Sebuah selebaran online telah beredar untuk menggelar kembali "Aksi Bela Islam" jilid 2 di Jakarta.
Aksi ini bermaksud untuk mempertanyakan proses hukum kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang dianggap masih belum jelas hingga hari ini. Aksi tidak terkait SARA, pilkada, politik dan sebagainya.
Diyakini aksi tersebut akan mengerahkan massa jauh lebih besar, karena melibatkan elemen umat Islam dari berbagai daerah.
Selebaran juga mengingatkan peserta agar membawa bekalnya masing-masing, pasalnya ada kemungkinan dilakukan aksi menginap istana Jokowi.
Berikut pesan dalam selebaran:
- Peserta aksi bawa bekal untuk kemungkinan menginap di sekitar istana presiden RI
- Para peserta aksi bela Islam di semua daerah diserukan datang ke jakarta bergabung ke aksi Bela Islam II di Jakarta, dan diserukan juga membawa Petisi menuntut Polri penjarakan Ahok yang ditanda-tangani para Ulama dan tokoh Islam dari daerahnya masing-masing untuk diserahkan ke Presiden RI
- Peserta aksi sebelum berangkat harap tulis wasiat untuk keluarga dan berdoa untuk kemenangan umat Islam
- Dianjurkan puasa Senin dan Kamis sebelum AKSI BELA ISLAM II
- Dianjurkan dari Senin s/d Kamis untuk banyak membaca Al-Qur'an, Wirid, Dzikir, Ratib, Hizb, Sholawat, Doa dan perbanyak: Hasbunallah wa ni'mal wakil.. Ni'mal maulaa wa ni'man nashiir
Mengapa menista Islam berbuntut panjang?
Perlu dicatat bahwa di dalam agama Islam, pelecehan dan penistaan terhadap kesakralan Islam adalah hal yang berkonsekuensi berat.
Tak dibedakan apakah hal itu dilakukan oleh Muslim atau orang Kafir (non Islam). Dalam sejarah dunia Islam, penistaan bisa dikenai hukuman mati (efek jera dan peringatan agar tak diulangi oleh yang lain), kecuali jika bertaubat.
Sementara di negara demokrasi dan hukum sekuler, seperti di Indonesia, tuntutan hukum semaksimal mungkin diupayakan dalam rangka meraih maslahat lebih besar, termasuk mencegah aksi main hakim sendiri dan peringatan agar tidak bermain-main dengan simbol Islam.
Ahok sendiri setelah terdesak, menyatakan permintaan maaf kepada pihak yang merasa tersinggung. Ia mengaku tak ada niat melecehkan.
Tetapi pemrosesan hukum dan "permintaan maaf" adalah suatu hal yang berbeda. Dimana berbagai elemen umat Islam terus mempertanyakan kejelasan penegakan hukum terhadap Ahok.
Gaya Ahok berbahaya bagi keberagaman
Sebagai pejabat publik, Ahok dinilai berbahaya bagi keberagaman dengan adab berbicaranya yang dipandang kurang, terutama terkait hal-hal yang sensitif.
Sebelum kasus Al-Maidah 51, Ahok juga pernah membahas agama Kristen yang disebutnya sebagai konyol. Ia juga mengutip pendapat tokoh Komunis China, bahwa "agama itu racun". Meski ia tetap mengimaninya.
"..yang paling menyesatkan itu Kristen punya ajaran kata Mao Tse-tung. Orang mati nyanyi-nyanyi masuk surga, gimana tuh orang? Mao Tse-tung itu sebel sekali dulu. Dia nggak bisa terima, itu ajaran gila nih. Gimana percaya Yesus masuk surga, darimana itu ajaran kayak gini? Makanya saya kasih tahu orang, saya agak kacau kok percaya yang itu..", ucap Ahok.
Namun tidak ada yang memperkarakan Ahok dalam videonya saat itu.
0 komentar:
Post a Comment