Maaf,Revolusi Mental Pak Jokowi Ternyata Buat Beliau dan Pendukungnya
Oleh : Azwar Siregar
Mungkin judul tulisan saya diatas terlalu keras dan dianggap menyudutkan pak Jokowi sebagai salah seorang “konon Capres paling populer” yang bahkan berpasangan dengan sandal jepit-pun akan memenangi pemilihan Pilpres Juli nanti.Biarpun pernyataan diatas cuma diatas survey yang belakangan ini selalu salah,baik dalam “Pilkada” Jakarta maupun “Pileg” kemarin,sehingga dianggap Lembaga-lembaga survey di Indonesia hasilnya hanya berdasarkan pesanan.Tapi bagi masyarakat awam khususnya penggemar sinetron yang mudah tertipu pencitraan dan polesan media,Jokowi akan tetap dan harus menang pilpres (walaupun kabar terakhir,beliau tidak jadi berpasangan dengan sandal jepit,justru berpasangan dengan Jusuf Kalla yang bahkan seorang mantan capres).
Kemarin media sempat heboh dengan tulisan Pak Jokowi yang berjudul Revolusi Mental.Tulisan yang diakui sebagai hasil pemikiran Pak Jokowi,biarpun pada akhirnya dinyatakan adalah hasil “keroyokan” team Jokowi,cukup menarik untuk dicermati dan direnungkan.
Bagi saya pribadi,Revolusi Mental karya Pak Jokowi dan kawan-kawan ini,sebenarnya lebih tepat buat beliau sendiri dan para pendukungnya.Alasannya sebagai berikut :
1.Sebagai seorang pemimpin,tentu saja harus mempunyai mental “orang tua” yang tidak akan mensia-siakan rakyatnya,tapi fakta berbicara.Setelah satu setengah tahun memimpin Jakarta,ternyata Jakarta Baru yang diwacanakan cuma omong-kosong,banjir dan macet sebagai problem utama Jakarta sama sekali tidak ada titik terangnya.Parahnya,Jokowi seakan lari dari tanggung jawab dengan menerima Tugas Partai menjadi Capres walaupun sebelumnya selalu mengatakan ,copras-capres…copras-capres…ora mikir…
Bandingkan dengan Walikota Surabaya yang tegas menolak wacana menggantikan Jokowi di Jakarta,karena merasa tanggung jawabnya di Kota Surabaya belum selesai walaupun harus di akui,permasalahan Surabaya jauh lebih banyak teratasi dibandingkan “prestasi alakadarnya” Jokowi di Jakarta.
Sebenarnya tidak salah seorang Gubernur ikut Pilpres,seperti yang sering terjadi di Negara Demokrasi maju seperti Amerika misalnya.Tapi kalau mencapres hanya bermodalkan pencitraan dan hasil survey padahal minus prestasi,sangat di sayangkan dan justru akan merugikan rakyat Indonesia lima tahun kedepan.
2.Kampanye Hitam team Jokowi terutama masalah HAM kepada Bapak Prabowo seharusnya bisa diredam sendiri oleh Jokowi,alasannya cukup sederhana.Jokowi bisa berkibar selama ini dan yang membawanya ke Jakarta adalah Prabowo sendiri yang sekarang di hujat ramai-ramai oleh pendukung Jokowi.Diakui atau tidak oleh para Jokowi mania,tanpa Prabowo,Jokowi hanyalah akan tetap menjadi seorang Walikota Solo dan mungkin masih berkutat dengan mobil ESEMKA atau mungkin rongsokan mobil ESEMKA,karena sekarang kabar ESEMKA sudah menghilang dari peredaran.
Sebagai manusia beradat timur,kita diajari untuk tahu balas budi dan berterima kasih,tapi selama ini saya tidak melihat adanya balas budi dan rasa terimakasih itu,bahkan ada kesan menghilangkan jasa seorang Prabowo terhadap “moncer”nya kiprah politik Jokowi.Bila terhadap orang yang berjasa saja beliau tidak tahu terima kasih,bagaimana dengan anda-anda pendukungnya yang bukan siapa-siapa?
3.Ora Mikir kok mau jadi Presiden?
Saya sebenarya sudah membuat tulisan yang intinya blusukan pencitraan ala Jokowi tidak akan membawa negara ini kemana-mana.Hasilnya sudah kelihatan di Jakarta yang masih saja tidak ada perubahan yang berarti.
Paling bahaya,Jokowi menjadi Capres bukan karena kemampuannya atau visi dan misinya membawa kemajuan bangsa ini.Hal ini bisa kita lihat waktu pendeklarasian Jokowi mencapres,Megawaty sebagai ketua umum Partai PDIP sebagai pengusung tegas menyatakan Jokowi hanya seorang petugas partai.Apakah rakyat Indonesia masih cukup waras atau sudah terlalu bodoh untuk memahaminya?
Kebijakan Partai khususnya PDIP sudah menjadi rahasia umum ada ditangan Megawaty,berarti bila Jokowi jadi Presiden,beliau hanya petugas partai atau boneka. Ketika Prabowo menyinggung capres boneka,banyak yang merasa terusik dan menuduh Prabowo memfitnah,tapi sejarah selalu menjawab kebenaran.Masalahnya akankah kita akan tetap terhipnotis dengan pencitraan dan pembusukan media pro Jokowi yang pro asing? Jangan menuduh saya memfitnah dahulu,semua orang juga tahu,asing khususnya Amerika lebih pro kepada Jokowi dengan alasan HAM,padahal semua orang juga tahu,alasan HAM hanyalah alasan klasik,buktinya pelanggar HAM al-sisi di Mesir tetap dibela karena berada disebelah kepentingan Amerika.Justru Amerika sangat ketakutan apabila Prabowo memenangi Pilpres Juli mendatang,konsep Bumi Indonesia untuk rakyat Indonesia membuat mereka khawatir,bahkan isu nasionalisasi kepentingan asing dihembuskan,seakan-akan Prabowo anti modal asing,untunglah sudah dijelaskan denan cukup bijaksana bahwa tidak akan ada nasionalisasi kepentingan asing,tapi yang ada adalah berusaha memberikan proporsi yang lebih banyak kepada Negara dan Rakyat Indonesia lewat renegoisasi.
Sebenarnya masih sangat cukup banyak alasan agar Tulisan Pak Jokowi dan kawan-kawan justru harus di baca dan dipahami pak Jokowi sendiri dan para pendukungnya.Terakhir saya akan mengutip kata Bung Karno “Pilihlah pemimpinmu yang tidak disukai asing,karena pasti dia lebih memilih kepentinganmu sehingga dia tidak disukai,jangan memilih pemimpinmu yang disukai asing,karena pasti dia akan mengorbankan kepentinganmu demi kepentingan orang asing tersebut.
Salam Damai, #selamatkanIndonesia
0 komentar:
Post a Comment