Presiden Indonesia Itu Berjuluk 'Si Tukang Ngibul'
Saat kampanye Pilpres 2014 lalu beredar tudingan Calon Presiden Joko Widodo sebagai ‘Si Pendusta’. Tudingan itu beredar di masyarakat dan dunia maya, lengkap dengan foto Joko yang menampilkan wajah berhidung si tokoh pendusta, Pinokio.
Julukan Si Pendusta buat Joko disebabkan janji-janjinya yang kerap diingkari. Mulai dari komitmen pimpin DKI selama 5 tahun, tak akan copras-capres, banjir, macet, monorail, stadion BMW, hingga Esemka.
Saat itu, ratusan ribu akun Jasmev (Jokowi Advance Social Media Volunteers) di media sosial tak henti-hentinya membela tudingan tersebut dengan berbagai alasan. Mereka bilang menjadi Presiden bukan berarti meninggalkan DKI Jakarta, tapi justru penanganan ibukota akan semakin total dan fokus.
Terkesan dipaksakan memang, karena analoginya, jika untuk mengurus 1 rumah saja tak berhasil lalu bagaimana akan mengurus puluhan rumah. Jika mengurus 1 provinsi saja gagal lalu bagaimana mengurus puluhan provinsi. Jika jawabannya mengurus 34 provinsi akan lebih sukses dari pada mengurus satu provinsi, maka jelas itu adalah ideologi sesat yang akut.
Tapi itulah Jasmev, keberadaannya yang memang bukan untuk membela kebenaran dan mengkritik kesalahan, tapi untuk berteriak bahwa semua hal tentang Joko adalah kebenaran yang tak bisa diganggu gugat.
Kini, julukan Si Pendusta kembali mencuat di kalangan rakyat. Bukan karena setelah Joko menjabat sebagai Presiden RI, tapi julukan itu kembali ramai justru sebelum Joko dilantik menjadi Presiden. Dan julukan Si Pendusta semakin melekat pada dirinya manakala Joko akan menaikkan harga BBM, menjual pesawat Ke-Presidenan, kunjungan rombongan Megawati dan Jusuf Kalla ke AS, kunjungan rombongan Surya Paloh ke Cina, menggemukkan susunan kabinet, membagi-bagi kursi menteri, dan bahkan menafikan Ke-Menteri-an Agama.
Berbeda dengan masyarakat, anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat justru tak menjuluki Joko ‘Si Pendusta’, akan tetapi menjulukinya sebagai ‘Si Tukang Ngibul’. Alasannya, karena Joko tak pernah berhenti kibulin rakyat secara beruntun.
"Kita selalu dikibulin sama Jokowi, dia satu bulan belakang kan terus gembar-gembor kabinet ramping, yang katanya untuk hemat anggaran, dimana anti uangnya yng dihemat itu akan digunakan untuk kebutuhan energi. Tapi ternyata sama saja, dikibulin kita," ceplos Martin di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (18/9).
Martin tak habis pikir, tidak ada satupun janji manis Jokowi yang direalisaskan. Pasalnya, belakangan Jokowi justru yang tadinya ingin membentuk kabinet ramping, tapi nyatanya masih 34 kementerian. Sementara janji Joko terkait koalisi tanpa syarat nyatanya ada juga bagi-bagi kursi menteri dengan komposisi 18 dari kalangan profesional dan 16 dari profesional partai politik.
"Tinggal satu lagi janji Joko, bahwa dia ingin Menteri itu tidak boleh rangkap jabatan. Tinggal kita lihat saja nanti," katanya.
Tak hanya rakyat, Martin sendiri bingung dengan karakter kepribadian yang dimiliki Joko. Kerap berjanji sana-sini, tapi ketika janji itu diingkarinya sendiri ia langsung ngeles dan mampu bersikap seolah-olah tak bersalah.
"Jadi ini sebenarnya ini gak bisa dipegang omongan Jokowi ini. Saya kira sebagai Presiden, berpikir dulu sebelum bicara. Omongan Presiden itu diingat orang. Dia juga tidak merasa bersalah, ngomong ini kabinet yang efisien yang ramping yang ini dan seenaknya aja. Tapi tidak dilakukan," pungkasnya.
0 komentar:
Post a Comment