Libya Dalam Skenario Kudeta
Tripoli - Pada senin (10/2) lalu selang beberapa hari dari kabar percobaan kudeta, kemarin pada hari Jum`at pagi (14/02), Jendral Kholifah Haftar (mantan Panglima AD Libya) dalam rekaman video yang disiarkan oleh TV Al-`Arabiyyah atas nama Angkatan Bersenjata Libya, menyatakan : Pembekuan Kongres Nasional Libya dan Pemerintah Transisi Libya, pembentukan Dewan Kepresidenan yang dipimpin oleh Ketua MA, pembentukan pemerintah transisi baru yang terdiri dari tokoh tokoh nasional, serta penataan struktur militer Libya yang melibatkan pejuang revolusi.
Sontak deklarasi tersebut memunculkan spekulasi adanya kudeta terhadap pemerintahan yang ada, ditambah lagi pernyataan dia dalam wawancara telpon dengan TV Al-`arabiyyah bahwa dia dan pasukannya dalam kondisi siap jika terjadi konfrontasi bersenjata. Juga bahwa instalasi penting pemerintah dan militer telah berhasil diduduki.
Tak lama berselang Perdana Menteri Libya (Ali Zaidan), menyatakan dalam konferensi pers bahwa: Kongres Nasional Libya dan Pemerintah Transisi tetap berdiri menjalankan fungsinya secara normal, pernyataan Jendral Kholifah Haftar dikategorikan sebagai upaya kudeta, pemerintah telah menginstruksikan Menhan untuk menindak yang bersangkutan, pemerintah mengendalikan sepenuhya kondisi Negara dan tak ada satupun instalasi baik pemerintah maupun militer yang mereka kuasai.
Setelah itu Panglima Angkatan Bersenjata Libya dari markasnya menyatakan bahwa: Pernyataan Jendral Kholifal Haftar tidak mewakili tentara Libya, dan yang bersangkutan adalah militer non-aktif, serta angkatan bersenjata Libya mengendalikan sepenuhnya kondisi Libya.
Sampai sejauh ini belum ada pergerakan real kudeta sebagaimana yang diklaim. Warga Libya terus mengawasi perkembangan situasi. Sedangkan Partai Keadilan dan Pembangunan mengusulkan adanya percepatan Pemillu Presiden.
Permasalahan ini bermula dari kontroversi perpanjangan masa kerja Kogres Nasional Libya, yang seharusnya berakhir pada tanggal 07/02/2014 lalu. Lembaga ini beralasan, perpanjangan masa kerja ini untuk menghindari kekosongan kekuasaan sampai terbentuknya pemerintahan tetap melalui Pemilu. Hal ini menimbulkan pro-kontra di tengah-tengah warga Libya. Sejak hari Jum`at 07/02/2014 di Tripoli dan beberapa kota lainnya sejumlah warga berdemonstrasi menolak perpanjangan masa kerja Kongres Nasional Libya, begitu juga pada Jum`at 14/02/2014.
Skenario kudeta bersenjata seperti Mesir yang ingin dijalankan di Libya sejauh ini belum berjalan. Karena kondisi politik dan struktur militer di Libya berbeda dengan Mesir. Pasca Revolusi 2011, hampir semua elemen dan golongan yang menggulingkan Muammar Qadafi lewat perang saudara selama 7 bulan dari Februari 2011 sampai September 2011, baik dari kalangan Islamis maupun liberal mempunyai milisi bersenjata secara langsung maupun tidak langsung. Pasca kemenangan revolusi ini, lembaga militer dan kepolisian rezim sebelumnya dibubarkan secara total, dan diganti dengan struktur baru dari unsur pejuang revolusi 2011. Perimbangan kekuatan senjata dan struktur militer yang terdiri dari berbagai elemen inilah yang menyebabkan gagalnya percobaan kudeta ini.
Saat ini masyarakat Libya sedang menantikan dua momentum penting. Yaitu peringatan revolusi ke-3 pada tanggal 17 Februari 2013 , dan Pemilu tanggal 20 Februari 2014 untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Dewan ini bertugas menyusun konstitusi baru Libya dalam 120 hari.(infoislami)
0 komentar:
Post a Comment