Oleh : Nasrulloh Mu
PKS tak pernah berhenti untuk melayani. Saat Jakarta dan Manado diterjang banjir PKS hadir dengan beragam poskonya, pembagian nasi bungkus, hingga penyelamatan warga dengan perahu-perahu karet. Seluruh sumber daya yang dimiliki, mereka optimalkan untuk membantu warga.
Saat Sinabung dan Kelud mulai meletus mereka terus berjibaku melakukan apapun yang mereka bisa. Dari pembukaan posko, pembagian masker hingga menyapu jalan-jalan dari debu vulkanik.
Walau tidak ada publikasi, walau tidak ada yang meliput, walau aksi mereka terus dicemooh oleh yang hanya bisa berbicara saja, oleh yang hanya gemar menjadi penonton dan komentator saja. Mereka tetap berjibaku dalam kesunyian kata dan semangatnya kerja.
Apa rahasianya ?
Aksi-aksi baksos yang dulunya bersifat lokal untuk event-event tertentu, seperti RT/RW atau event-event kegiatan dilingkungan terbatas, sekarang berubah menjadi aksi yang bersifat yang lebih luas. Ketika kota Jakarta banjir, seluruh pengurus tingkat RW, keluarahan, dan Walikota bisa dilangsung digerakan serentak.
Kegiatan pelatihan fisik bagi kader PKS seperti Mukhayam dan apel siaga, sudah membentuk karakter untuk bersiap siaga dalam setiap kesempatan dan medan. Mereka dilatih secara fisik dan mental untuk siap siaga untuk menjalankan aksi-aksi sosial.
Aksi iuran bulanan dalam grup-grup kaderisasi, membuat setiap grup-grup memiliki sedikit dana untuk menjadi modal awal dalam menggalang aksi-aksi sosial yang bersifat mendadak.
Dengan perpaduan raga dan jiwa yang siap digerakan, dana yang ada digrup-grup kaderisasi dan telah biasa melakukan aksi-aksi sosial dalam sekala kecil membuat kader-kader PKS sigap dan cepat melakukan aksi-aksi sosial.
0 komentar:
Post a Comment