Koalisi Dibangun di Atas Kemunafikan


Koalisi tanpa syarat yang ditawarkan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Pembangunan adalah sikap kemunafikan. Mana ada partai politik yang mau berkoalisi tanpa syarat. Kalaupun ada yang mengakui berkoalisi tanpa syarat itu adalah ungkapan kemunafikan yang sangat telanjang.

Untuk apa berkoalisi jika tak ada kepentingan. Apa begitu saja partai politik yang dibangun bertahun tahun dengan biaya yang super besar untuk meraih kekuasaan tiba-tiba dengan mudahnya meyerah dan mau bergabung dengan Parpol yang sebelumnya adalah lawan politiknya, tapa syarat. “Sekali lagi itu adalah sebuah kemunafikan untuk membodohi rakyat”

Sebagai contoh koalisi yang dibangun antara PDIP dengan Partai Nasdem besutan Surya Paloh, pemilik  Metro TV, bisa dipastikan sudah terlebih dahulu ada kesepakatan kesepakatan. Kesepatan itu tak mungkin terwujudkan jika diantara  PDIP dan Nasdem tak ada syarat syarat yang disetujui bersama.

Yang menjadi pertanyaan jika tak ada syarat, mengapa pembentukan koalisi begitu susah dan alot. Berulangkali dilakukan komunikasi politik, tapi tak juga mendapat kesepakatan untuk mendeklarasikan koalisi. Ini menjadi isyarat bahwa ada syarat yang belum disepakati.

Lihat saja bagaimana alotnya rencana koalisi antara PDIP dengan Partai Golkar yang hingga saat ini belum ada keputusan. Bahkan menyerahkan koalisi itu ditangan Rapimnas yang akan dilaksanakan, katanya 18 Mei.

Padahal saat Abu Rizal Bakri yang lebih populer disebut ARB bertemu dengan calon presiden Jokowi yang diusung PDIP di pasar Gembrong, Jakarta Timur, banyak pengamat politik menduga koalisi besar antara PDIP dengan Golkar akan terwujud.

Para pengamat politik juga sudah menaruh keyakinan jika koalisi PDIP  Golkar adalah sebuah perhitungan yang realistis untuk memenangkan pemilihan presiden Juli mendatang.

Tapi apa yang terjadi? hanya beberapa jam setelah pertemuan Jokowi dengan ARB di pasar Gembrong, yang mendapat liputan luas dari berbagai mass media, tiba tiba Aburizal Bakri sendiri membantah jika koalisi telah disepakati. “Ini baru penjajakan. Kita tak bicara koalisi tapi berbicara masa depan bangsa.” kata ARB.

Ini ungkapan kemunafikan yang dipertontonkan kepada anak bangsa. Bagaimana elit politik bangsa ini mempermainkan perasaan rakyat yang berharap agar para elit politik memilik etika bukan kemunafikan.

Jika dalam pembentukan koalisi saja sudah menunjukkan sikap kemunafikan yang telanjang bagaimana kalau nanti terpilih jadi presiden? Ia akan menjadi pemimpin yang munafik. Salah satu ciri orang munafik itu adalah jika dipercaya ia hianat.

Boleh jadi pemerintahan yang dibangun di atas kemunafikan akan melahirkan kemunafikan berikutnya dengan berbagai dampaknya seperti penghiatan terhadap amanat rakyat. Tak tertutup kemungkinan akan terjadi penjualan aset aset negara dengan alasan investasi asing, pasar bebas, dan lain sebagainya. Tujuannya hanya untuk merampok kekayaan negara secara legal. “Ini sesuatu yang sangat menyedihkan”

Akankah anda percaya terhadap calon presiden yang diusulkan Parpol yang menggembar gemborkan kemunafikan sebagai pemimpin bangsa? Mudah-mudahan ini menjadi renungan bagi para pembaca.

(Imran Nasution/Dakta) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment