MENIKAHLAH, MAKA KEAJAIBAN
Jaminan Allah adalah kepastian. Dia mustahil mengingkari apa yang telah menjadi janji suci-Nya. Semua yang tersebut di dalam al-Qur’an, diperjelas oleh banyak sabda sang junjungan, adalah garansi pasti yang tak terbatas jenis kerusakan dan masanya. Maka merugilah mereka yang masih meragukan Allah Swt dan apa yang telah diikrarkan-Nya dalam kalam suci.
Menikah, dijanjikan oleh Allah Swt sebagai salah satu pembuka pintu rezeki. Difirmankan dalam kalam-Nya, jika kalian fakir, maka menikahlah. Lanjutannya, kelak Allah Swt akan membuatmu menjadi kaya.
Inilah kebenaran firman-Nya. Sebab Dia Mahatahu, meski terjamin, akan banyak hamba-Nya yang ragu dalam melangkah dan menjalani ikatan suci bernama pernikahan itu. Meskipun, lagi-lagi, sudah amat banyak bukti dari mereka yang telah mengambil jalan kebaikan itu.
Si Ayah, sebutlah demikian, disibukkan dengan ritual pekanan, Senin. Si Sulung dan adiknya kembali ke kampus, anak ke tiga bersekolah di tingkat akhir Sekolah Menangah Atas. Sedianya, Ibunya harus ke sekolah juga. Sebab sedang menjenguk anak ke lima dan enam di pesantren, kali ini rumah sepi tanpa kehangatannya.
Maka sibuklah ia yang disebut Ayah dalam cerita. Mulai menyiapkan minuman untuk buah cinta, mengantarnya ke sekolah, hingga membeli sarapan untuk mertua dan anaknya yang lain.
Sejak malamnya, listrik rumahnya sudah berteriak-teriak; mengeluarkan bunyi mirip alarm yang menandakan bahwa kuota pulsa hampir habis. Sehingga harus diisi agar lampu dan perangkat listrik lain di rumah yang baru dikontrakanya itu tidak padam seketika.
Setelah anak-anak berangkat semua, datanglah Ibu Mertuanya. Berkunjung sembari bertanya tentang listrik yang hampir habis kuotanya itu, “Nak, pulsa listrik akan diisi kapan? Uangnya sudah ada?”
Dengan senyum, si Ayah menjawab santai, penuh keyakinan, “Insya Allah siang ini, Mah. Insya Allah, uangnya ada.”
Maka setelah sedikit bincang ringan, Ibu Mertua beranjak kembali ke kediamannya. Semoga jawaban Ayah barusan, bisa membuatnya tenang.
Waktu pun berjalan. Si Ayah melanjutkan aktivitas seperti biasanya. Di sepanjang pagi itu, ada banyak hal yang harus dirampungkan. Mulai diskusi di forum yang menjadi spesialisasi pekerjaannya, hingga urusan domestik yang sudah biasa menjadi kesukaannya; wujud cintanya yang belum sempurna.
Ternyata, Sang Mertua bolak-balik untuk memastikan. Diulanglah beberapa kali pertanyaan serupa. Kemudian dijawab dengan redaksi yang tak berubah. Hanya satu niat Ayah, “Agar mertuanya tidak khawatir.” Sama sekali; bukan berbohong.
Ketika kunjungan Mertua terakhir kalinya, saat terdengar salam khasnya, Si Ayah tengah mendirikan Dhuha’. Sebagai wujud menjalankan sunnah dan amalan yang tengah didawamkannya. Berharap, menjadi amal unggulan dan bisa menolong pelakunya kelak di surga.
Selepasnya, beranjaklah ia melihat ponselnya. Di sanalah ia bisa beraktivitas. Mulai berkarya hingga belajar berbisnis. Meski, kecil-kecilan.
Seperti diantarkan, meski tak ada angin atau hujan, terbelalaklah mata Ayah ketika menabrak sebuah pesan yang menunjukkan bukti pembayaran salah satu kliennya. Hal itu sama sekali tak direncanakan, dia sendiri tak pernah mengerti akan diantarkan rezekinya lewat jalur itu.
Selepas ucap hamdalah dan terus berdzikir, datanglah ia ke rumah mertuanya. Seraya mengunci pintu dan menitipkan kuncinya, ia berpamit, “Mah, keluar sebentar ya? Mau ngisi pulsa listrik.” Sang Mertua, tersenyum lebar sembari memberi izin, “Iya, Nak. Hati-hati.”
Maka berjalanlah ia dalam syukur tak terukur. Rupanya, yakinnya hari itu diganjar tunai oleh Sang Maha Pemberi rezeki. Sesampainya di tempat pengecekan uang, tersebutlah angka tertentu seperti yang dikabarkan oleh sang klien. Ternyata, jumlahnya dua kali lipat dari niat yang dia bisikkan dalam hati ketika hendak mengisi pulsa listrik di pagi hari tadi.
Ketika sore harinya Sang Mertua kembali bertandang, dikisahkanlah riwayat tersebut. Sang Mertua terlihat menggerakkan mulut seraya bertahmid. Katanya, “Masya Allah, alhamdulillah ya, Nak. Padahal Mamah juga ada uang.”
Hanya tersenyum, Si Ayah yang merupakan menantunya itu menjawab, “Alhamdulillah, Mah. Kan, tadi pagi bilang, ‘Insya Allah, ada.’ Dan benar-benar ada di siangnya.”
Demikianlah keajaiban itu. Ketika dibincang, akan semakin banyak daftar dan berbagai jenisnya. Inilah pelajaran hidup, bagi siapa yang mau memungut dan memanfaatkannya. Intinya bukan hanya pada seberapa banyak membaca dan memahami. Lebih jauh, ini adalah terkait seberapa beranikah diri untuk menjalankannya.
Karena, anda tidak akan benar-benar tahu sebelum mencobanya sendiri. Tak percaya? Buktikan saja sendiri! [Pirman/Keluargacinta.com]
0 komentar:
Post a Comment