DUKA UNTUK SOMA: METRO, AN EVIL MEDIA


Membuka pagi, seperti biasanya saya menyaksikan berita. Metro TV adalah salah satu pilihannya. Perhatian saya tersedot aksi demonstrasi sebagian warga Turki atas tragedi ledakan tambang batubara yang merenggut ratusan jiwa di Soma Turki. Ini tentu adalah tragedi besar bagi pemerintahan Erdogan usai memenangi pemilu lokal. Para demonstranpun tidak hanya menuntut diadakan penyelidikan atas musibah ini, namun menuntut Erdogan mundur.
Di sepanjang berita, ditayangkan gambar para demonstran bentrok dengan aparat kepolisian. Narator berita tampaknya cukup cakap untuk menyampaikan pesan kepada pemirsa bahwa pemerintahan Erdogan pantas disalahkan atas musibah ini. Untuk menguatkan kesan ini, narator berita Metro TV menyampaikan bahwa, “Pemerintah Erdogan menganggap ledakan yang merenggut korban massal ini sebagai musibah biasa.”
Terus terang, sejak pemilik media ini menjadi partisan, -mulai dari mengiklankan diri sebagai kandidat presiden Golkar yang gagal di TV yang dimilikinya, mendirikan partai baru hingga berlagak sebagai ideolog laiknya Bung Karno, hanya saja minus pendukung setia- saya sudah tidak percaya dengan media ini. Kebenaran media ini hanya didapat setelah membaca media penyimbang lainnya.

Benar saja. Setelah saya membuka media referen lainnya, termasuk media Turki sendiri. Saya menyimpulkan media ini berbohong atau setidaknya –kalau bukan bagian dari Konspiran media internasional yang hendak menjatuhkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis ini- dapat dianggap lalai untuk melakukan prinsip cover both side.

Kolumnis Abdul Kadir Selvi mereportase langsung kesedihan keluarga korban yang berharap ada keajaiban ditengah ketidakpastian, jibaku para tim penyelemat, para menteri kabinet Erdogan yang harus bermalam ditempat bencana, hingga kedatangan presiden Abdullah Gul yang menenangkan keluarga korban. Sebuah fragmen nation in united and prayer, tepatnya.

Dimulai dari Menteri Energi, Taner Yildiz yang telah berada di lokasi sejak musibah terjadi. Berdiri di depan pintu terowongan dengan mata nanar, hampir tiada istirahat mengendalikan krisis. Beberapa kali dirinya berdebat dengan tim penyelamat untuk menetapkan dan memperbaharui tenggat penyelamatan. Taner berharap seperti halnya keluarga korban jika sekiranya masih ada nyawa yang terselamatkan. Dia bolak balik dari pintu terowongan ke kerumunan keluarga korban menyampaikan informasi secara periodik untuk menenangkan keluarga keluarga. Beberapa kali, dia menyerahkan mikropon kepada keluarga korban untuk mengemukakan harapan dan doa-doa mereka.

Hanya saja, dirinya tidak mampu berbuat lebih jauh ketika, petugas penyelamat menjawab, “Bapak menteri, kami berjibaku memadamkan api dan level karbondioksid, namun satu permintaan kami, tolong jangan tetapkan tenggat kepada kami.” Tentu tim penyelamat lebih tahu.

Disamping Menteri Energi, ada Menteri Kesehatan, Mehmet Muizzinoglu. Dia membantu menenangkan dan menjelaskan sebab musabab besarnya korban meninggal. Menurutnya, hampir semua korban meninggal karena keracunan menghirup asap kebakaran. Hanya ada dua korban yang luka karena jilatan api.

Ada percakapan yang cukup melegakan disampaikan Menteri Energi. Dia siap bertanggung jawab atas segala resiko yang mungkin terjadi pasca kebakaran. Katanya, “Setelah kita selamatkan saudara-saudara kita, kita akan tutup terowongan ini dan lakukan penyelidikan.” Saat ditanyakan apa dapat diselidiki sebab musababnya. “Musibah ini akan meninggalkan jejak, kita bisa mendeteksinya. Kita lihat apakah ada unsur kelalaian atau tidak. Akan kita investigasi siapa saja, termasuk teman dekat saya sekalipun. Jika kelalaian itu pada akhirnya kembali ke saya, maka saya siap menghadapinya,” tukasnya.

Hadir juga Menteri Keluarga, Aysenur Islam dan Presiden Direktorat Agama, Mehmet Gormez. Aysenur Islam menjelaskan roadmap pasca musibah yang bersifat jangka pendek, menengah dan panjang kepada keluarga korban dan korban yang selamat. Sementara di lokasi, Mehmet Gormez memberikan dukungan konseling keagamaan setiap harinya. Bahkan Gormez turut serta menyolatkan jenazah dan menyampaikan sendiri ucapan bela sungkawa kepada keluarga korban. Hampir setiap hari, diperdengarkan bacaan ayat-ayat suci untuk menenangkan keluarga korban. Presiden Abdullah Gul khusus hadir di lokasi musibah, memeluk dan menenangkan keluarga korban. “Ibu, ini adalah hari berduka bagi kita semua.”

Bagi Abdul Kadir Selvi ini adalah konseling psikologis dan bantuan terbesar yang diberikan pemerintah kepada rakyatnya. Bukan semata pencitraan media untuk menjinakkan pihak oposisi dan menenangkan rakyat atas nama demokrasi. Namun lebih dari itu, tugas kemanusiaan bagi pemimpin yang lahir dan memahami pesan kepemimpinan dalam Islam. Negara tidak hanya menfasilitasi dan meregulasi pelbagai keinginan namun lebih dari itu mendidik dan mengarahkan rakyatnya.

Lantas apa yang diinginkan Metro? Saya semakin menyadari bahwa ada banyak media yang dibangun dan didirikan atas semangat membendung kegairahan dan arus Islam. Dan jawaban itu ada dalam pemberitaan dan sikap politik mereka. Dalam editorial Metro Pagi, Usman Kansong, mewakili sikap resmi pemiliknya, partai Islam seyogyanya tidak usah berkoalisi dengan partai nasionalis karena perbedaan platform politik. Walau pada akhirnya, propaganda ini lebih merupakan omong kosong, namun ini highlighted adalah mindset (kebencian) mereka.
DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment