Pilkada Jabar dan Penaklukkan Konstantinopel
Pilkada Jabar dan Penaklukkan Konstantinopel
By: Nandang Burhanudin
*****
(1)
Bagi saya, Pemilu 2019 adalah momentum harbul wujud (perang eksistensi) antara kalangan Islam Nasionalis vs kalangan Sekuler Islamophobia, jika enggan disebut blok kekufuran dengan berbagai bentuknya.
(2)
Sinyal perang sudah ditabuh Viktor, Bilboard Dirgahayu RI oleh perempuan berpakaian tak sesuai adat-budaya Indonesia, tari perut saat bedah buku, patung Dewa PErang China di Tuban, hingga Meikarta dan seabreg kasus lainnya.
(3)
Bagi Muslim “normal” Indonesia, 2019 adalah perang armagedon setelah perang kemerdekaan, perang pembebasan Papua Barat, dan perang penumpasan PKI.Pilihannya, melawan bangkit! Atau diam dan siaplah untuk dijepit!
(4)
Kunci Pemilu 2019 dipegang PKS, satu-satunya partai Muslim yang masih punya power! Maka penyelamatan Indonesia tergantung keselamatan kapal besar PKS. Sedang keselamatan kapal, tergantung nahkodanya!
(5)
Anggaplah PKS dan jamaahnya adalah jelmaan dari Muhammad Al-Fatih, anak muda yang terobsesi menaklukkan Konstantinopel! Anda boleh setuju, boleh tidak. Tapi kokohnya pertahanan kalangan Islamophobia, mirip dengan kokohnya benteng Konstantinopel waktu itu.
(6)
Lalu apa yang dilakukan Muhammad Al-Fatih? Setidaknya ada beberapa hal;
(7)
Pertama, menyatukan Shaff (barisan) Muslim, mengikis ghill, suuzhon, dan menyelesaikan setiap pembangkangan dengan bijak, tanpa meninggalkan jejak luka!
(8)
Kedua, membersihkan pasukan Muslim dari anasir-anasir jahat yang merusak ukhuwwah (persaudaraan) dan mengotori hati dengan bisikan fitnah di internal.
(9)
Ketiga, menyebar intel-intel Muslim untuk merusak persatuan dan forum kekufuran. AlFatih di antaranya sukses mempertengkarkan antara Kristen Katholik Roma dengan Katholik di Bizantium.
(10)
Keempat, mempersiapkan media, alat, suplai logistik yang memadai untuk pertempuran yang berlangsung hingga kurang lebih 2 bulan lamanya. Meriam AlFatih yang tercanggih dan termodern saat itu adalah buktinya.
(11)
Kelima, menyiapkan kader-kader terbaik untuk menjadi prajurit-prajurit tempur di segala medan laut, udara, darat, hingga pasukan bawah tanah.
(12)
Keenam, kualitas ruhiyah hablum minallah yang selalu ditegaskan Syaikh Aaq Syamsuddin, ulama dan guru spritual AlFatih.
(13)
Apakah PKS memiliki keenam prasyarat penyelamatan besar di atas? Jawabannya, tanyakan pada nurani masing-masing! istafti qalbaka!
(14)
Kunci penyelamatan Indonesia, bukan di Jakarta tapi sebenarnya di Jawa Barat. PKS selama 2 periode telah sukses (dalam hal tertentu) membawa Jawa Barat menjadi wilayah religius modern.
(15)
Contohnya, di saat anggaran Ormas Islam dihentikan oleh Jokowi. Aher, gubernur Jabar dari PKS justru menambah anggaran Ormas Islam. Bahkan setiap Ormas diberikan hibah kendaraan Innova terbaru.
(16)
Nah pertanyaannya, lalu mengapa untuk Pilkada Jabar 2018, PKS nampak kebingungan? Kebingungan sejak menentukan nama calon gubernur! Pertama ditentukan 2 dari tiga nama; Dr. Netty Heryawan, Ahmad Syaikhu, dan satu lagi yang tidak disebutkan: Haris Yuliana, Wakil Ketua DPRD I Jabar, lalu muncul nama MSI di kemudian hari.
(17)
Kendati Di pertemuan dengan Ormas Islam, saya hadir menjadi saksi, Habib Salim AlJufri sudah membuka diri bahwa PKS adalah kendaraan politik untuk semua ormas Islam. Nama calon pun tak kunjung ditentukan.
(18)
Tragisnya, PKS nampak dipusingkan dengan rayuan-rayuan maut kalangan Islamophobia.Mereka ingin membalikkan Pilkada Jabar 2008, dimana PKS sukses memunculkan perang jenderal, tapi dimenangkan Aher yang Kopral tak digenggam.
(19)
Memecah kelompok Islam sudah diwanti-wanti Dedi Mizwar. Aa Gym pun memilih mundur. Dengan demikian, nahkoda berada di PKS. Mau dibawa kemana harapan umat ini? Na’udzubillah jika Jabar jatuh ke parpol pendukung penista Al-Quran.
(20)
Saya berharap, nahkoda PKS sadar kondisi emergensi ini! Kalau tidak sadar, bisa jadi yang karam bukan hanya PKS tapi umat Islam Indonesia seluruhnya! Terbukti, DPR RI tanpa PKS di KMP menjadi kucing budukan. Tak ada nilai dan hanya jadi permainan!
(21)
Ayo nahkoda PKS, jangan banyak diam! Bangkitlah, harapan itu masih ada!
0 komentar:
Post a Comment