Air Tercemar, 2020 Tak Seorangpun Bisa Hidup di Gaza
“Saya hendak membuat makan malam ketika saya menyadari air hasil penyaringan di tangki saya habis. Mungkin akan cukup jika saya menggunakan air mineral kemasan saya yang terakhir. Tetapi saya tidak akan punya apa-apa untuk minum. Ingin membeli air minum kemasan pun tidak mungkin karena toko-toko sudah tutup,” Charlie Andreasson dari Gerakan Solidaritas Internasional menuturkan dalam jurnalnya di Palsolidarity.
“Air keran di Gaza tidak dapat digunakan untuk memasak. Lebih tepatnya, tidak boleh digunakan untuk memasak. Saya masih menggunakan air keran untuk mencuci piring, tetapi tidak untuk memasak nasi,” Andreasson menambahkan.
Air keran di Gaza memang terasa asin karena terkontaminasi air laut. Tapi air laut bukan satu-satunya kontaminan air di Gaza. Menurut PBB, bahan kimia dan limbah juga mencemari air di Gaza.
Tidak mengejutkan sebenarnya, karena kini 90.000 meter kubik limbah menyembur keluar setiap harinya. Fasilitas pengolahan air sekarang juga tutup karena tidak ada cukup diesel untuk menjalankan generatornya. Dengan adanya peningkatan pencemaran air laut, limbah, dan bahan kimia lainnya, air di Gaza semakin tidak layak dikonsumsi.
Karena kontaminasi air ini, banyak keluarga di Gaza harus menyisihkan sepertiga pendapatannya untuk membeli air mineral kemasan. Para petani juga mengalami kesulitan karenanya, air di Gaza terlalu asin untuk bibit jeruk dapat berkecambah. Hasil panen pun semakin turun disebabkan kualitas air yang buruk.
PBB bahkan memperhitungkan jika kondisi ini berlanjut, pada tahun 2016 air di Gaza benar-benar tidak bisa digunakan. Hanya tiga tahun lagi menuju 2016. PBB juga mengatakan bahwa tahun 2020, tidak ada manusia yang dapat tinggal di Gaza. * (Palsolidarity | Sahabat Al-Aqsha/muslimina)
0 komentar:
Post a Comment