Kisah Bocah yang Menguatkan Iman
Untuk mengokohkan aqidah dan menguatkan iman, kita bisa belajar dari siapapun. Bahkan, kadang-kadang Allah mempertemukan kita dengan mereka untuk belajar meningkatkan iman kita. Seperti kisah yang ditulis oleh Syaikh Dr. Aidh Al Qarni berikut ini:
Seorang laki-laki masuk masjid di luar waktu shalat fardhu. Ia melihat seorang anak yang usianya sepuluh tahun sedang menunaikan shalat dengan khusyu’. Ketakjubannya membuatnya menunggu. Saat sang anak telah selesai shalat, ia pun menghampirinya dan bertanya, “Nak, kamu anak siapa?”
Anak itu menundukkan kepalanya, terlihat air mata mulai menetes di pipinya. “Wahai paman, aku yatim piatu, tidak mempunyai ayah dan ibu”
Ketakjuban laki-laki itu kini bercampur dengan rasa iba. “Maukah kau aku angkat sebagai anakku?” ia menawarkan diri dengan lembut.
Sang anak balik bertanya, “Apakah engkau akan memberi makan jika aku lapar?”
“Ya” jawab laki-laki itu.
“Apakah engkau akan memberiku pakaian jika aku tidak berpakaian?”
“Tentu”
“Apakah engkau akan menyembuhkanku jika aku sakit?”
“Aku tidak mampu melakukan hal itu”
“Apakah engkau akan menghidupkanku jika aku mati?”
“Tidak mungkin aku bisa melakukannya”
“Kalau begitu, wahai paman... biarkan aku menjadi milik Dzat yang menciptakanku karena Dia-lah yang memberikan hidayah kepadaku, memberikan makan dan minum kepadaku. Jika aku sakit, Dia-lah yang memberikan kesembuhan kepadaku. Dan Dia-lah yang aku harap mengampuni dosa-dosaku pada hari pembalasan.”
Mendengar jawaban yang penuh dengan keimanan itu, laki-laki tersebut kemudian meninggalkannya. Dalam hati ia berkata, “Aku beriman kepada Allah. Siapa pun yang bertawakal kepada-Nya, Ia akan memberikan kecukupan kepadanya.”
Saudaraku, sering kali dunia menjadi penawan hati kita hingga kita tak lagi bersandar kepada Allah. Kita baca “Allahush shamad” setiap saat, tetapi kita tidak mengamalkannya dalam keyakinan dan sikap hidup kita. Kita terhambat dengan logika dunia hingga hati kita tertutupi dari kuasa Ilahi.
Jika diri merasa hebat, tetapi galau saat masalah merapat, saatnya kita kembali kepada Allah. Jika diri merasa besar tetapi problematika hidup menjadikan hati gusar, saatnya kembali kepada Allah. Jika diri merasa tinggi tetapi hati tak kunjung damai, saatnya kembali kepada Allah.
Allahumma iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin
Allahumma iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin
Allahumma iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin
Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa haula walaa quwwata illaa billah. [bersamadakwah]
0 komentar:
Post a Comment