UU Larangan Muazzin oleh Israel dalam Rangka Yahudisasi Palestina
*Jonathan Cook
UU anti Muazin disetujui oleh komite menteri pada Ahad dengan alasan bahwa UU ini dibutuhkan untuk mengurangi “polusi suara” dari masjid.
Pengambilan suara pertama di parlemen Israel atas draft UU ini -yang dijadwalkan pada Rabu- harus ditunda setelah ada keberatan dari partai fundamentalis Yahudi di parlemen.
Yaakov Litzman, menteri kesehatan Israel dikabarkan khawatir dengan pemakaian kata”rumah ibadah” dalam RUU, yang mungkin juga mencakup sinagog karena sirene juga sering digunakan untuk memulai dan mengakhiri upacara Sabbath.
RUU ini didukung luas Yahudi, termasuk pemerintah PM Benjamin Netanyahu.
“UU ini adalah produk Islamophobia yang akan mendominasi Israel, ungkap Thabet Abu Ras dari Abraham Fund, organisasi yang mempromosikan hubungan baik antara penduduk Yahudi dengan Palestina.
“Sekarang pemerintah mencoba meloloskan UU yang akan memuaskan kelompok-kelompok fundamentalis Yahudi.”
Dari awal, para pemimpin Palestina bersikukuh bahwa UU ini tidak hanya tentang kebisingan, namun dimaksudkan untuk membungkam masjid-masjid, yang kecurigaan tersebut dibenarkan Abu Ras, dengan persetujuan pemerintah untuk mengkaji kembali keberatan menteri fundamentalis Litzman.
Israel memiliki 1,7 juta penduduk Palestina, seperlima penduduknya, yang kebanyakan mereka Muslim. Israel juga mengesampingkan keberadaan 300 ribu warga Palestina di Yerusalem Timur, yang dicaplok Israel dan melanggar hukum internasional.
Tekanan ini untuk mengundangkan larangan adzan tersebut kebanyakan berasal dari para pemukim Yahudi di Yerusalem Timur dan Tepi Barat. Penggagas utama UU ini adalah Moti Yogev, fundamentalis dari Partai Rumah Yahudi yang tinggal di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Masjid di Tepi Barat dan Israel telah berulang kali menjadi sasaran pengrusakan, baik pencoretan atau dibakar oleh ekstrimis Yahudi.
Ketika UU diajukan tahun ini, maka pelarangan pengeras suara masjid telah dilakukan dengan alasan bahwa penyebaran “pesan nasionalis atau agama” dan “kebencian” akan dilarang.
UU harus disusun ulang setelah para penasehat hukum pemerintah Israel menyatakan kekhawatirannya. Ini adalah perubahan yang dibuat karena ada kekhwawatiran dua partai agama Yahudi, yakni Shas dan Uni Yudaisme Taurat, yang keduanya ada dalam pemerintahan.
Abu Ras mengatakan: “Israel telah memiliki aturan polusi suara, yang jarang diterapkan. UU ini menunjukkan pandangan sekarang dalam pemerintah Israel yang tidak toleran terhadap warga negara non Yahudi.”
Dia juga mengatakan tujuan utama UU ini adalah memperkuat Yahudisasi Yerusalem dan akan digunakan untuk melawan masjid al Aqsha, di kota tua. Masjid telah menjadi pusat perebutan, dimana warga Palestina khawatir Israel akan mengambil kendali atas situs umat Islam ini.
Youssef Ideiss, menteri agama otoritas Palestina memperingatkan bahwa UU ini akan menyeret kawasan menjadi “perang agama”. Yordania, yang menangani urusan agama di masjid al Aqsha, menentang keputusan Israel. Abdullah Abbadi, menteri agama Yordania menuduh Israel merusak kondisi status quo di Yerusalem.
Dia mengatakan karena Israel adalah penjajah maka setiap perubahan yang dibuat atas kota itu tidak berlaku dan dianggap tidak ada.
Meskipun panggilan adzan lima kali sehari, panggilan adzan di waktu sering menjadi sasaran kemarahan pemukim Yahudi Israel, khususnya di wilayah Yerusalem Timur maupun komunitas Palestina di Israel.
Netanyahu yang mendukung UU ini mengatakan bahwa dirinya berkomitmen atas kebebasan beragama untuk semuanya, namun “bertanggungjawab melindungi penduduk dari kebisingan. Inilah yang berlaku di kota-kota Eropa. Saya mendukung UU yang sama dan penegakan aturannya di Israel.”
Sebuah laporan yang dibuat oleh parlemen Israel pada 2011 mendapati bahwa beberapa negara Eropa telah menetapkan larangan seruan adzan, termasuk Perancis, Belgia, Austria dan Belanda. Di Swiss, masjid dilarang mendirikan menara.
Haneen Zoabi, anggota parlemen Israel, menyebut perbandingan dengan Eropa “hal yang aneh”. “Jika Netanyahu benar-benar mengagumi Eropa, apa yang menghalangi dia kembali saja kesana?” Dia menambahkan jika Yahudia merasa terganggu dengan suara adzan masjid, merekalah sendiri yang memilih tinggal dekat penduduk Palestina di Israel atau wilayah pendudukan.
“Isu ini bukan tentang kebisingan di telingan mereka, namun kebisingan dalam otak mereka. Apa yang mengganggu mereka adalah karena adanya warga Palestina di tanah air mereka sendiri.”
“Netanyahu dan para rasis lainnya di pemerintah bertindak seperti kolonialis yang menolak untuk bercampung bahwa mereka seharusnya bergabung dengan tempat dimana mereka tinggal.”
Anggota parlemen lainnya, Ahmad Tibi menyerukan kampanye pembangkangan sipil untuk mencegah RUU ini. Selasa lalu, partai Yisrael Beiteinu, menteri pertahanan Avigdor Lieberman menyerukan jaksa untuk menyelidikinya karena “mendorong kekerasan”.
Dukungan bagi UU Muazzin telah menyebar luas di kalangan permukiman Yahudi di wilayah pendudukan Yerusalem Timur. 200 ribu warga Yahudi kini tinggal dekat masyarakat Palestina disana.
Permukiman Pisgat Ze’ev yang dekat dengan masjid di kawasan Palestina Shafat, Beit Hanina dan Al Ram telah menjadi pusat kerusuhan. Bulan ini, para pemukim Yahudi di wilayah itu telah melakukan aksi protes dengan membunyikan adzan di depan rumah Nir Barkat, walikota Yerusalem dan Aryeh Deri, ketua partai fundamentalis Shas.
Seperti Litzman, Deri juga mendukung kuat UU ini.
Aryeh King, seorang ketua pemukim Yahudi dan juga penasehat kota yang memimpin aksi protes tersebut mengatakan:”Kami ingin keduannya tahu apa yang kita rasa bangun pada pukul 4 pagi. Suara bising dari Muadzin menjangkau semua bagian Yerusalem dan mengganggu setiap orang. Kami akan mendorongnya hingga UU ini disetujui.”
Ahmed Sub Laban, peneliti Ir Amim, lembaga pembela untuk Yerusalem yang lebih adil, mengatakan tekanan dari penguasa Israel telah berlangsung lama karena masjid-masjid di Yerusalem sejak lama telah menurunkan volume suara mereka.
Dia mengatakan bahwa “bentrokan menjadi tidak terhindarkan” jika masjid-masjid diminta lagi untuk menurunkan suaranya atau polisi memaksakan dengan kekerasan.
Dalam beberapa bulan terakhir, para muadzin menghadapi pembatasan. Menurut angka dari Otoritas Palestina, militer Israel mencegah sebanyak 86 kali panggilan adzan, terutama saat Israel merayakan hari libur Yahudi. Dia menunjukkan pengalaman yang terjadi atas kota Hebron di Tepi Barat, dimana sejak 1994 beberapa ratus pemukim Yahudi diberi hak kontrol atas sebagian masjid Ibrahim.
Ada banyak laporan bahwa tentara Israel juga menyerang masjid-masjid di Abu Dis, desa di Tepi Barat dekat Yerusalem, dan mencegah adzan disana.
Abu Ras mengatakan UU ini adalah perkembangan terakhir serangkaian serangan terhadap Islam di Israel.
Tahun lalu, pemerintah Netanyahu melarang gerakan Islam utara karena dituduh memiliki keterkaitan dengan “teror”. Namun, bocoran media Israel mengungkapkan bahwa badan rahasia Shin Bet tidak menemukan bukti keterkaitan tersebut.
Pekan ini, Syeikh Raed Shalah yang dipenjara Israel mengumumkan bahwa dia akan melancarkan mogok makan. Dia diisolasi sehingga tidak dapat bertemu dengan tahanan lainnya. Selnya sering dirazia pada malam hari dan tulisan-tulisannya disita.
0 komentar:
Post a Comment