Islam muncul sebagai kekuatan baru setelah ‘musim semi Arab’, dan menjadi faktor penyebab para ‘Monarki Teluk’ menderita ketakutan sangat luar biasa, kemudian mereka membenci Jamaah Ikhwan Muslimin yang dianggap akan menciptakan destabilisasi di kawasan itu.
Jatuhnya secara tragis sekutu mereka yang sudah berkuasa puluhan tahun, seperti Ben Ali di Tunisia dan Hosni Mubarak di Mesir mengejutkan ‘Monarki Teluk’. Hal itu membuat mereka bertanya-tanya dan ingin mengetahui tentang masyarakat mereka sendiri. Apakah memiliki potensi keberanian melakukan revolusi?
Bahrain, jelas, karena mayoritas masyarakatnya Syiah, dan mampu memberontak? Siapa lagi? Dalam masyarakat Sunni, terdapat Jamaah Salafi tidak mungkin dianggap sebagai ancaman. Karena ideologi mereka melarang menentang atau memberontak pemimpin negara sebuah pemerintahan.
Menurut Jamaah Salafi melakukan protes adalah perbuatan dosa. Mereka berpendapat, tidak peduli apapun yang dilakukan para pemimpin, bahkan jika para pemimpin negara ‘Islam’ menjadi rusak atau bobrok, merampok uang negara dan memperbudak rakyatnya, pemberontakan tidak boleh dibiarkan terjadi.
Ideologi dan nilai-nilai yang tidak masuk akal ini hidup, dan terang-terangan digunakan memperbudak kaum Muslimin! Jamaah Salafi hidup dalam lingkungan yang luas, di negara-negara Arab seperti ‘gelembung’ busa di tengah lautan. Kelompok Salafi yang mendapatkan dukungan para ‘Monarki Teluk’, mereka diperbudak oleh diri mereka sendiri dengan cara menafsirkan Hadits dan Al-Quran, kemudian menyebarkan tradisi ketaatan kepada para ‘Monarki” secara mutlak.
Dengan demikian, dalam kalangan Sunni, terdapat kelompok Salafi, yang begitu luar biasa ketaatannya kepada para ‘Monarki’, dan melarang anggotanya menentang atau memberontak terhadap para penguasa, kelompok ini dikalangan Muslim di negara-negara Arab, mengenalnya sebagai kelompok Salafi ‘Murji’ah’.
Namun, sejak tahun l928, lahir Jamaah Ikhwanul Muslimin, yang didirikan oleh Hasan al-Banna, dan membangun gerakan yang sangat pekat dengan nilai-nilai Islam, dan dikenal dengan rumusannya, yaitu:
‘Allah tujuan kami, Rasul tauladan kami, Al-Qur’an undang-undang kami, Jihad jalan hidup kami, dan mati Syahid cita-cita tertinggi kami’.
Itulah doktrin dari Jamaah Ikhwan yang di rumuskan oleh Hasan al-Banna, dan sekarang membuat takut para ‘Monarki Teluk’, dan mereka merasa terancam.
Sebaliknya, kalangan sekularis dan nasionalis gagal mengubah kehidupan rakyat Arab. Islam muncul sebagai kekuatan utama dalam kehidupan politik dan masyarakat yang dipelopori Gerakan Ikhwan.
Partai-partai sekuler kehilangan kursi di parlemen dan kehilangan daya tarik dalam masyarakat. Untuk orang-orang Arab dan Muslim, Islam bukan hanya agama, Islam nilai-nilai budaya, dan merupakan ‘Golden Ages Islam’ (abad keemasan Islam), yang tidak pernah hilang dari imajinasi bangsa Arab dan Muslim.
Selanjutnya, ‘Musim Semi Arab’ (Arab Spring) menunjukkan bahwa sekularis Mesir, Bahrain dan Saudi hanyalah corong rezim otoriter, mereka kekuatan kaum fasis yang menyamar. Di sisi lain, dikalangan orang Arab, mereka telah sampai kepada kesimpulan, seakan-akan Saudi atau Iran mewakili Islam politik yang mereka telah lama bermimpi tentang itu.
Tetapi, Arab Saudi dan Iran itu, hanyalah bagian dari penjajah Barat dan Zionis, tidak memberikan sumbangan apapun bagi Islam, dan mereka menggadaikan aqidah dan keyakinan mereka kepada Zionis-Israel. Seperti sekarang ini, mereka ramai-ramai menghancurkan Jamaah Ikhwan.
Karena, Jamaah Ikhwan satu-satunya gerakan di negara-negara Teluk dan Timur Tengah, yang mengarahkan rakyatnya kepada perubahan, dan mengembalikan mereka tunduk dan patuh hanya kepada Rabbul Alamin. Bukan tunduk patuh kepada para ‘Monarki’, tetapi Ikhwan mengarahkan rakyat dan bangsa Arab hanya beribadah dan tunduk kepada Sang Pencipta.
Tindakan menghukum negara kecil Qatar, karena dukungannya terhadap Jamaah Ikhwanul Muslimin di Mesir dan di tempat lain, di mana anggota terkemuka GCC , Arab Saudi bersama dengan UEA dan mengancam akan memblokade Qatar melalui darat dan laut, kecuali Qatar memutuskan hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, menutup Al Jazeera, dan mengusir ulama terkenal Yusuf al - Qaradawi, yang dikenal karena hubungannya dengan Ikhwan.
Ini adalah aspek yang paling ironis dan kejam dari sejarah Mesir bahwa mereka yang telah berkuasa di negeri Fir'aun kuno, belum memungkinkan lahir “Islam politik”, seperti yang diinginkan oleh Jamaah Ikhwan.
Sejak Gamal Abdel Nasser dan sampai hari ini. Ikhwan di Mesir terus dizalimi, dihancurkan, dan dibunuhi pengikutnya oleh para penguasa Arab. Karena para ‘Monarki’ itu, hanyalah para thaghut, dan kumpulan para penyembah ‘ilah’ yang berwujud kekuasaan, harta, dan kenikmatan dunia, sehingga mereka tidak memiliki izzah, dan akhirnya menjadi budak kafir musyrik, yaitu Yahudi dan Nasrani. (afgh/dbs/voa-islam.com)
0 komentar:
Post a Comment