Cerita luar biasa dari sang khalifah umar bin khattab
ketika Umar bin Khattab ra menjadi khalifah, beliau sedang berjalan-jalan hingga wilayah tepi Madinah. Lagi-lagi, jika diibaratkan jaman sekarang, mungkin seperti di gugusan pulau terluar dari wilayah Indonesia, yang -mungkin- belum ada media semacam televisi, radio, apalagi internet, pelosoookkk banget. Coba cek google maps, cari 'sangihe'. Kurang lebih itulah gambarannya jika di Indonesia. Umar kemudian bertemu seorang laki-laki yang nampak lelah dan gelisah.
”Siapakah kamu?” Tanya Umar
”Aku adalah seorang pendatang, aku kemari untuk mencari khalifah, aku ada urusan dengannya,” jawab si lelaki
Ya, saya mengambil contoh gugusan pulau terluar wilayah Indonesia yang belum tersentuh media, hingga penduduk di wilayah itu tidak pernah melihat alias tidak hafal wajah presiden Indonesia waktu itu, hanya tau namanya saja. Begitulah kira-kira kondisi si lelaki. Saking jauhnya dari wilayah Madinah, ia tidak pernah pernah bertemu dan melihat Umar yang kala itu adalah khalifah. Ia hanya tau nama, hanya tau bahwa khalifah saat itu adalah Umar bin Khattab ra.
Sesaat kemudian, Umar mendengar ada rintihan wanita dari balik tenda yang didirikan sang lelaki, ia pun bertanya.
”Siapa itu, kenapa dia merintih?” Tanya sang khalifah
”Kau tidak perlu tau, aku hanya ingin ke kota Madinah menemui khalifah untuk minta bantuan kepadanya,” jawab sang lelaki.
Namun setelah ditanya berkali-kali, akhirnya laki-laki itu mengaku bahwa istrinya di dalam tenda sedang kesakitan akan melahirkan. Bergegas Umar pulang dan mengajak istrinya, Ummu Kultsum untuk membantu wanita tersebut melahirkan. Umar memikul sendiri bekal makanan sementara Ummu Kultsum membawa perlengkapan untuk melahirkan.
Setibanya di tenda, Ummu Kultsum langsung masuk kedalam dan membantu proses persalinan sementara Umar membuat api untuk memasak makanan untuk sang wanita. Tak berapa lama kemudian, Ummu Kultsum menengok keluar sambil berkata kepada Umar.
”Hai Amirul Mukminin, sampaikan kepada temanmu bahwa ia diberi karunia Alloh anak laki-laki.”
Sapaan ‘Amirul Mukminin’ kepada Umar membuat laki laki tadi kaget, ternyata seorang baik hati yang menolongnya sedari tadi adalah Umar bin Khattab sang khalifah. Ia terdiam tatkala mendengar Ummu Kultsum memanggilnya. Tak lama kemudian, Umar mengantar makanan yang telah ia masak kedalam tenda untuk diberikan kepada wanita yang baru melahirkan. Sikap Umar yang tidak mau mengenalkan dirinya sedari awal kepada laki-laki pendatang itu jelas tanpa bermaksud kemudian membuat laki-laki itu agar penasaran. Dalam benak saya, Umar pasti berpikir, tidak penting dikenal namanya, yang penting adalah sumbangsih nyata kita kepada sesama, sebagai seorang muslim. Biarlah orang lain mengenal kita dari apa yang kita perbuat, bukan dari apa yang kita jabat. Tersembunyi, tidak perlu menampakkan siapa kita, apa jabatan kita, yang penting adalah wujud kerja nyata.
0 komentar:
Post a Comment