NGAKAK! Peserta Demo Tolak JK di Oxford Cuma 4 Orang dan DICUEKIN

Juru Bicara Wakil Presiden RI, Husain Abdullah mengakui sempat ada aksi unjuk rasa ketika Wapres Jusuf Kalla memberi kuliah umum di Oxford Centre for Islamic Studies, Oxford University, London, Inggris, Kamis, 18 Mei 2017.

Hanya saja, kata Husain, unjuk rasa tersebut sepi peminat, karena hanya diikuti oleh segelintir orang. Bahkan, ia menolak jika aksi tersebut dianggap unjuk rasa.

"Sepi, yang demo cuma 3 atau 4 orang, tidak seheboh seperti pesan yang disebar ke mana-mana oleh Ibu yang bernama Mariella Djorghi," kata Husain melalui pesan singkat, Jumat, 19 Mei 2017.

Menurut Husain, kehadiran jumlah pendemo yang segelintir orang itu pun dianggap angin lalu oleh ratusan orang yang mengikuti kuliah umum Kalla.

"Karena itu 300 orang yang memadati auditorium hanya menganggap angin lalu kehadiran mereka. Para undangan tidak peduli," kata dia.

Bahkan, kata Husain, para pengunjuk rasa itu juga tidak berani mengajak dialog Wapres terkait hal yang protes.

"Tidak ada pendemo yang berani minta dialog. Cuma ada yang duduk, dan ada lagi yang berdiri tanpa motivasi. Mereka seperti orang bingung," kata Husain.

Berikut foto-fotonya.
Seperti dilansir BBC Indonesia, di luar tempat kuliah umum berlangsung, tiga orang menggelar aksi unjuk rasa, antara lain mengangkat masalah perlakuan atas perempuan di Indonesia dan mempertanyakan sikap Universitas Oxford yang mengizinkan Kalla berbicara tentang Islam moderat.

Mariella Djorghi, seorang WNI yang tinggal di London yang melakukan aksinya itu mengatakan Jusuf Kalla tak layak membahas soal isu tersebut.

Mariella mengungkit peranan Jusuf Kalla dalam pelbagai dugaan aktivitas berbau SARA, dan termasuk peranannnya memenangkan pasangan Anies-Sandi yang dilabeli kemenangan Islam garis
keras.

Wapres Jusuf Kalla menyampaikan kuliah umum bertema Islam Jalan Tengah: Pengalaman Indonesia. Beliau mengangkat vonis atas Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat menyampaikan kuliah umum tentang Islam di Universitas Oxford, Inggris.

Dengan tema 'Islam Jalan Tengah: Pengalaman Indonesia', Kalla meminta negara-negara Eropa untuk menghormati vonis atas Basuki Tjahaja Purnama, berupa dua tahun penjara karena terbukti menista agama Islam.

"Saya sangat memahami bahwa Inggris dan negara-negara di Eropa memiliki undang-undang dan sistem hukum yang berbeda untuk persoalan ini," jelasnya saat berbicara di Oxford Centre for Islamic Studies (OXCIS), Kamis, 18 Mei 2017 petang waktu setempat.

"Tapi sebagai bagian dari sistem demokrasi kita harus menegakkan tatanan hukum, kemandirian lembaga peradilan, dan menghormati satu sama lain," tambah Kalla.

Kepada sekitar 300 hadirin, Kalla menambahkan bahwa kasus penistaan agama tersebut saat ini sedang dalam proses banding. Ia juga mengatakan bahwa secara pribadi mengenal Ahok yang digambarkannya sebagai gubernur yang punya dedikasi tapi juga impulsif.

Dalam sesi tanya jawab, hadirin bertanya soal Ahok dan Kalla menegaskan bahwa yang terjadi bukanlah diskriminasi agama.

"Ini soal demokrasi. Dalam demokrasi Anda harus siap menerima kemenangan dan kekalahan. Jika Anda kalah, Anda harus menerima kekalahan," katanya.

Kasus yang dihadapi Ahok, menurutnya, adalah tentang penghinaan agama dan negara-negara lain juga punya aturan untuk penghinaan, misalnya di Thailand dengan peraturan bahwa raja dan kerajaan tak boleh dihina.

"Anda menghina raja, Anda akan dipenjara. Sama dengan di negara-negara lain, termasuk Indonesia. Anda tak boleh menghina agama dan Ahok, menurut pengadilan -setelah enam bulan menggelar perkara- bersalah," kata Kalla.

"Di Inggris juga begitu, kalau dinyatakan bersalah, Anda akan dipenjara, apa pun agama Anda."

Di luar tempat kuliah umum berlangsung, tiga orang menggelar aksi unjuk rasa, antara lain mengangkat masalah perlakuan atas perempuan di Indonesia dan mempertanyakan sikap Universitas Oxford yang mengizinkan Kalla berbicara tentang Islam moderat. Aksi ini tidak banyak menarik perhatian.

Kalla mengatakan berbagai organisasi kemasyarakatan Islam -yang banyak didirikan di era penjajahan Belanda- mengadopsi Islam Jalan Tengah atau Wasatiyah. Dua di antaranya adalah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, yang memiliki anggota sekitar 100 juta orang. Ormas-ormas Islam, menurut Kalla, berhasil meredam kelompok-kelompok yang menyimpang yang membawa ideologi radikal.

"Dua organisasi ini bersama dengan organisasi-organsasi lain di seluruh Indonesia secara konsisten menyampaikan pesan-pesan antiterorisme dan mendorong toleransi."

Kalla menambahkan bahwa Muslim yang mengambil Jalan Tengah adalah aset, baik secara regional maupun global.

"Muslim Jalan Tengah yang terus menerus diperkuat bisa mencegah keyakinan radikal dan ekstrem," katanya.

Di bagian akhir kuliah umum, Kalla menekankan perlunya generasi muda untuk diingarkan soal pentingnya penghormatan atas keberagaman.

"Keberagaman adalah hikmah, tapi persatuan adalah sesuatu yang harus terus didorong dan diwujudkan," kata Kalla.

Bagi Wapres Kalla ini adalah untuk pertama kalinya ia memberikan kuliah umum di Universitas Oxford.

Sebelum terbang ke Inggris, kepada para wartawan Kalla mengatakan bahwa akademisi, pakar, dan diplomat di Inggris ingin mengetahui 'bagaimana Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, bisa menjaga persatuan dengan baik'. OXCIS adalah pusat kajian Universitas Oxford yang didirikan pada 1985 dengan misi mendorong kajian dan penelitian ilmiah tentang Islam dan dunia Islam.

DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment