Tak Lagi Kritis, Kini Fadjroel Rachman Jadi ‘Penjilat’ Pemerintahan Jokowi, Aih..aih..
Ada banyak rakyat yang bingung dengan sikap aktivis Fadjroel Rachman saat ini, di era rezim Jokowi. Begitu kritisnya ia dahulu dalam merespon segala kebijakan pemerintah sejak zaman Orde Baru (ORBA) sampai zaman Susilo Bambang Yudhoyono. Namun entah mengapa ia harus takluk di bawah kekuasaan “Orde Citra” sekarang ini.
Apa mungkin ada kesamaan ideologi antar Jokowi dengan Fadjreol? Ya, bisa saja terjadi dan tidak mustahil. Atau mungkin Fadjroel lelah miskin sebagai pengkritik pemerintah? Mungkin juga. Karena bisa jadi ia ‘iri’ dengan Budiman Sudjatmiko (politikus PDIP) yang kini sudah dapat kursi ‘empuk’ di senayan. Sementara ia (baca: Fadjroel) mulut terus berbusa, tapi masih (maaf) miskin juga. Sehingga menjadi ‘penjilat’ penguasa pun dilakoninya kini. Mudah-mudahan dengan berprofesi sebagai ‘penjilat’ penguasa, perlahan kekuasaan pun akan di raihnya.
Walau tidak sedikit orang yang mengkritiknya, Fadjroel anggap angin lalu saja, masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Dilansir dari laman Netral, bahwa Perubahan drastis sikap Fadjroel ini misalnya terlihat dalam soal kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sewaktu Pemerintahan SBY-Boediono menaikkan harga BBM, SBY beralasan bahwa BBM naik itu untuk menyehatkan ekonomi rakyat. Menimpali jawaban SBY itu, Fadjroel berkomentar melalui akun twitternya @fadjroel, “potong gaji elo 50%, itu sehat.” Kemudian ia lanjutkan dengan komentar, “Duit elo kagak berseri arrrgghhh”.
Sekarang, saat Presiden Jokowi menaikkan BBM, Fadjroel seolah bungkam dan mengambil sikap berbeda saat ia menyikapi Pemerintahan SBY menaikkan harga BBM. Alih alih kritis, ia kini justeru aktif mensosialisasikan program pemerintah dan kegiatan Presiden Jokowi melalui akun twitternya @fadjroel.
Atas perubahan sikap Fadjroel Rahman ini, netizen pun berkomentar di media sosial. Apa saja komentar netizen? Berikut sebagian dari komentar yang berhasil dirangkum Netral:
@rabilachita: bang @fadjroel ayo sprti dulu. Pengamat y kritis,rakyat m’butuhkan mu. Bkn sbg toa pemerintah @jokowi_do2
@Benioemar: Smestnya @fadjroeL yg jd dubes tuh, tiap detik jadi toa pmerintah. Masih mau dblng pngmat kritis.
@duipasuryo: Maaf mas @fadjroeL, saya liat mas terkesan spt Humasnya Pak Jokowi. Mana sikap kritis ketika kbjkan yg dibuat berbenturan dg idealisme mas
@Asamulchias: @fadjroeL Kalau mau kritis, be fair, apalagi soal “bohong lagi.” Sama tokoh lain curigaan aje. Kritik tuh, pemimpin negara. Sanggup nggak?
Dikutip dari wikipedia.org, Fadjroel Rahman lahir di Banjarmasin, 17 Januari 1964. Ia adalah seorang peneliti, penulis, pengamat politik dan aktivis mahasiswa tahun 1980 hingga 1998. Publik lebih mengenalnya sebagai Calon Presiden Independen sejak tahun 2009.
Masa Orde Baru sempat mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan akibat aktivitasnya menentang pemerintahan Jenderal Besar Soeharto dan Rezim Orde Baru semasa menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung.
Fadjroel bukanlah contoh aktivis yang patut dicontoh, sebab idealismenya begitu mudahnya luntur seketika juga. Padahal, tidak masalah jika ia pro terhadap sosok tertentu. Namun yang disesalkan, ketika sosok yang di kaguminya melakukan kesalahan, mengapa ia malah membelanya? Bukankah ini yang di namakan pengkhianatan terhadap kebenaran?
Oh, Jika saja yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bukan Jokowi, mungkin Fadjroel sudah kebakaran jenggot mengkritik dan mulutnya (mungkin) sampai berbusa menghakimi. Tapi karena Jokowi yang melakukan, Fadjroel pun dengan segala dalih bak ‘toa’ pemerintah. Aih…aih…[netral/silontong]
dia juga kan butuh makan...ya udhlah maklumin aja
ReplyDelete