Di Jakarta Tak Ada Islam ?


Koordinator Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agus Tri Sundani menuturkan :” Kita meragukan apakah Jakarta yang mayoritas Islam memang ada atau tidak, adalah sebuah pertanyaan besar yang harus di jawab. Kalau dijawab ya, kemana angka mayoritas itu perginya, sebab ketika pemilihan legislativ, tidak ada seorangpun dari perwakilan Islam di DPR RI yang meraih kursi, keecuali hanya seorang “Nur Wahid” seorang Pembina di PKS, apakah hal ini tidak menunjukkan kalau di Jakarta tak ada Islam”. Tutur pak Agus yang persentasi tentang ‘Strategi Menghadapi Syiah” di seminar sehari yang diadakan Koepas [Komite Pembela Ahlul Bait Dan Sahabat ] dan Al Irsyad yang konsen anti Syiah di Aula Mesjid Dewan Dakwah Islamiyah Jalan Kramat Raya 45, tertanggal 18 Mei 2014.
 Pemaparan Pak Agus diperkuat dengan asumsi kondisi Jakarta yang lebih cendrung mengusung Gubenur yang condong memusuhi Islam, yang diterapkan PDIP. Selain agama “non” muslim yang banyak berperan mengatur Jakarta, telah membuat umat Islam di Jakarta yang mengais hidup di perusahan perusahan non Muslim, turut mensukseskan keinginan non muslim yang mendukung Gubenur anti Islam.
Belum ada kesadaran dikalangan umat Islam membuat sejumlah pejabat Islam mengambil andil utama dalam melumat habis aqidah Islam, sehingga tidak muncul keinginan berjamaah, untuk memilih tokoh tokoh Islam menjadi kepada Daerah DKI.
Di sisi lain bisa dilihat dari aktivitas Jumaat atau shalat berjamaah lainnya, jutaan umat Islam di Jakarta sepertinya anya ada puluhan ibu yang tertumpu di mesjid, yang menunjukkan keberadaan umat Islam di Jakarta masih sangat meragukan agamanya.  Mereka belum punya keinginan menyemarakkan dan memenangkan Islam sebagai pemenang pemilu.
Terutama kebutuhan terhadap Uang, mengharuskan mereka menjual aqidahnya hanya dengan duit seratus ribu rupiah dan melimpahkan suaranya kepada “non Muslim” tanpa memperhitungkan bahayanya. Ini membuktikan tingkat iman Muslim di Jakarta sangat lemah, tidak memenuhi kreteria Iman yang disebutkan Islam itu sendiri.
Di samping kemandulan muslim berpikir Islami, dan para da’i Muslim yang tak bisa memberikan manfaat, telah mengantar Ibu kota Negara dipimpin orang yang memusuhi Islam, selain menebar virus anti islam di mana mana. Jakarta yang merupakan “barometer” kekuatan Islam , telah menempatkan Islam yang semakin lemah dan menyedihkan, tetapi masih saja, Islam menjadi tumbal para musuhnya dan menghadapi berbagai macam tuduhan.
Belum lagi Syiah yang terus berkembang di Indonesia, tidak sekedar membutuhkan “kajian Seminar” yang tidak terlalu efektif mengkader massa Islam, karena hanya sebatas dianggap “wacana diskusi belaka”. Oleh karena itu perlu metodelogi lain yang lebih mendukung aktivitas anti Syiah lebih progressip, misalnya denga “mengirim para da’i anti Syiah dan anti kresten kepelbagai pelosok, dengan perangkat yang memadai, seperti, “Syiahologi Dan Kristologi, pakar pakar muslim yang ahli tentangkeduanya dan dikirim pelbagai daerah, sebagaimana yang di sampaikan pak Agus, melanjutkan bahasan anti Syiah.(KOEPAS) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment