Apa Kepentingan James Riyadi Bergerilya Di Pengurus Besar NU?
Berita
,
Konspirasi
,
Opini
,
Tahukah Anda
Edit
CEO Lippo Group James Riady mendorong agar Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Ulama (NU) membangun rumah sakit umum di daerah guna membantu warga NU yang kesulitan dengan biaya kesehatan. Menurut James, biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan rumah sakit umum tersebut tidaklah besar tetapi akan sangat membantu bagi Warga NU yang mengalami masalah kesehatan.
Seperti dilansir Suara Pembaruan, "Bangunan satu meter paling Rp 1,5 juta, bangun 2.000-3.000 meter paling Rp 3 miliar. Lalu equipment (peralatan)nya kan tidak usah ada MRI dan CTscan, jadi paling Rp 2 miliar sampai Rp 5 miliar. Jadi mau bangun 50,60,70 ranjang uangnya tidak seberapa," kata James saat menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PB NU di Jakarta, Sabtu (19/11).
Bahkan, James langsung menyatakan bersedia untuk membantu dan rela tidak mendapatkan saham dari kerja sama yang mungkin dijajaki tersebut. "Jadi saya bersedia pak, kalau bapak, memang NU ini serius (membangun rumah sakit umum)," ungkapnya.
Seperti diketahui bahwa James Riyadi banyak terlibat pada saat pencalonan Presiden Jokowi, melalui penciptaan atau rekayasa popularitas Jokowi ini dilakukan oleh Stanley ‘Stan’ Greenberg, konsultan politik yang luar biasa, berbiaya sangat mahal dan bekerja untuk waktu yang cukup lama, terhitung sejak awal persiapan Pilkada DKI Jakarta awal tahun 2012 sampai masa pemilihan presiden Juli 2014.
Stanley Greenberg, adalah konsultan politik paling terkemuka di dunia yang telah berhasil memenangkan 11 kepala pemerintahan (presiden / perdana menteri), ratusan anggota kongres, senator dan gubernur di Amerika Serikat, serta konsultan pencitraan dan politik untuk berbagai perusahaan multinasional raksasa (British Petroleum, Mosanto dan lain – lain).
Keterlibatan Stanley ‘Stan’ Greenberg dalam tim sukses dan tim politik Jokowi tidak dapat dipisahkan dari sosok James Riady, konglomerat pemilik Lippo Grup dan First Media Grup. James Riady dan Stan Greenberg merupakan dua tokoh yang sama-sama sahabat baik mantan presiden AS, Bill Clinton. James Riady dan Stan Greenberg adalah dua tokoh yang sangat berjasa mengantarkan Bill Clinton terpilih sebagai Presiden AS pada pemilihan presiden 1992 dan 1996. Keduanya juga tercatat sebagai anggota organisasi elit, Arkansas Connection.
Arkansas Connection adalah sebuah organisasi non formal yang merujuk pada sebuah kelompok terbatas, umumnya terkait pada daerah asal dan masa lalu Bill Clinton sebagai Jaksa Agung dan Gubernur Arkansas. Kelompok elit yang dijuluki sebagai Arkansas Connection ini adalah kelompok orang yang sangat berkuasa di Partai Demokrat AS dan memiliki akses luar biasa terhadap pemerintahan AS sekarang ini di mana Barrack Obama menjadi Presiden. Arkansas Connection merupakan mentor atau pembimbing Obama sejak awal masa pemilihan presiden tahun 2008 sampai terpilihnya kembali Obama pada pilpres 2012. Arkansas Connection diketahui banyak memberikan saran dan nasihat dalam setiap keputusan dan kebijakan Obama sebagai presiden AS.
James Riady, John Huang cs dan intelijen China berhasil menyusup ke jantung kekuasaan AS, Gedung Putih. Huang bahkan jadi deputi Menteri Perdagangan AS. Operasi intelijen China dengan ujung tombak James Riady dan John Huang menyusup ke Pemerintahan AS ini terbongkar pada tahun 2000-2001. Namun meski laporan penyelidikan CIA, FBI, NSA dan Dept of justice USA membuktikan James Riady cs bersalah dalam Skandal Lippogate, Clinton yang berkuasa saat itu melindungi James Riady cs yang adalah teman karibnya sejak 1984 di Little Rock, Arkanas, USA.
Laporan resmi penyelidikan Kongres, NSA, CIA, FBI terhadap Lippogate, tidak membuat James Riady cs dihukum berat. Mereka hanya didenda dan dicekal. Tokoh yang berjasa mempengaruhi pemerintahan Clinton untuk tidak memberi sanksi berat kepada James Riady, John Huang cs adalah Stan Greenberg.
Salah satu prestasi fenomenal Stan Greenberg di AS adalah membalikan sikap masyarakat AS dan US Military terhadap LGBT (lebsian, gay, bisex, transgender). Hanya dalam waktu singkat, dengan rekayasa media, opini dan polling, Greenberg berhasil mengubah AS dari anti LGBT menjadi 70% menerima LGBT. Stan Greenberg juga berhasil mengubah budaya Islam di Timur Tengah sehingga lebih welcome dengan budaya barat.
Memanasnya iklim politik menjelang Pilkada DKI di tanah air saat ini, menjadi kekhawatiran berbagai pihak. Terlebih lagi Ahok yang ikut pilkada DKI sedang mendapat persoalan hukum dan jadi tersangka penistaan agama, membuat pihak yang memiliki kepentingan kemenangan Ahok terus gencar membuat strategi agar Ahok dapat "selamat" dan tetap menjadi Gubernur DKI periode berikutnya.
Dalam kesempatan diskusi bertemakan "Setelah 411" di ILC (8/11/16) yang ditayangkan di TV One, Jendral TNI Gatot Nurmantyo menyebutkan adanya Konspirasi Global dan Bahaya Kuning terhadap kedaulatan NKRI. Pernyataan Jendral Gatot ini sebelumnya sudah berkali-kali dia lontarkan di beberapa tempat dan di berbagai kesempatan diskusi. Tapi sepertinya tidak ada yg mendengarkan. Pemerintah, Politikus & Penggembira di sekitar Jokowi semua abai pada seruan keprihatinan Panglima TNI tersebut.
Malam itu, sepertinya Pak Gatot mendapatkan panggung untuk mengeluarkan unek-uneknya kembali. Sampai-sampai semua computer graphics-nya dia bawa ke Studio TvOne dan sudah well-prepared untuk ditayangkan pada saat dia bicara.
Menurut M Abduh Baraba, CEO sisiusaha network, yang sedang terjadi saat ini adalah sekelompok konglomerat cina bersatu padu, bergabung dengan jaringan internasional seperti Arkansas Connection dan Jaringan China dunia yang didukung penuh pemerintah China melalui China Military Intellegence (CMI) atau dukungan dana tak terbatas dari perusahaan kedok/samaran bernama China Resources Corporation Ltd yang selama puluhan tahun memberikan bantuan finansial ke kelompok Lippo Grup di seluruh dunia.
Dengan anggaran tidak terbatas, jaringan dan penguasaan media yang mayoritas, kemampuan teknis rekayasa komunikasi politik dan opini, kelompok ini mampu menghancurkan semua kelompok maupun tokoh yang potensial mengganggu tujuannya melalui opini media. Tentunya juga didukung oleh kelompok pro liberal yang ingin merubah wajah Indonesia yang penuh nilai-nilai luhur ketimuran menjadi wajah indonesia yang liberal kedepannya.
Kelompok pro liberal inilah yang aktif kedepan menyuarakan toleransi, sementara di Indonesia sejak dahulu sampai sekarang termasuk negara yang memiliki sikap toleransi tinggi, namun tiba-tiba saat ini dimunculkan opini seolah-olah Indonesia sedang memiliki krisis toleransi.
Melihat perjalanan dan peta politik di Indonesia sejak pencalonan Jokowi sebagai presiden sampai memanasnya iklim politik saat ini, mungkin perlu bertanya mengapa pemerintah akhir-akhir ini begitu sibuk melakukan "silaturahmi politik" ke beberapa Ulama, Tokoh dan organisasi Islam dan apa pula kepentingan James Riyadi yang mendadak bergerilya ke pengurus besar NU? Wallahu A'lam Bishawab.. (M Abduh Baraba)
0 komentar:
Post a Comment