Para pemimpin "daulah" ISIS di Suriah dilaporkan sedang mengalami ketidakharmonisan. Hal itu terjadi di tengah 'suasana kekalahan' kelompok ultra ekstrimis tersebut melawan milisi SDF Kurdi yang didukung Amerika Serikat (AS).
Menurut informasi yang diterima aktivis Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) di provinsi Raqqah dan Aleppo yang dikuasai ISIS, ketegangan muncul antara para komandan ISIS di Aleppo dengan pimpinan "Jaisyul Syam" di Raqqah.
Sumber terpercaya mengkonfirmasi bahwa ketegangan mulai terjadi ketika para komandan di Aleppo meminta komandan "Jaisyul Syam" di Raqqah agar mengirim bala bantuan militer ke front tempur Aleppo utara.
Namun, para petinggi "Jaisyul Syam", yang bertanggung jawab atas keorganisasian ISIS di dalam wilayah Suriah, mengulur-ulur atau menahan dari pengiriman bantuan militer ke Aleppo.
Kondisi tersebut berubah menjadi ketegangan antara kedua kubu. Para komandan di Aleppo keberatan atas keputusan "ibukota Raqqah". Sebabnya, "Jaisyul Syam" telah mengirim bala bantuan militer ke semua front di Suriah dan Irak, kecuali Aleppo.
Aleppo utara, terkhusus di sekitar kota Manbij, merupakan salah satu kekalahan terbesar ISIS di Suriah menghadapi milisi SDF dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya ketidakharmonisan juga dilaporkan telah menggerogoti ISIS di Raqqah. Ketika kubu "anshar" (warga asli Suriah) tidak suka kebijakan ISIS yang menjadikan kaum "muhajirin" (militan imigran asing) lebih utama.
Masalah muncul sejak pertengahan Juli, ketika keluarga anggota ISIS asli Suriah kecewa karena mayat-mayat keluarganya yang tewas dalam perang menjadi tidak jelas kabarnya, atau tidak dipulangkan kembali ke kampung halaman.
Sebaliknya, mayat-mayat anggota militan pendatang asing dipulangkan kembali ke kota Raqqah untuk upacara pemakaman.
Masalah lain yang mendera ISIS adalah rasa frustasi warga yang tak bisa kemana pun kecuali di wilayah ISIS sendiri, yang sebenarnya terus menyusut.
Pembatasan juga terjadi untuk akses informasi dan internet. (SOHR/risalah)
0 komentar:
Post a Comment