Tudingan makar terhadap pemerintahan terus dilontarkan terhadap rencana “Aksi Damai Bela Al Quran dan MUI” yang akan digelar pada Jum’at 4 November 2016.
Tokoh Gerakan Nasional Pendukung Fatwa MUI (GNPF-MUI), Ustadz Bachtiar Nasir, membantah bahwa “aksi umat Islam 4 November” merupakan gerakan politik untuk melawan penguasa.
Bachtiar Nasir bahkan menegaskan, aksi Umat Islam 4 November bukan gerakan politik. “Peserta Aksi Damai yang Budiman, demi menjaga persatuan Indonesia, dan ukhuwah Islamiyah, hindari anarkisme dan jangan merusak fasilitas umum karena gerakan kita adalah Gerakan Menegakkan Keadilan dan Supremasi Hukum. Bukan gerakan Politik!” tulis Bachtiar Nasir di akun Instagram.
Hari ini (28/10), umat Islam di banyak kota di Indonesia menggelar aksi damai menuntut proses hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang telah menista agama.
Menyikapi gelombang besar aksi umat Islam yang semakin membesar, pemikir Islam Abdullah Haidir menegaskan bahwa, penista agama telah membahayakan persatuan bangsa.
“Penista agama membahayakan persatuan bangsa. Membela dan melindungi sang penista = membahayakan persatuan bangsa…” tegas Ustadz Haidir melalui akun Twitter @abdullahhaidir1.
Aksi umat Islam tuntut penangkapan Ahok digelar di banyak kota. Yakni, NTB, Yogyakarta, Bandung, Balikpapan, Medan, Pamekasan, Pasuruan, Banyuwangi, Bekasi, Sragen dan kota lainnya.
Bahkan aksi umat Islam digelar di kota asal Ahok, Bangka Belitung. Aksi umat Islam di Pangkal Pinang menggelar aksi longmarch dari Masjid Jami’ ke Polda dan DPRD.
Di Bandung, umat Islam melakukan longmarch dari Masjid Pusda’I, Gedung Sate, hingga ke Gedung Merdeka.
Sejalan dengan itu, para ulama yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) mengunjungi Gedung DPR RI, untuk ke MPR RI.
0 komentar:
Post a Comment