Muchtar Effendi Harahap (Koordinator Tim Studi NSEAS Terhadap Kinerja Pemprov DKI Jakarta) |
Ahok di media publik sesumbar menantang para pesaing adu konsep dan program kerja dalam Pilkada DKI 2017. Dia mengesankan para pesaing seperti Agus dan Anies akan kalah soal konsep dan program kerja. Seakan selama ini dia punya konsep dan program.
Padahal, program pembangunan DKI merupakan hasil kesepakatan DPRD dan Eksekutif, tertuang pada Perda No.2 Tahun 2012 ttg RPJMD Jakarta. Semua target program terukur, dapat dibuktikan dengan angka kuantitatif. Masalahnya, apakah Ahok berhasil melaksanakan program tersebut selama dia menjadi Gubernur DKI Jakarta?
Di lain pihak, "pendukung buta Ahok" (buta data, fakta dan angka) melalui medsos dan media massa klaim program Ahok berhasil. Klaim-klaim pendukung buta Ahok ini sungguh bertentangan dengan data, fakta dan angka dalam realitas obyektif. Inilah beberapa data, fakta dan angka dimaksud.
1. Rencana pembangunan 50.000 unit Rusunawa. Sampai saat ini, baru direalisir 1). Rusun Rawabebek sebanyak 4 blok (400
unit). 2). Rusun Daan Mogot 8 blok (640 unit), dibangun oleh Pengembang Podomoro, bukan Pemprov DKI. 3). Rusunawa Muara Baru 4 blok (400 unit), juga dibangun oleh pengembang Podomoro, bukan Pemprov DKI. Sementara Rusun Marunda, Rusun Kapuk Muara, Rusun Penjaringan kondisinya sangat memprihatinkan hancur, bocor, dan beberapa bagian bangunan rusak (sangat tidak layak huni). Program Kampung Deret dijanjikan Jokowi tidak jelas ke mana nasibnya. Sementara rencana pembelian lahan untuk Rusun di Cengkareng malah bermasalah (lahan Pemprov DKI sendiri dibeli).
2. Program penambahan ruang terbuka hijau dengan melakukan pembelian lahan realisasinya nol. Ada beberapa RPTRA telah diresmikan ini sebenarnya sudah merupakan lahan terbuka hijau/taman, hanya disulap dijadikan RPTRA. Ini juga dilakukan oleh CSR perusahaan.
3. Program Rehab Sekolah sampai saat ini belum ada realisasinya (terbentur oleh Lelang Konsolidasi yang gagal). Banyak sekolah yang tahun sebelumnya sudah dikerjakan tidak bisa diselesaikan (mandeg dan terbengkalai).
4. Rehab Gedung Olahraga (GOR) Tingkat Kecamatan direncanakan dibangun/direhab sebanyak 4 GOR yaitu di Kec. Pademangan, Kec. Cengkareng, Kec. Pancoran, Kec. Matraman) gagal total, sementara bangunan lama sudah dibongkar.
5. Pembangunan Stadion Pengganti Lebak Bulus, tidak jelas nasibnya.
6. Program MRT yang direncanakan selesai tahun 2017 untuk tahap 1 (Lebak Bulus - Dukuh Atas), molor dari jadwal.
7. Rencana Pengadaan 1.000 bus untuk Trans Jakarta, realisasi baru 100an bus. Bahkan, 160 bus dibesituakan karena gagal beli.
8. Program LRT (kereta layang ringan), yang direncanakan tahun 2016 ini dicanangkan pembangunannya, belum terlaksana.
9. Rencana Pembangunan Gedung Badan Diklat Provinsi DKI Jakarta, tidak terealisir.
10. Program pengendalian banjir dengan memperbanyak situ/danau sebagai tangkapan air di wilayah hulu, menguap entah kemana.
11. Target/rencana penerimaan daerah tahun 2015 sebesar Rp 36 Triliun hanya terealisir 70 % atau sekitar Rp 25 triliun.
12. Program pajak restoran "on line" tidak jalan, malah sudah beli softwere (perangkat lunak) sekitar Rp 6 miliyar uang rakyat DKI mubazir tidak bisa diaplikasikan.
Kesimpulan: Data, fakta dan angka diatas menunjukkan Ahok gagal dan tak mampu melaksanakan program atau rencana kegiatan. Padahal dana APBD DKI Jakarta mencapai Rp 70 triliun per tahun. Tantangan Ahok adu konsep dan program terhadap pesaing Agus dan Anies, sesungguhnya untuk menutupi kelemahan diri sendiri.
Pesaing Ahok seyogyanya terima tantangan Ahok dengan gunakan data, fakta dan angka kegagalan atau ketidakmampuan Ahok laksanakan program DKI selama dia Gubernur. Bisa jadi, Ahok kemudian cari kambing hitam pihak lain sebagaimana biasa sikapnya menghindari dari kegagalan atau ketidakmampuan diri sendiri. Dia tak layak lanjut jadi Gubernur DKI lagi!(*)
0 komentar:
Post a Comment