Jokowi Bohong Lagi, Rakyat Dibanjiri Gula Berbahaya
Joko Widodo (Jokowi) ketika berkampanye pilpres 2014 pernah menjanjikan akan mencabut ijin impor gula rafinasi yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Tapi kini setelah menjadi Presiden, Jokowi masih membiarkan gula rafinasi membanjiri pasar. Petani tebu pun kini menjerit.
Kenyataan ini terlihat ketika rezim Jokowi membiarkan para mafia impor gula mentah di Kementerian Perdagangan bergerak bebas, dan sudah mulai unjuk gigi. Hal ini ditandai dengan masuknya gula mentah/sugar raw sejumlah 3,2 juta ton ke pasar dalam negeri.
Padahal yang dibutuhkan hanya 2 juta ton saja untuk diproses menjadi gula rafinasi yang digunakan untuk industri makanan dan minuman .
“Tentu saja ini merupakan kesengajaan untuk mengeruk untung besar dengan membanjiri pasar dengan gula rafinasi dengan harga yang jauh lebih murah dari gula lokal atau gula putih kristal,” tegas Ketua Umum FSP BUMN Bersatu, FX Arief Poyuono, dalam siaran persnya Sabtu 13 Desember 2014 akhir pekan lalu.
Jokowi harus menepati janjinya, pasalnya, “Saat ini pabrik gula lokal yang mengandalkan bahan baku tebu dinilai masih kalah saing dengan gula rafinasi. Apalagi, Jokowi pernah berjanji saat kampanye pilpres untuk mencabut ijin impor gula rafinasi,” tukas Poyuono.
Dampak dari banjirnya gula rafinasi dipasar bukan saja merugikan petani tebu lokal dan BUMN perkebunan secara ekonomi, namun juga sangat membahayakan kesehatan masyarakat yang langsung mengkonsumsi gula rafinasi dapat meningkatkan jumlah penderita diabetes di Indonesia.
Sebab gula rafinasi itu berbahaya bagi kesehatan karena gula tersebut sebetulnya khusus untuk industri makanan minuman, jadi perlu ada pengolahan lagi kalau mau dikonsumsi, dibandingkan gula hasil produksi dari tumbuhan tebu yang jauh lebih sehat
“Sedangkan dari sisi ekonomi dengan semakin maraknya peredaran gula rafinasi di pasar ritel tersebut mengakibatkan harga gula yang berbahan baku dari tebu turut jatuh padahal gula itu yang lebih layak konsumsi,” ungkap Poyuono. [KabarNet/ http://kabarnet.in /rmol/fastnews/adl]
0 komentar:
Post a Comment