, dan dia telah dibanjiri dengan uang dari timur dan barat, namun terlepas dari itu semua, ia gagal dengan sangat menyedihkan dalam memberikan standar hidup yang layak untuk jutaan orang Mesir. Kita menyaksikan bagaimana seorang pemuda membakar dirinya sendiri karena ia telah mencapai jalan buntu dan kita terus mendengar cerita setiap harinya tentang warga Mesir mengeluh tentang kondisi ekonomi dan sosial yang sulit. Suara keras sekarang muncul mengkritik Al-Sisi, terutama di kalangan populer yang memberinya dukungan dua tahun lalu; mereka adalah suara yang sama yang selama ini diam dan buta tehadap sistem represif Al-Sisi.
Apa yang al-Sisi lakukan pada tingkat politik, ekonomi dan sosial jauh melampaui apa yang dilakukan oleh semua presiden lainnya yang pernah memerintah Mesir sejak akhir monarki awal tahun lima puluhan. Beberapa percaya bahwa ia mirip dengan Gamal Abdel Nasser, tetapi, meskipun sama dalam hal otoriter dan represif, Abdel Nasser memiliki proyek nasional untuk pengembangan dan modernisasi dimana ia berhasil mengubah pondasi dan struktur sistem ekonomi dan sosial untuk kepentingan jutaan rakyat Mesir. Berbeda dengan Al-Sisi yang tidak melewatkan kesempatan di mana ia meminta rakyat Mesir untuk membayar dari kantong mereka sehingga ia bisa tetap berkuasa; dan akhir-akhir ini dia meminta rakyat untuk tidak makan atau tidur jika diperlukan.
Al-Sisi berusaha untuk melukis gambar yang kuat dan dominan tentang rezimnya, tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Sebuah rezim yang dipengaruhi oleh kritik keras oleh pengemudi tuk tuk adalah rezim gagal. Dan ketika rezim tidak mampu menanggung ejekan dari sekelompok anak muda seperti band “Anak Jalanan” dan menangkap mereka karena memposting video konyol di internet, maka itu adalah rezim yang sangat lemah. Juga, sebuah rezim yang memiliki begitu banyak senjata tetapi tidak dapat melindungi tentaranya dari peluru kelompok teroris adalah sebuah rezim yang sangat lemah. Dan, ketika seorang jenderal yang mengaku memiliki pengetahuan, kebijaksanaan dan filsafat marah atas kritik yang memalukan, maka dia sembrono.
Bertentangan dengan keyakinan beberapa orang bahwa rezim Sisi merupakan kebutuhan regional dan internasional, karena situasi yang berlaku di wilayah tersebut, ada beberapa kalangan Eropa yang terus mengungkapkan keprihatinan mereka bahwa kehadiran Al-Sisi di kekuasaan dapat menyebabkan runtuhnya seluruh wilayah dan negara sebesar Mesir. Laporan barat yang muncul baru-baru ini memperingatkan terhadap kemungkinan pemberontakan dan kekacauan di Mesir jika kondisi politik, sosial dan ekonomi tetap seperti ini. Barat telah salah bertaruh pada kemampuan al-Sisi untuk membawa stabilitas di Mesir, sehingga mereka mendukung dia secara diplomatis dan politis, dan legitimasinya diakui di bawah tekanan dari fakta-fakta di lapangan.
Akhir-akhir ini, bagaimanapun, Barat mulai meninjau strategi mereka terhadap Mesir, meskipun tidak di depan umum. Menurut kalangan Barat, kritik keras diarahkan pada para pejabat Mesir, dalam pertemuan mereka dengan pejabat Barat, yang menuntut Al-Sisi untuk mengubah arah saat ini; jika tidak, kesempatan tidak akan ada untuknya. Kekuatan Arab sedang mempertimbangkan kebutuhan untuk mulai memikirkan alternatif untuk Al-Sisi sebelum dia menumbangkan kepentingan mereka. Mungkin alasan mengapa pihak internasional dan regional enggan untuk menghentikan dukungan mereka untuk Al-Sisi adalah tidak adanya alternatif sipil yang tersedia yang dapat menggantikannya.
Kekuatan yang mampu membawa perubahan masih menolak untuk menyetujui agenda politik terpadu yang dapat membantu Mesir keluar dari keadaan saat ini. Mereka masih tidak dapat berkomunikasi dengan massa di jalan-jalan, atau untuk mendapatkan keuntungan dari meningkatnya kemarahan terhadap semakin parahnya kegagalan Al-Sisi.
Ideologi dan proyek rezim Al-Sisi ini telah jatuh di mata dan pikiran banyak orang, terutama mereka yang tekah mendukungnya. Apa yang tersisa adalah upaya untuk menghapus sistem pendukung kehidupan regional dan internasional, yang tidak bisa lagi menanggung kegagalan lebih lanjut yang akhirnya dapat merugikan kepentingan mereka, dan ini tampaknya telah semakin dekat.
Oleh :
Khalil-Al-AnaniKhalil-Al-Anani
Middle East Monitor
0 komentar:
Post a Comment