60 Hari Sudah Jokowi Bekerja, Kok Rakyat Semakin Susah dan Menderita Ya?


Ada memang sebagian rakyat yang begitu mengharap terjadi perubahan dengan terpilihnya Jokowi sebagai presiden. Apalagi mantan walikota Solo itu didampingi oleh orang yang ‘dinilai berpengalaman’, yaitu Jusuf Kalla sebagai wakil presiden. Tapi harapan hanya tinggal harapan saja, janji tinggal janji. Bukan malah sejahetrakan rakyat, Jokowi malah sibuk buat sensasi dengan ingkari janjinya sendiri, rakyat pun jadi sakit hati.

Selain sakit hati, penderitaan rakyat yang semakin susah ikut menghiasi wajah negeri yang sekarang ini ramai di rundung musibah: gunung meletus, banjir, tanah longsor, mahasiswa dihajar polisi, polisi masuk mushollah pakai sepatu, nilai tukar rupiah yang anjlok dan aneka macam musibah lainnya, seperti ketika minyak dunia turun Jokowi malah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dampak melambungnya harga kebutuhan pokok lainnya. Naif memang, tapi ya, itulah potret terkini negara Indonesia.

Sementara itu, pemerintahan Jokowi asyik sibuk dengan jurus ngelesnya, seperti: “Siapa yang naikkan harga BBM? Saya hanya mengalihkan subsidi...,” kemudian Jusuf Kalla pun ikut ngeles: “Rupiah tidak melemah, hanya dollar yang menguat.” Sepertinya mereka berdua sedang lomba ngeles. Dan perlombaan itu semakin seru dikarenakan para menterinya pun melakukan hal yang serupa.

Padahal baru dua bulan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) namun rakyat merasa kehidupan ekonominya semakin susah.

Imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menjadi kebijakan pemerintahan Jokowi adalah harga harga kebutuhan pokok lainnya ikut naik.  Setelah BBM, tarif listrik, kereta api ekonomi, dan gas 12 kg kemungkinan juga akan segera naik.

Eko (38) warga Jonggol Jawa Barat kepada Netral mengaku gajinya sebagai buruh di sebuat pabrik belum naik, tetapi harga harga sudah melambung tinggi. “Terasa benar Mas sekarang. Harga bensin naik. Jarak tempuh rumah ke pabrik aja ada 60 km pulang pergi,” katanya.

Ati (38) warga Kel. Meruya Selatan, Kembangan Jakarta Barat yang ditemui Netral.Co mengeluh dengan tingginya harga harga kebutuhan pokok. Menurut Ati, gajinya selama 1 bulan sudah habis untuk membayar uang kontrakan rumah berikut listriknya. Untuk makan sehari hari, ia mesti berharap dari penghasilan suaminya yang bekerja serabutan. Ati sendiri bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT).

Susahnya kehidupan ekonomi masyarakat juga tergambar dari status dan komentar netizen di media sosial. Berikut sebagian rangkuman curahan hati netizen:

@syifud: Hidupsusah, bbm naik. org miskin makin byk, akal sehat ga kepake pd nekat nyuri.. Ya allah jd takut #banyakmaling :’)
@ipatandalas: ini jaman makinsusah, biaya hidupmakin tinggi, inflasi tak terkendali, tapi pers seolah mati suri..

@djufrimuhammad: BBM tak terbeli,hidup rakyat makinsusah,anak sekolah tak jajan lagi karena Pemerintah tak punya hati.

@Boedoeters: HIDUP LO UDA SUSAH..PEMERINTAH NAIKIN BBM..MAKINSUSAHHIDUP LO…SEKOLAH MANA MAU TAU.., SPP LO TETEP KUDU DIBAYAR..DAN YG BAYAR ORTU LO.

@DirgantoroAnas: Hidup di negri ini,koq tambah tahun tambah susah,apa solusinya Bung @fadjroeL@jokowi_do2 …..????

Apakah semua rakyat Indonesia merasakan hidup semakin susah? Tentu saja tidak, seperti Jusuf Kalla pernah bilang: “Tidak semua rakyat Indonesia susah, ada juga yang senang.” Ya itulah jurus ngelesnya yang membuat darah wong cilik semakin mendidih karena geramnya. Padahal sebelumnya Jusuf Kalla sudah mewanti-wanti: “Bisa hancur negara ini jika Jokowi Presiden.” Oh pak tua…!!! [netral/silontong] DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment