Jokowi pernah mengatakan dalam suatu kesempatan bahwa ia sudah haji, ayah dan ibu serta adiknya pun sudah haji. Artinya, dengan pernyataan tersebut, berharap publik tidak meragukan akan keislamannya.
“Saya Jokowi, alhamdulillah saya sudah haji. Bapak saya haji, ibu saya haji, dan adik saya juga sudah haji,” kata Jokowi seperti dilansir dari laman Merdeka, 17 Juni 2014 oleh blog Silontong (17/9/14).
Selanjutnya, Jokowi “sering” didaulat dulu (sebelum jadi presiden terpilih) menjadi imam sholat berjamaah dibeberapa kesempatan, seperti sholat dhuhur dan mahgrib, namun belum ditemukan Jokowi menjadi imam pada sholat shubuh berjamaah dimasjid. (Baca, Matinya Karir Imam Sholat Jamaah Jokowi).
Ketua Dewan Masjid Indonesia, Jusuf Kalla pun meyakini akan kualitas keislaman Jokowi tidak diragukan lagi.
“Coba lihat mana yang sering ke masjid, mana yang lain? Pak Jokowi maghrib jadi imam. Fasih bacaannya,” tegas JK di masjid Al-Hikam, Depok, 23 Mei 2014. seperti dikutip Tribunnews.
JK bahkan berani bertaruh Jokowi punya kemampuan jadi imam dan membaca Alquran lebih baik jika diadu dengan orang-orang yang kerap menghina keislaman Jokowi .
“Kita tanding siapa yang fasih, tanding dengan lain. Jangan memperalat Islam dalam politik, apa kurangnya Jokowi? Apa? Rajin ke masjid Jokowi,” tegas wakil Presiden terpilih itu, masih dari laman Merdeka.
Jika benar Jokowi sudah haji, bisa jadi imam sholat dan fasih dalam membaca Al Qur’an sebagai cerminan kualitas keislaman Jokowi sudah hebat, lalu mengapa posisi menteri Agama dihapuskan? Padahal agama adalah bagian denyut nadi masyarakat Indonesia, tanpa agama, negara Indonesia tidak akan pernah ada.
Lantas, pantaskah Jusuf Kalla mengatakan bahwa Jokowi sudah mempunyai kualitas Islam yang baik? Dan Jusuf Kalla sendiri, kenapa juga mendukung dihapuskannya menteri agama dari kabinet? Padahal rakyat tahu bahwa Jusuf Kalla adalah Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Kualitas keislaman Jokowi di akui oleh Jusuf Kalla yang sebenarnya juga tidak paham dalam beragama islam. Ingat! Ukuran kualitas keislaman seseorang bukan hanya diukur dari haji, sholat dan bacaanya saja, ada banyak kriteria. Sayang sekali hal tersebut tidak di pahami dengan baik oleh Ketua DMI tersebut. Jika ketuanya begitu, bagaimana anggotanya?
Sudahlah, toh pada akhirnya, rakyat hanya bisa menilai dan menyimpulkan sendiri dan dengan sederhana saja, tidak salah jika rakyat mengatakan bahwa Jokowi pun tidak sungkan tampilkan diri sebagai orang yang memusuhi Islam dan ummat Islam. Penghapusan menteri agama bukti nyata dan jika Jokowi tidak merubah sikapnya. Ini akibat jika menteri agama dihapus, berbagai aliran sesat pun akan bermunculan di mana-mana. Oh, ini toh yang dinamakan “Revolusi Mental”…..
(silontong)
0 komentar:
Post a Comment